Author: muilampungdigital

  • IPNU Kota Bandar Lampung Mengecam Tindakan Asusila Oknum Guru Terhadap Siswi SD, Desak Penindakan Tegas

    IPNU Kota Bandar Lampung Mengecam Tindakan Asusila Oknum Guru Terhadap Siswi SD, Desak Penindakan Tegas

    Bandar Lampung, MUI Lampung Digital

    Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kota Bandar Lampung Mengecam Keras atas Kasus Pencabulan Seorang Oknum Guru Berinsial FZ Terhadap Siswi Sekolah Dasar Swasta di Kota Bandar Lampung.

    IPNU sebagai organisasi Pelajar tentu sangat prihatin dan menyesalkan atas kasus yang sedang ramai diperbincangkan didunia pendidikan yaitu kasus tak terpuji seorang oknum guru SD IT di Kota Bandar Lampung yang mencabuli muridnya di dalam mobil pada saat jam sekolah.

    Ketua PC IPNU Kota Bandar Lampung, Adjie Surahman mengatakan “Ini merupakan sebuah tindakan yang sangat tidak terpuji dan tentu ini sangat mengkhawatirkan.“

    Disini saya mengatasnamakan Pelajar NU Kota Bandar Lampung tentu sangat mengecam dan mendesak aparat penegak hukum untuk segera menindak tegas pelaku pencabulan anak tersebut dengan hukuman yang seberat-beratnya.

    Di samping itu juga IPNU Kota Bandar Lampung berharap besar kepada Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak (PPPA) Kota Bandar Lampung untuk mengawal kasus ini dengan serius sampai tuntas dan juga meminta PPPA Kota Bandar Lampung untuk segera bertindak dalam menangani penyembuhan trauma pada si anak dengan pendampingan psikologis secara intensif. Karena langkah ini perlu dilakukan untuk mengurangi dampak psikologis jangka panjang, sekaligus memastikan anak tersebut bisa bangkit dan tidak kehilangan harapan serta kepercayaan diri.

    Terakhir, harapan kami Pelajar NU dalam bentuk kekerasan dalam dunia pendidikan ini, terutama kekerasan seksual terhadap anak harus segera dihentikan. Jangan sampai dunia pendidikan yang suci ini terus menerus dikotori dengan perilaku bejat atau tidak terpuji, yang menjadikan kesucian pendidikan menjadi tidak baik. (Saibani/Rita Zaharah)

  • Opini: Moderasi Beragama Menurut Prof Mukri

    Opini: Moderasi Beragama Menurut Prof Mukri

    Moderasi Beragama Menurut Prof Mukri
    Dr. Agus Hermanto, MHI
    Dosen UIN Raden Intan Lampung

    Orang yang moderat adalah orang yang mampu menguasai banyak ilmu, karena ilmu adalah alat dan senjata. Ibarat orang memiliki palu, maka ia hanya bisa digunakan untuk memukul paku, sehingga ia akan kesulitan ketika dihadapkan dengan mangga, apakah mangga akan dipukul juga sebagaimana paku, tentu tidak. Maka untuk mencapai tidak moderat dalam berpikir dan bertindak haruslah seseorang mampu memiliki banyak ilmu. Hal ini seirama dengan sabda Rasulullah SAW, “Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan dunia, maka haruslah dengan ilmu, dan barang siapa menginginkan kebahagiaan akhirat haruslah dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan (dunia dan akhirat) haruslah dengan ilmu” (HR. Muslim).

    Seorang yang moderat harus mampu mengintegrasikan keilmuan, antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnya, sehingga seseorang tidak terjebak pada egosentris yang akan menjadikannya memiliki asumsi yang eksklusif. Kita bisa bayangkan, betapa banyak persoalan yang harus kita hadapi di masyarakat, ketika seseorang mampu memahami dengan benar dan mampu menyelesaikan dengan baik maka pada saat itulah seseorang akan teruji dari segala hal yang akan menyudutkannya pada sebuah pemikiran yang sempit. Ketika seseorang menyelesaikan segala perkara hanya dengan satu alat yaitu satu disiplin ilmu, maka sejatinya ia akan dibenturkan dengan tuntutan logis pada disiplin ilmu lainnya, disanalah seseorang akan terlihat betapa sempit dan luasnya cara berpikir seseorang.

    Dalam kehidupan ini, segala tingkah laku kita telah diatur dalam agama. Namun demikian, tentunya tidaklah mungkin semua sunah itu dapat kita jalannya secara utuh. Maka disanalah kita akan terukur pada sebuah mindset kita, dan gelombang berpikir kita, apakah kita mampu mengimplementasikan sunah-sunah nabi secara kaku dan baku atau kita akan sangat dinamis dan realistis pada kebutuhan konteks yang sedang berkembang.

    Kemajuan teknologi dan kenaikan jumlah populasi mendesak pada setiap kita untuk berpikir cerdas. Cara berpikir cerdas dengan cara open mind, open heart, dan open will adalah cara berpikir yang moderat, kita hidup tidak boleh baper, terus berpikir positif dan selalu berpikir untuk kemaslahatan umat, jika kita berpikir pada umat, maka kita pun akan hidup bersama dengan umat, dan itulah hakekat dari ukhuwah.

