Jakarta: Pengurus Lembaga Dakwah PBNU KH Muhammad Nur Hayid yang akrab disapa Gus Hayid mengajak segenap umat Islam untuk senantiasa meneladani Rasulullah SAW dalam kehidupan dan dakwah sehari-hari. Ajakan tersebut disampaikannya saat menjelaskan Al-Qur’an Surat Al Ahzab ayat 21 yang merupakan perintah gamblang untuk mengambil suri tauladan dari Rasul.
Salah satu suri tauladan dari Rasulullah, lanjut Pengasuh Pondok Pesantren Skill Jakarta ini adalah pandai mensyukuri nikmat dan anugerah dari Allah SWT. Walaupun Rasulullah adalah sosok yang makshum (dilindungi dari dosa) dan dijamin masuk surga, namun ia senantiasa tidak mengurangi frekwensi ibadahnya.
“Tekunnya Rasul dalam beribadah merupakan ungkapan syukur yang diwujudkan dengan senantiasa menggunakan segala nikmat Allah untuk menambah ketaatan dan keimanan kepada Allah SWT,” jelasnya, Senin (11/12).
Kehidupan bahagia dan tenang juga menurut Gus Hayid dapat dirasakan dari rasa bersyukur ini.
“Jika ingin berbahagia, hidup senantiasa tenang maka pandailah bersyukur. Jika tidak pintar bersyukur maka pastilah hidup penuh dengan kesesakan dan selalu suudzon (buruk sangka) kepada orang lain,” tambahnya.
Sifat lain Rasul yang patut diteladani adalah selalu sabar dalam menerima ujian dan mampu menahan emosi dari sikap orang lain yang menyakitinya. Rasulullah adalah sosok yang selalu mampu memaafkan orang lain.
“Akhlak rasulullah adalah Al-Qur’an. Walaupun terus di-zalimi, namun beliau mampu menahan emosinya dengan tidak meluapkannya kepada orang yang menzaliminya. Sebenarnya jika ia mau berdoa kepada Allah untuk membalas orang yang menzaliminya, niscaya Allah akan mengabulkannya. Namun ini tidak dilakukan Rasul,” terangnya.
Sementara itu, cara dakwah yang patut dicontoh dari Rasul menurut Pengurus Komisi Dakwah MUI Pusat ini adalah dengan cara memberikan hikmah. Dakwah menggunakan hikmah menurutnya akan dapat lebih diterima dan memperoleh hasil yang maksimal.
“Dakwah dengan hikmah melahirkan cinta. Dakwah dengan keangkuhan akan memunculkan rasa benci,” tegasnya.
Oleh karenanya dalam mengajak seseorang kepada hal yang baik, haruslah senantiasa mengedepankan dakwah dengan hikmah. Jika dakwah dengan hal ini tidak diterima maka ada langkah lain yaitu dengan mauidzatul hasanah.
“Jika harus saling memberikan argumentasi pun, haruslah senantiasa dilakukan dengan cara yang ahsan (yang paling baik). Tidak dengan blaming (menyalahkan) orang lain,” pungkas dai muda yang kerap menjadi pemateri Syiar Kemuliaan di salah satu stasiun televisi swasta nasional ini. (Muhammad Faizin)