Pringsewu: Saat berceramah pada Pengajian Triwulan Pimpinan (more…)
Category: Breaking News
Et ullamcorper sollicitudin elit odio consequat mauris, wisi velit tortor semper vel feugiat dui, ultricies lacus. Congue mattis luctus, quam orci mi semper
-
34 Delegasi LDII Lampung Siap Sukseskan Munas ke-8
Jakarta: Sebanyak 34 delegasi LDII Lampung (more…)
-
Menteri Agama: Tanpa Kertas, Munas LDII Jadi Contoh
Jakarta: Jelang Musyawarah Nasional (Munas) VIII LDII, jajaran pengurus DPP LDII menemui Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Audiensi persiapan Munas ini sekaligus mengundang secara resmi Menteri Agama, yang memperoleh disposisi dari Presiden Joko Widodo untuk membuka Munas LDII. Pasalnya Presiden baru bisa datang ke Munas LDII pada hari kedua. (3/11/2016)
Dalam pertemuan itu, Ketua DPP LDII Abdullan Syam memaparkan mengenai perhelatan Munas, fokus pada tiga tema besar: ekonomi syariah, penguatan kualitas SDM, dan pemanfaatan teknologi informasi, serta pengukuhan gerakan menghormati guru, yang dilakukan warga LDII secara nasional.
“Kami untuk pertama kalinya menggelar Munas, tanpa menggunakan kertas. Untuk mendukung kampanye pemerintah dalam pelestarian hutan. Selain itu, hal ini selaras dengan tema Munas mengenai pemanfaatan teknologi informasi,” ujar Abdullah Syam.
Munas yang paperless ini, menurut Abdullah Syam, juga menekan biaya yang cukup signifikan bagi panitia. Walhasil, semua pendaftaran hingga penyebaran materi pembicara menggunakan aplikasi khusus, dan juga memanfaatkan surat elektronik.
Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saefuddin mengapresiasi dan tertarik dengan rencana DPP LDII yang menyelenggarakan Munas dengan cara paperless.”Saya
kira ini sangat baik, dan perlu dicontoh ormas lain, kan bisa menekan biaya juga to?” ujar Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saefuddin, saat menerima kunjungan pengurus DPP LDII di ruang kerjanya di kantor Kementerian Agama RI di Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, pada Kamis
(3/11/2016).Dalam pertemuan itu, Abdullah Syam memaparkan persiapan Munas di antaranya Gerakan Menghormati Guru, yang bagi LDII mendesak untuk dilakukan. Pasalnya selain kurikulum pendidikan yang harus terus diperbaiki, penghargaan dan penghormatan terhadap guru di Indonesia kian lama kian pudar. “Guru bukan lagi sosok yang dihormati, hal ini mengganggu pendidikan Indonesia. Tanpa penghormatan terhadap guru, anak didik tidak memiliki role model, yang mengakibatkan kemerosotan generasi masa depan bangsa,” ujar Abdullah Syam.
Munas LDII nanti juga menjadi momentum untuk melansir starup berupa e-commerce pertama yang menggunakan sistem syariah, dengan alamat pikub.co.id <http://pikub.or.id/> Mengingat ekonomi bukan sekadar menjalankan perintah Allah SWT dan Rasulullah, namun dari sisi perdagangan jauh dari ribawi dan saling menguntungkan, baik penjual maupun pembeli.
Dari berbagai diskusi dana rah Munas ke depan, akhirnya Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memastikan akan hadir dan membuka Munas VII LDII.
Sementara itu, usai menemui Menteri Agama, Ketua DPP LDII Abdullah Syam menyatakan DPP LDII tidak melarang warganya untuk ikut turun ke jalan, asal tidak membawa atribut organisasi. Bagi DPP LDII, penghinaan terhadap ayat ataupun kitab suci Alquran, merupakan pelanggaran terhadap hukum agama dan hukum positif yang berlaku di Indonesia.