  • Konsolidasi Bakortamas Tanjung Senang Bandar Lampung: Membangun Masjid Sebagai Pusat Peradaban dan Persatuan

    Konsolidasi Bakortamas Tanjung Senang Bandar Lampung: Membangun Masjid Sebagai Pusat Peradaban dan Persatuan

    Bandar Lampung, MUI Lampung Digital

    Pada Minggu malam, para pengurus dan anggota Badan Koordinasi Takmir Masjid (Bakortamas) se-Kecamatan Tanjung Senang, yang menaungi 62 masjid dan 34 musholla, mengikuti kegiatan pembinaan di Masjid Al Muhajirin, Perumahan Tanjung Raya Permai, Kelurahan Pematang Wangi. Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh agama dan masyarakat, serta pejabat setempat, yang bertujuan untuk memperkuat peran masjid dalam pembangunan peradaban umat Islam.

    Hadir dalam pembinaan tersebut Ketua Dewan Pakar Bakortamas Bandar Lampung, Dr. KH. Abdul Aziz, M.Pd.I., yang juga menjabat sebagai Sekretaris Umum MUI Kota Bandar Lampung. Beliau menyampaikan materi pembinaan dengan penekanan pada pentingnya masjid sebagai pusat peradaban umat. Turut hadir dalam acara ini Camat Tanjung Senang, Bapak M. Eri Arifandi, MM., Kepala KUA Tanjung Senang, Ust. Muhammad Mahsun, S.Ag., Rois Syuriyah MWC NU Tanjung Senang KH. Sujud Syuhada, serta sejumlah tokoh masyarakat lainnya.

    Poin Utama Pembinaan: Filosofi Hijrah dan Peran Masjid

    Dalam pembinaannya, Dr. Aziz menyampaikan lima poin penting.

    Pertama, ia mengingatkan filosofi hijrah sebagai perpindahan menuju kondisi yang lebih baik, sebagaimana Nabi Muhammad SAW berhijrah dari Mekah ke Madinah, yang kemudian menjadikan Islam kuat di Jazirah Arab.

    Kedua, masjid disebut sebagai pusat peradaban yang tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat aktivitas pendidikan, pemerintahan, dan sosial sebagaimana contoh Masjid Quba dan Masjid Nabawi di zaman Rasulullah.

    Ketiga, Dr. Aziz menekankan bahwa masjid harus menjadi simbol persatuan umat Islam (ukhuwah Islamiyah) sebelum merambah ukhuwah lainnya seperti ukhuwah wathaniyah (persatuan kebangsaan) dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan kemanusiaan). Menurutnya, persaudaraan se-iman dan se-akidah harus diperkuat terlebih dahulu agar tercipta kesatuan dalam membangun masyarakat.

    Memakmurkan Masjid dan Meningkatkan Literasi Digital

    Keempat, tugas utama Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) adalah memakmurkan masjid, yaitu dengan memastikan masjid selalu ramai jamaah dan memiliki kondisi keuangan yang baik, sebagaimana perspektif Ibnu Khaldun dalam karya Muqaddimah. Dengan dua aspek tersebut, banyak program masjid yang dapat dikembangkan untuk kemaslahatan umat.

    Kelima, Dr. Aziz menekankan pentingnya literasi digital di masjid agar masjid menjadi tempat yang menarik bagi generasi muda. Pemanfaatan teknologi, menurutnya, dapat membawa masjid lebih dekat dengan jamaah, terutama dalam menyebarkan informasi dan program-program keagamaan.

    Rangkaian Acara Ditutup dengan Shalawat

    Acara yang dimulai dengan shalat Isya berjamaah ini berlangsung khidmat hingga pukul 22.00 WIB dan ditutup dengan pembacaan shalawat nabi serta bersalaman. Para peserta berharap pembinaan seperti ini dapat terus dilaksanakan, untuk mempererat silaturahmi antar pengurus masjid sekaligus memperkuat peran masjid dalam membina umat dan generasi muda.

    Melalui pembinaan ini, Bakortamas Kecamatan Tanjung Senang optimis dapat memperkuat peran masjid sebagai pusat peradaban, sehingga umat Islam semakin kompak dalam menghadapi berbagai tantangan zaman. (Rita Zaharah)

  • Dies Natalis ke-39 Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Tulang Bawang (UTB) Lampung : Semangat Kebersamaan dalam Komunikasi

    Dies Natalis ke-39 Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Tulang Bawang (UTB) Lampung : Semangat Kebersamaan dalam Komunikasi

    Bandar Lampung, MUI Lampung Digital

    Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Tulang Bawang (UTB) Lampung merayakan Dies Natalis ke-39 dengan semangat kebersamaan dan harapan baru untuk masa depan. Acara yang berlangsung pada Sabtu malam (02/11/2024) di Aula Kampus UTB ini dihadiri oleh Dekan FISIP Rosidah, Wakil Dekan FISIP Suryani, Kaprodi Ilmu Komunikasi Yuli Evadianti, Sekprodi Administrasi Publik Hinfa Mosshananza, Sekprodi Administrasi Bisnis Aprilianto Amir, Dosen FISIP Suhaimi, Anwar, dan Kepala Biro Humas UTB Thabita Carolina serta para alumni dari Prodi Ilmu Komunikasi UTB Lampung.

