Opini: Hakekat Hari Ibu

Hakekat Hari Ibu
Prof. Dr. H. A. Kumedi Ja’far, S.Ag., M.H.
Ketua LP2M UIN Raden Intan Lampung
Ketua Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Provinsi Lampung
Hari Ibu yang diperingati setiap tanggal 22 Desember tentunya merupakan momen penting bagi kita untuk mengingat dan mengenang akan perjuangan dan pengorbanan seorang ibu, di mana ibu yang mengandung kita, ibu yang melahirkan kita, ibu yang merawat dan membesarkan kita. Ingat Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Lukman Ayat 14, yang artinya “Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada dua ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dengan susah payah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam waktu dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah (kamu) kembali”. Berdasarkan ayat ini jelas bahwa betapa besar perjuangan dan pengorbanan seorang ibu dalam mengandung, melahirkan, menyusui, merawat dan membesarkan anaknya. Maka Allah SWT memerintahkan kepada kita agar kita selalu berbuat baik kepada kedua orang tua, khususnya kepada ibu.
Ibu merupakan sosok perempuan yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian dan kebahagiaan. Ibu juga merupakan sosok perempuan yang tidak mengenal lelah dalam mengarungi kehidupan rumah tangganya, baik mulai dari bangun tidur hingga menjelang tidur kembali. Semua itu dilakukan dengan penuh cinta dan keikhlasan demi menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga.
Peringatan Hari Ibu tentunya juga mendorong kita untuk lebih sadar akan pentingnya dukungan emosional, fisik dan mental yang telah diberikan oleh seorang ibu. Dalam masyarakat yang serba modern ini kerap kali kita lupa bahwa ibu adalah penjaga utama nilai-nilai pendidikan dan kasih sayang dalam membentuk karakter kita. Bahkan ibu tidak hanya berperan dalam membesarkan anak-anak, tetapi ibu juga berfungsi sebagai penyangga dalam berbagai aspek kehidupan.
Dan perlu diketahui bahwa peringatan Hari Ibu seharusnya juga mengingatkan kepada kita akan pentingnya kesetaraan peran gender/perempuan dalam keluarga dan masyarakat, di mana banyak ibu yang menjalankan fungsi ganda, baik di rumah maupun di luar rumah. Di rumah ibu harus menyelesaikan tugas rumahnya seperti memasak, mencuci, menyapu, dan lain sebagainya. Di luar rumah ibu juga ikut membantu suami dalam mencukupi kebutuhan keluarga. Sehingga wajar kalau ibu merupakan perempuan yang hebat, perempuan yang tangguh dan perempuan yang kuat. Bahkan ibu juga disebut sebagai perempuan yang berdaya dan berkarya.
Oleh karena itu bagi kita ibu adalah segalanya, di mana ibu merupakan pelita jiwa, penyemangat hidup, curahan hati dan pahlawan sejati yang selalu merawat, membimbing dan mendidik kita hingga dewasa seperti sekarang ini. Sehingga wajar kalau ibu diabadikan dalam berbagai nama, seperti ibu kota (tidak ada bapak kota), ibu pertiwi (tidak ada bapak pertiwi), ibu jari (tidak ada bapak jari), dan lain sebagainya. Untuk itu mari kita jadikan Hari Ibu sebagai momen untuk merayakan dan mengekspresikan rasa terima kasih kita kepada ibu, tentunya dengan senantiasa menghormati, memuliakan, membahagiakan dan mensejahterakan mereka. Ingat, kalau kalian ingin hidup terhormat dan mulia, maka hormati dan muliakan ibumu, dan kalau kalian ingin hidup bahagia dan sejahtera, maka bahagiakan dan sejahterakan ibumu. Hal ini sejalan dengan hadis Rasulullah SAW yang artinya “Setiap langkah yang diambil oleh seorang anak ketika ia berusaha untuk berbuat baik kepada ibunya maka akan mendekatkannya kepada surga”. Ini artinya bahwa setiap usaha untuk berbakti kepada ibu akan mendapatkan pahala besar, bahkan setiap langkah yang dilakukan dalam rangka berbuat baik kepada ibu dianggap sebagai amal yang dapat mendekatkan kita kepada surga. Sementara apabila ibu kita sudah tiada, tentu sebagai wujud bakti, ketaatan, rasa hormat, cinta dan kasih sayang kita adalah dengan senantiasa mendo’akan beliau. Semoga kita menjadi anak-anak yang selalu berbakti kepada ibu, sehingga kita berhak mendapatkan surga Allah SWT. Wallahualam Bishawab.