Dengan demikian, aksi demontrasi merupakan wujud penolakan terhadap penghinaan agama. Namun Abdullah Syam mengingatkan, Indonesia adalah negara hukum dan demokrasi. Ia berharap demontrasi nanti berjalan dengan tertib sebagai wujud unjuk rasa, dan jauh dari kekerasan yang justru menimbulkan sikap antipasti terhadap umat Islam yang ingin membela akidah.
DPP LDII, menurut Abdullah Syam, mendukung proses hukum yang berlaku dan tidak lagi ada pihak-pihak yang mempolitisasi atau menggunakan agama dalam ranah pemilihan kepala daerah. (Frediansyah Firdaus)
-
Habiburrahman El-Shirazy: “Tantangan Islam adalah Bagaimana Memahami Islam dengan Sebaik-baiknya”
Bandar Lampung: “Melayu itu sangat identik dengan Islam, (more…)
-
Habiburrahma El-Shirazy: Indonesia Pernah Menjadi Center Ilmu Pengetahuan Islam
Bandar Lampung: Semarak Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) (more…)
-
Habiburrahman El Shirazy : “Acara AICIS harus terus ada di Indonesia”
Bandar Lampung: “Forum keilmuan seperti Acara AICIS (more…)
-
Prof. Dr. H. Moh Mukri, M.Ag : “IAIN Raden Intan Lampung Harus Bisa Berkontribusi dalam Menjadikan Indonesia Sebagai Role Model”
Bandar Lampung: “Satu kepecayaan dari Kemenag AICIS ke 16 (more…)
-
Dirjen Pendis: “Ada Beberapa Perbedaan AICIS 2016 dengan AICIS Sebelumnya”
Bandar Lampung: Forum Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) yang dilaksanakan pada 1-4 November 2016 resmi ditutup. Penutupan forum diskusi internasional ini dilaksanakan di GSG (Gedung Serba Guna) IAIN Raden Intan Lampung, Kamis sore (3/11/16).
Direktur Pendidikan Tinggi Islam, Amsal Bakhtiar mengatakan, pengadaan AICIS kali ini sangat berbeda dengan AICIS yang diadakan sebelumnya. Menurutnya ada beberapa poin perbedaan, yang pertama menurutnya adalah AICIS kali ini baru kali pertama diadakan di kampus. Ia mengatakan ACIS sebelumnya selalu diadakan di hotel. Ia juga memuji kampus IAIN Raden Intan Lampung dikatakannya bahwa kampus IAIN Raden Intan merupakan kampus yang bagus. “Kampusnya bagus, asri, dan ada embungnya. Embungnya ada ikannya lagi,” katanya sembari tertawa kecil.
Kedua adalah adanya ’Illegal Participant’ (peserta ilegal). Ia mengungkapkaan, pada AICIS kali ini terdapat banyak sekali ‘Illegal Participan’, namun bukan dalam artian negatif. “Illegal Participan, atau peserta ilegal yang saya maksudkan itu malah sangat positif sekali. Dua hari menjelang AICIS, pengelola jurnal se-Indonesia di bawah PTKIN ingin berpartisipasi di AICIS dan saya katakan silakan kalian datang semua. Saat mereka bertanya di mana tempatnya, saya bilang di masjid,” ujarnya.
Dalam sambutannya, ia juga mengungkapkan bahwa PTKIN memiliki 60 jurnal , 51 terakreditasi B, 4 terakreditasi A, dan tiga dari 4 tersebut terakreditasi dan terindeks di SCOPUS, yaitu jurnal bidang humaniora. “Ini luar biasa, karena baru ada di PTKIN kita, ini merupakan suatu kebanggaan,” ungkapnya dengan rasa bangga.
Ia juga mengatakan bahwa di perguruan tinggi lainnya, satupun tidak ada jurnal bidang humaniora yang terindeks SCOPUS. “Sementara sisanya yang lain masih sedang dalam proses akreditasi online,” ujarnya. (Dewie Yulianti)