    Acara Dies Natalis kali ini mengangkat tema “Ignite A Shared Spirit in Communication” yang bermakna pentingnya kebersamaan dan kolaborasi dalam dunia komunikasi. Acara puncak Dies Natalis diawali dengan sambutan hangat dari Kaprodi Ilmu Komunikasi, Yuli Evadianti, yang menekankan bahwa usia ke-39 tahun ini menjadi momen untuk terus menginspirasi, meningkatkan kualitas pendidikan, serta memperkuat peran komunikasi dalam masyarakat.

    Selanjutnya Dekan FISIP Rosidah dalam sambutannya juga mengapresiasi perjalanan panjang Prodi Ilmu Komunikasi UTB dalam mencetak generasi unggul di bidang komunikasi. “Semoga dengan usia yang hampir empat dekade ini, Prodi Ilmu Komunikasi UTB semakin maju, inovatif, dan mampu menghadapi tantangan perkembangan zaman,” ungkap Rosidah. Para tamu yang hadir turut memberikan dukungan dan apresiasi atas pencapaian Prodi Ilmu Komunikasi hingga saat ini.

    Acara puncak Dies Natalis ke-39 ditandai dengan pemotongan tumpeng yang dilakukan oleh Kaprodi Ilmu Komunikasi, didampingi Dekan FISIP, Wakil Dekan FISIP, dan Suhaimi. Pemotongan tumpeng ini menjadi simbol harapan akan kebersamaan dan keberhasilan yang lebih besar bagi Prodi Ilmu Komunikasi di masa depan.

    Dies Natalis ke-39 Prodi Ilmu Komunikasi UTB Lampung menjadi momentum berharga untuk terus menyatukan semangat dan komitmen dalam mendukung kualitas pendidikan komunikasi yang unggul, inovatif, dan mampu beradaptasi dengan perkembangan era digital yang dinamis. Dalam acara tersebut juga menayangkan pemutaran film berjudul Frekuensi karya para mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi dengan sutradara Thabita Carolina. (Suryani/Rita Zaharah)

  • Menghadapi Era Digital: Studium Generale Pascasarjana UIN RIL Bahas Peran Komunikasi dalam Ilmu Integratif Multidisipliner

    Menghadapi Era Digital: Studium Generale Pascasarjana UIN RIL Bahas Peran Komunikasi dalam Ilmu Integratif Multidisipliner

    Bandar Lampung, MUI Lampung Digital

    Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung (RIL) mengadakan Studium Generale dengan tema “Peran Komunikasi dalam Perkembangan Ilmu Integratif Multidisipliner di Era Digital” pada Jumat (1/11/2024). Acara yang berlangsung di Ballroom Gedung Academic & Research Center UIN RIL ini dihadiri oleh mahasiswa baru program magister dan doktor.

    Dr. Fauziah Hassan, Director of USIM ’Alamiyyah Universiti Sains Islam Malaysia (USIM), menjadi pembicara utama dalam acara ini dan membawakan materi mengenai pentingnya komunikasi sebagai sarana integrasi berbagai disiplin ilmu di era digital. Acara ini  dimoderatori oleh Dr. Abdul Qodir Zaelani, M.A., yang memandu jalannya diskusi dengan dinamis dan interaktif, sehingga suasana diskusi menjadi semakin hidup.

    Wakil Rektor (WR) I, Prof. Dr. H. Alamsyah, M.Ag., membuka acara dengan memperkenalkan berbagai pencapaian UIN RIL, termasuk rencana pembukaan Program Doktor (S3) Ekonomi Syariah. Ia menegaskan pentingnya komunikasi dalam mewujudkan sinergi antara ilmu-ilmu agama, sosial, sains, dan komunikasi, sesuai visi integratif kampus.

    “Ilmu tidak dapat berdiri sendiri. Setiap ilmu saling menyapa dan memberikan masukan satu sama lain. UIN Raden Intan Lampung terus mengembangkan kajian multidisipliner, interdisipliner, dan transdisipliner yang relevan dengan kebutuhan zaman,” ujar Prof. Alamsyah.

    Sementara Direktur Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung Prof. Dr. Ruslan Abdul Ghofur, MSi mengatakan bahwa Studium Generale ini bertujuan memberikan wawasan menyeluruh bagi mahasiswa baru. Tema kali ini diangkat karena komunikasi sangat penting di era digital 5.0, di mana persaingan terjadi secara global. Ia berharap diskusi dapat berjalan interaktif dan membuka wawasan mahasiswa mengenai pentingnya komunikasi dalam menghadapi tantangan akademik.

    Mahasiswa terlihat sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Mereka mengaku mendapatkan banyak hal baru terkait peran komunikasi dalam studi multidisipliner dan tugas akhir mereka di jenjang pascasarjana.

    Kegiatan ini juga menyertakan sesi tanya jawab yang hangat. Dr. Abdul Qodir Zaelani, M.A., sebagai moderator, berhasil mengelola sesi diskusi dengan baik, sementara para penanya terpilih mendapatkan doorprize yang langsung diserahkan oleh Direktur Pascasarjana dan Dr. Fauziah sebagai apresiasi atas partisipasi aktif mereka.

    Acara Studium Generale ini memperlihatkan komitmen UIN Raden Intan Lampung dalam menciptakan lingkungan akademik yang dinamis, relevan dengan tantangan global, dan berfokus pada ilmu yang integratif. (Rita Zaharah)

  • Dr. H. Abdul Aziz, MPd.I Jelaskan Mandi Besar (Janabat) pada Kajian Sabtu Subuh Masjid Nurul Islam

    Dr. H. Abdul Aziz, MPd.I Jelaskan Mandi Besar (Janabat) pada Kajian Sabtu Subuh Masjid Nurul Islam

    Bandar Lampung, MUI Lampung Digital

    Masjid Nurul Islam di Way Halim Permai pada Subuh ini dipenuhi oleh jama’ah yang antusias mengikuti kajian rutin Sabtu Subuh. Pada Sabtu pekan pertama bulan November 2024 ini menghadirkan Dr. H. Abdul Aziz, M.Pd. (Sekretaris Umum MUI Kota Bandar Lampung) sebagai Narasumber. Dalam kajian kali ini, Dr. H. Abdul Aziz M.Pd. membahas topik tentang Mandi Besar (Janabat) sebuah bahasan yang sangat esensial dalam menjaga kesucian diri sebagai bagian dari pelaksanaan ibadah dalam Islam.

    Dalam pemaparannya, Dr. H. Abdul Aziz M.Pd. menyampaikan materi mengenai makna dan urgensi dari Mandi Janabat. Menurutnya, mandi janabat bukan sekadar aktivitas fisik untuk membersihkan tubuh, tetapi juga merupakan ibadah yang bertujuan untuk membersihkan diri dari hadats besar dan memastikan kesucian sebelum melaksanakan ibadah-ibadah tertentu, seperti shalat dan membaca al-Qur’an. “Mandi janabat memiliki peran penting dalam menjaga kita tetap suci dan bersih. Ibadah ini sangatlah utama dan perlu dilakukan sesuai tuntunan agar diterima di sisi Allah,” ujar Dr. Abdul Aziz dalam penyampaian materi kajiannya.

    Beliau kemudian menjelaskan secara rinci tata cara mandi janabat yang benar menurut syariat Islam. Tahapan-tahapan yang dibahas mulai dari niat yang lurus, cara penyiraman air ke seluruh tubuh, hingga beberapa hal teknis yang perlu diperhatikan agar mandi janabat dinilai sah. Dr. Abdul Aziz juga menekankan pentingnya niat sebagai pembeda antara aktivitas mandi biasa dengan mandi janabat yang bersifat ibadah.

    Selain tata cara, Dr. Abdul Aziz juga menguraikan beberapa kondisi yang mewajibkan seorang Muslim untuk melakukan mandi besar. Di antaranya adalah setelah berhubungan suami istri, keluarnya mani, dan bagi perempuan setelah selesai masa haid atau nifas. Beliau menekankan bahwa memahami kondisi-kondisi ini sangat penting agar umat Muslim dapat menjaga kebersihan dan kesucian sesuai dengan tuntunan agama.

    Respon jama’ah dalam mengikuti kajian ini sangat positif. Banyak dari mereka yang antusias mendengarkan, dan berpartisipasi dalam sesi tanya-jawab yang dibuka di akhir kajian. Sesi tanya jawab ini menjadi momen bagi para jama’ah untuk memperdalam pemahaman mereka tentang materi yang dibahas, di mana Dr. H. Abdul Aziz M.Pd. memberikan jawaban yang komprehensif atas setiap pertanyaan.

    Robin HB dan Agus Tamin, jama’ah yang mengikuti kajian ini, menyatakan bahwa ia sangat terbantu dengan penjelasan Dr. Abdul Aziz yang detail dan mudah dipahami. “Penjelasannya sangat menyeluruh, dari aspek niat hingga praktek. Banyak dari kita yang mungkin sudah pernah mendengar tentang mandi janabat, tetapi dengan kajian ini saya jadi paham lebih mendalam dan lebih yakin dalam menjalankan ibadah,” ujarnya.

    Kajian Sabtu Subuh di Masjid Nurul Islam Way Halim Permai ini diharapkan dapat menjadi wadah edukasi atau majelis ilmu yang berkelanjutan bagi masyarakat atau jama’ah masjid pada khususnya dalam hal Ilmu keagamaan Islam. Takmir Masjid berharap agar kajian-kajian yang diselenggarakan setiap Sabtu subuh dan Rabu subuh di Masjid Nurul Islam ini bisa terus terselenggara dan diikuti dengan semangat oleh masyarakat atau jama’ah, sehingga semakin banyak umat Islam atau jama’ah yang tercerahkan dan dapat mengamalkan ajaran agama dengan baik.

    Kajian-kajian keagamaan yang diselenggarakan oleh Takmir Masjid Nurul Islam ini bukan hanya membahas Ilmu Fikih, tetapi juga Tafsir Al-Qur’an, Hadits, dan Tasawuf dengan Narasumber kompeten yang berbeda, supaya jama’ah mendapatkan ilmu agama bukan dari satu sumber. (Suryani/Rita Zaharah)

  • Opini: Pondok Pesantren dan Badan Usaha Milik Pesantren (BUMPes) Menuju Kemandirian Ekonomi.

    Opini: Pondok Pesantren dan Badan Usaha Milik Pesantren (BUMPes) Menuju Kemandirian Ekonomi.

    Pondok Pesantren dan Badan Usaha Milik Pesantren (BUMPes) Menuju Kemandirian Ekonomi

    Drs. KH. M. Noerulloh Qomaruddin AS, M.H.
    Pengasuh Ponpes Walisongo Lanpung utara & Ketua Umum MUI Kabupaten Lampung Utara

    1. Mukadimah
    Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam memiliki peran penting dalam mencetak generasi yang berakhlak dan berpengetahuan agama, kini semakin berupaya untuk berperan aktif dalam bidang ekonomi. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan mendirikan Badan Usaha Milik Pesantren (BUMPes). Langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk mencapai kemandirian ekonomi pesantren serta memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat sekitar.

    2. Pentingnya Kemandirian Ekonomi di Pesantren.
    Kemandirian ekonomi di lingkungan pesantren merupakan hal yang sangat penting. Selama ini, sebagian besar pesantren mengandalkan bantuan dari donatur, pemerintah, maupun masyarakat dalam memenuhi kebutuhan operasional. Dengan kemandirian ekonomi, pesantren tidak hanya mengurangi ketergantungan pada pihak luar, tetapi juga memiliki sumber pendapatan yang stabil untuk memenuhi kebutuhan lembaga serta meningkatkan kesejahteraan pengelola, guru, dan santri.

    Kemandirian ekonomi juga memungkinkan pesantren berfokus pada pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar tanpa khawatir mengenai keberlangsungan biaya operasional. Dengan demikian, pesantren dapat berfungsi sebagai lembaga yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga mencetak santri yang memiliki kemampuan kewirausahaan dan keterampilan lainnya.

    3. Badan Usaha Milik Pesantren (BUMPes).
    Badan Usaha Milik Pesantren atau sering disingkat sebagai BUMPes, adalah suatu bentuk badan usaha yang didirikan oleh pesantren dan dikelola oleh pengurus, santri, maupun alumni pesantren. BUMPes ini bertujuan untuk menjadi sumber pendapatan bagi pesantren serta menjadi wadah bagi santri untuk belajar tentang dunia usaha. Bentuk usaha yang dijalankan BUMPes bisa sangat beragam, mulai dari sektor pertanian, perikanan, perdagangan, hingga jasa.

    Dengan adanya BUMPes, pesantren diharapkan dapat mengembangkan potensi ekonomi lokal yang ada di sekitar mereka. Misalnya, pesantren yang berada di daerah pedesaan dengan potensi pertanian yang melimpah dapat mendirikan usaha di bidang agribisnis, seperti budidaya tanaman atau peternakan. Begitu pula dengan pesantren yang berada di dekat kawasan wisata dapat membuka usaha berupa homestay atau toko oleh-oleh, yang akan menarik minat wisatawan.

    4. Manfaat dan Dampak Positif BUMPes bagi Pesantren dan Masyarakat.
    Pendiriian BUMPes memberikan berbagai manfaat, baik bagi pesantren maupun masyarakat sekitar. Berikut beberapa di antaranya:

    1. Sumber Pendapatan Pesantren: Dengan adanya BUMPes, pesantren memiliki sumber pendapatan yang berkelanjutan, yang dapat digunakan untuk memperbaiki fasilitas, meningkatkan kesejahteraan guru dan santri, serta membiayai kegiatan-kegiatan yang mendukung perkembangan pendidikan pesantren.

    2. Pendidikan dan Pelatihan Wirausaha bagi Santri: Melalui BUMPes, santri dapat belajar tentang cara menjalankan usaha, mulai dari proses produksi hingga manajemen bisnis. Santri juga dapat mengembangkan soft skill seperti kepemimpinan, komunikasi, dan manajemen waktu yang sangat berguna saat mereka terjun ke masyarakat.

    3. Penguatan Ekonomi Lokal: BUMPes yang berbasis pada potensi lokal akan membantu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Sebagai contoh, usaha pertanian atau peternakan dapat melibatkan masyarakat sebagai pemasok bahan baku atau tenaga kerja. Dengan demikian, BUMPes menjadi salah satu bentuk kontribusi nyata pesantren terhadap kesejahteraan masyarakat.

    4. Meningkatkan Kemandirian Pesantren: Dengan memiliki usaha sendiri, pesantren tidak hanya bergantung pada bantuan pihak luar. Hal ini membuat pesantren lebih mandiri secara finansial dan mampu mengelola keuangannya sendiri dengan lebih baik.

    5. Tantangan dan Solusi dalam Mengembangkan BUMPes.
    Meskipun BUMPes memiliki banyak manfaat, pengembangan BUMPes juga dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti keterbatasan sumber daya manusia yang memiliki keahlian bisnis, permodalan yang terbatas, dan kurangnya pengalaman dalam pengelolaan usaha.

    Untuk menghadapi tantangan ini, pesantren dapat bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti pemerintah, lembaga keuangan, dan organisasi non-profit yang memiliki program pemberdayaan ekonomi. Pemerintah dapat mendukung pengembangan BUMPes dengan menyediakan bantuan permodalan atau pelatihan bisnis bagi pengelola dan santri. Selain itu, pesantren juga dapat membentuk jaringan dengan pesantren lain yang sudah lebih dulu sukses dalam mengembangkan BUMPes, sehingga mereka dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan.

    6. Ikhtitam
    Pendirian Badan Usaha Milik Pesantren (BUMPes) adalah langkah strategis dalam mencapai kemandirian ekonomi pesantren dan memperluas manfaat pesantren bagi masyarakat. Dengan adanya BUMPes, pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga mampu mencetak generasi santri yang memiliki keterampilan kewirausahaan serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi di lingkungan sekitarnya. Dengan dukungan dari pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak lainnya, diharapkan BUMPes akan semakin berkembang dan menjadi model ekonomi mandiri yang berkelanjutan bagi pesantren-pesantren di seluruh Indonesia, khususnya di Provinsi Lampung.

  • Demi Ciptakan Suasana Sejuk jelang Pilkada Serentak, Pemprov Lampung akan Selenggarakan Pengajian Bersama

    Demi Ciptakan Suasana Sejuk jelang Pilkada Serentak, Pemprov Lampung akan Selenggarakan Pengajian Bersama

    Bandar Lampung, MUI Lampung Digital

    Dalam rangka rencana penyelenggaraan kegiatan Pengajian Bersama, Pemerintah Provinsi Lampung menggelar rapat koordinasi yang menghadirkan Pimpinan berbagai instansi dan lembaga terkait. Rapat dilaksanakan di Ruang Rapat Kantor Staff Ahli Gubernur dan dipimpin oleh Asisten 1 Bidang Pemerintahan dan Kesra Pemprov Lampung Drs. H.M. Firsada M.Si. pada Kamis sore 31/10/2024.

    Rapat ini dihadiri oleh Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat Provinsi Lampung, Yulia Mega Ria, Sekretaris Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Lampung, Syafriyadi M.Si., serta perwakilan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Lampung, Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Lampung, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Lampung, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung, Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Lampung, Dinas Perhubungan, Kepolisian Daerah (Polda) Lampung, Badan Kesbangpol Provinsi, serta Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

    Dalam rapat tersebut, Firsada menyampaikan bahwa Pemprov Lampung akan menyelenggarakan Pengajian Bersama nanti pada tanggal 25 November 2024 di Lapangan Korpri halaman kantor Gubernur dengan penceramah Ustadz Dr Muhammad Subki Al Bughury S.Sos.I., M.Ag. Lebih lanjut Firsada mengatakan “Pemprov mengharapkan dukungan dan partisipasi dari instansi terkait sesuai domain nya agar supaya kegiatan ini sukses penyelenggaraannya, misalnya pihak Kepolisian dan Pol. PP., serta Dinas Perhubungan terkait pengaturan lalulintas, keamanan, ketertiban dan perparkiran, Kanwil Kemenag, dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi terkait mobilisasi jama’ah, Dinas Kominfo terkait sosialisasi dan publikasi/media, FKUB Lampung dan MUI Provinsi menghadirkan Dewan Pimpinan yang tergabung didalamnya.” ujar Firsada yang juga Kepala Badan Kesbangpol Provinsi Lampung ini.

    Karo Kesra Yulia Mega Ria menyampaikan bahwa “Pengajian Bersama yang akan diselenggarakan oleh Pemprov berkolaborasi dengan Forkopimda dan instansi terkait ini sebagai bentuk ikhtiar kita bersama dalam menciptakan suasana yang menyejukan dan kondusif menjelang Pemilihan Kepala Daerah secara serentak pada tanggal 27 November 2024”.

    Sekretaris BPKAD Provinsi Lampung Syafriyadi M.Si. mengatakan bahwa terkait alokasi anggaran Insya Allah Pemprov Lampung akan menyediakan sesuai arahan pimpinan. “Namun kami pun berharap dukungan non finansial dari seluruh instansi terkait dalam turut mensukseskan kegiatan Pengajian Bersama ini”, ujar Syafriyadi.

    Dewan Pimpinan MUI Provinsi Lampung memberikan apresiasi kepada Pemprov Lampung atas inisiasi penyelenggaraan kegiatan Pengajian Bersama ini sebagai bentuk ikhtiar kita bersama dalam menciptakan kesejukan dan kedamaian masyarakat Lampung khususnya dalam suasana menjelang Pemilihan Kepala Daerah secara serentak ini. Oleh karenanya kami berharap “supaya kegiatan ini murni dan tidak dipolitisir atau ditunggangi oleh kepentingan politik siapapun, maka sebaiknya tidak mengundang calon Kepala Daerah dan/atau Tim Suksesnya, dan semua jamaah yang hadir agar tidak memakai atau membawa atribut yang ada hubungannya dengan kontestan Pilkada”. pungkasnya.

    Sebelum rapat ditutup, semua perwakilan dari instansi-instansi yang turut hadir, menyatakan kesediaan dan kesiapannya untuk turut mensukseskan kegiatan Pengajian Bersama nanti tanggal 25 November 2024 tersebut. (Suryani/Rita Zaharah).

  • Ketua MUI Lampung Hadiri Pelepasan Purna Tugas Sekda Lampung

    Ketua MUI Lampung Hadiri Pelepasan Purna Tugas Sekda Lampung

    Bandarlampung, MUI Lampung Digital

    Pemerintah Provinsi Lampung menggelar seremoni Pelepasan Purna Tugas untuk Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Lampung, Fahrizal Darminto, di Mahan Agung, Bandarlampung, Kamis (31/10/2024). Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting di Provinsi Lampung sebagai bentuk penghormatan atas pengabdian dan kontribusi Fahrizal selama bertugas.

    Acara tersebut dihadiri oleh Pj. Gubernur Lampung Dr. Drs. Samsudin, SH., MH., M.Pd., Plt. Asisten 1 Drs. H.M. Firsada M.Si., para Kepala Dinas dan Badan, para Pejabat instansi vertikal, dan Pj. Bupati serta Walikota se-Provinsi Lampung.

    Turut hadir pula jajaran pimpinan Forkopimda Provinsi Lampung : Ketua DPRD Provinsi, Kapolda, Danrem 043/Garuda Hitam Brigjen TNI Rikas Hidayatullah, S.E., M.M., Perwira Pelaksana Lanal Lampung Letkol Laut (KH) Harazi, S.Ag., dan Komandan Batalyon Infanteri 9 Marinir Letkol Marinir Ahmad Toripin, S.A.P., M.Tr. Opsla., Kajati Lampung, Binda Lampung, dan Ketua Pengadilan Tinggi. Selain itu juga hadir Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung Prof. H. Wan Jamaluddin Z., M.Ag., Ph.D., Rektor Universitas Bandar Lampung (UBL) Prof. Dr. Ir. M. Yusuf S. Barusman, MBA, Rektor Institut Teknologi Sumatera (Itera), Prof. Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha, dan Rektor Universitas Lampung Prof. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A., I.P.M.

     

    Ketua MUI Provinsi Lampung, KH. Suryani M. Nur, bersama Sekretaris Umum KH. Mansur Hidayat, dan KH. Mahmudin Bunyamin, juga hadir dalam acara ini sebagai bentuk apresiasi dan dukungan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung terhadap para pejabat yang telah berdedikasi tinggi membangun Lampung.

    Dalam sambutannya, Pj. Gubernur Samsudin menyampaikan bahwa per 1 November 2024, Fahrizal Darminto tidak lagi bertugas sebagai Sekda, namun akan ada Penjabat (Pj) Sekda yang menggantikannya agar roda pemerintahan tetap berjalan. “Fahrizal Darminto telah memberikan kontribusi luar biasa dalam pembangunan dan membawa perubahan positif bagi Provinsi Lampung. Ia juga mampu membangun komunikasi yang baik dengan berbagai pihak,” ujarnya.

    Sementara itu, Fahrizal Darminto dalam sambutannya menyampaikan bahwa ia telah mengabdi selama 34 tahun 8 bulan. “Selama saya menjabat, pasti ada kesalahan. Oleh karena itu, saya mohon maaf kepada semua pihak,” katanya. Menutup sambutannya, Fahrizal mengungkapkan harapannya agar Sekda yang baru dapat melanjutkan tugas dengan lebih baik, mengingat tantangan yang semakin besar.

    Acara ini diakhiri dengan suasana haru dan penuh apresiasi terhadap dedikasi Fahrizal Darminto yang telah lama menjadi bagian penting dalam pemerintahan Provinsi Lampung serta photo bersama. (Suryani/Rita Zaharah)

  • Peran MUI sebagai Mufti, Himayatul Ummat, Khadimul Ummat, dan Shadiqul Hukumah dalam Menghadapi Dinamika Sosio-Kultural di Indonesia

    Peran MUI sebagai Mufti, Himayatul Ummat, Khadimul Ummat, dan Shadiqul Hukumah dalam Menghadapi Dinamika Sosio-Kultural di Indonesia

    Peran MUI sebagai Mufti, Himayatul Ummat, Khadimul Ummat, dan Shadiqul Hukumah dalam Menghadapi Dinamika Sosio-Kultural di Indonesia

    Oleh
    Suryani M. Nur
    Ketua MUI Provinsi Lampung
    (Disampaikan pada Pengukuhan Pengurus dan Rakerda MUI Kabupaten Tulang Bawang Barat, 30 Oktober 2024)

    Mukadimah
    Perubahan sosial sebagai hasil dari dinamika budaya seringkali menimbulkan gesekan dalam masyarakat. Islam sebagai agama universal dengan panduan dari al-Quran dan al-Hadits memerlukan peran ulama untuk menerjemahkan berbagai transformasi sosio-kultural dalam bentuk fatwa.

    Majelis Ulama Indonesia (MUI) didirikan pada 1975 sebagai wadah musyawarah para ulama dan cendekiawan Islam di Indonesia. MUI memiliki peran penting dalam menjaga ketertiban dan kestabilan sosial di tengah masyarakat yang majemuk. Peran-peran utama MUI sebagai mufti (pemberi fatwa), himayatul ummat (pelindung umat), khadimul ummat (pelayan umat), dan shadiqul hukumah (mitra pemerintah) memiliki dampak signifikan dalam membantu umat Islam menghadapi perubahan sosial yang terus berlangsung. Dalam konteks ini, MUI berperan sebagai pemandu yang tidak hanya berfokus pada pemahaman keagamaan, tetapi juga menavigasi perubahan sosio-kultural sesuai ajaran Islam.

    Peran MUI dalam Dinamika Sosio-Kultural :

    Mufti (Pemberi Fatwa)
    Sebagai mufti, MUI bertugas memberikan fatwa terkait isu-isu sosial dan budaya yang berkembang di masyarakat. Peran ini penting untuk menjawab berbagai persoalan yang muncul akibat perubahan sosial, seperti perkembangan teknologi, perubahan gaya hidup, dan penemuan baru.

    Himayatul Ummat (Pelindung Umat)
    Sebagai himayatul ummat, MUI berfungsi melindungi umat dari pengaruh luar yang berpotensi mengganggu aqidah atau keyakinan mereka. Dalam konteks globalisasi dan interaksi dengan bangsa lain, MUI berupaya menjaga akidah umat dengan mengeluarkan fatwa-fatwa yang mencegah umat Islam terseret dalam praktik-praktik yang bertentangan dengan ajaran agama.

    Khadimul Ummat (Pelayan Umat)
    Peran MUI sebagai khadimul ummat mencakup tugasnya sebagai pelayan yang senantiasa hadir untuk mendengarkan, memahami, dan merespons kebutuhan umat. MUI tidak hanya melayani dalam aspek spiritual tetapi juga dalam berbagai persoalan praktis, seperti membantu mengembangkan keuangan syariah. Pengembangan sistem keuangan syariah ini di Indonesia, yang terinspirasi dari fatwa MUI, telah memberikan umat Islam pilihan alternatif dalam bermuamalah yang sesuai dengan syariat Islam, terutama dalam sektor perbankan, asuransi, dan investasi.

    Shadiqul Hukumah (Mitra Pemerintah).
    Dalam perannya sebagai shadiqul hukumah atau mitra pemerintah, MUI turut serta dalam merumuskan kebijakan yang selaras dengan prinsip-prinsip Islam. Kerjasama ini terlihat dalam berbagai isu strategis, mulai dari regulasi halal, pendidikan Islam, hingga upaya penanggulangan radikalisme. MUI membantu pemerintah dengan memberikan perspektif yang berlandaskan pada syariat, sehingga kebijakan yang dihasilkan dapat diterima oleh masyarakat Muslim dan memberikan kontribusi pada kestabilan sosial.

    Dampak Fatwa MUI terhadap Perubahan Sosio-Kultural di Indonesia

    Beberapa faktor yang menyebabkan perubahan sosio-kultural di Indonesia adalah pola pikir yang semakin kritis, pertumbuhan populasi, interaksi dengan budaya asing, inovasi, dan kemajuan teknologi. Fatwa MUI berperan memberikan panduan moral yang membantu umat Islam memahami dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan ini tanpa harus kehilangan identitas keislaman mereka.

    Meskipun fatwa tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat, pengaruhnya tetap signifikan. Masyarakat, misalnya, menjadi lebih terlibat dalam program-program pemerintah yang sesuai dengan ajaran Islam,

    Ikhtitam
    Majelis Ulama Indonesia memiliki peran vital sebagai penjaga dan pemandu umat Islam dalam menghadapi berbagai dinamika sosio-kultural. Melalui peran sebagai mufti, himayatul ummat, khadimul ummat, dan shadiqul hukumah, MUI memberikan arahan yang tidak hanya berfungsi sebagai panduan religius tetapi juga sebagai pelindung stabilitas sosial di Indonesia. Meski tidak mengikat secara hukum, fatwa MUI berdampak luas dalam membentuk pandangan umat Islam terhadap isu-isu kontemporer. Dengan begitu, MUI tidak hanya berfungsi sebagai lembaga keagamaan, tetapi juga sebagai institusi sosial yang berperan dalam menjaga harmoni dan kedamaian di tengah masyarakat yang beragam.