Opini: Tadarus Ramadhan Menguji Bacaan al-Qur’an

Tadarus Ramadhan Menguji Bacaan al-Qur’an
Dr. Agus Hermanto, MHI
Dosen UIN Raden Intan Lampung

Tadarus Ramadhan adalah kesempatan mulia dan amalan meraih pahala yang berlipat ganda. Waktu yang ada hanya pada bulan penuh keberkahan yaitu Ramadhan. Tadarus dapat dilakukan kapan saja, pagi, siang, sore bahkan malam selagi waktu kita ada, namun pada umumnya tadarus malam yang kerap kali dilantunkan oleh para generasi muda hingga orang dewasa di masjid-masjid dan surau. Hal ini sudah menjadi tradisi lama, dan tidak ada suatu problem yang penting untuk dipersoalkan apalagi diperselisihkan oleh kita. Namun yang perlu di garis bawahi bahwa tadarus ini memiliki nilai pelajaran yang sangat berharga dan mulia, selain tadarus adalah bacaan ayat-ayat suci al-Quran yang setiap hurufnya bernilai pahala, juga bernilai pendidikan yang mengajarkan kepada kita dan generasi muda untuk cinta pada kitabnya, yaitu panduan hidup dan sumber hukum utama.

Suara tadarus yang bersahut menyahut antara satu masjid dengan masjid lainnya hingga surau-surau mengumandangkan bacaan ayat suci al-Quran menunjukkan adanya syiar Islam yang hidup dan dihidupkan. Hidup karena al-Quran dilantunkan dan hidup karena para generasi muda cinta pada al-Quran yang mulia. Namun demikian pula sejatinya tadarus adalah implementasi dari mengaji pada TPQ sekitar kita, artinya bahwa mereka anak-anak hingga remaja yang mampu mengaji (tadarus) menggunakan mic di masjid -masjid adalah mereka yang memiliki bekal mengaji dan mampu membacanya. Semakin banyak generasi kita yang masih silih berganti membaca ayat-ayat suci, berarti estafet generasi ke garasi yang Qur’ani dan Islami masih terus ada.

Begitu bahagianya kedua orang tua yang telah menjadikan anak-anak shalehnya terus berpacu untuk melantunkan kalam Ilahi, sebuah keberhasilan nyata yang dialaminya dengan penuh kegembiraan yang tiada terkira. Sebaliknya, masih banyak masjid-masjid yang sepi, sunyi tanpa ada suara syiar yang menggema, bukan karena menjaga nilai toleransi untuk hidup saling menghargai antar umat beragama, namun lebih pada adanya lantunan Ilahi berarti disana ada harapan dan masa depan generasi kita.

Dalam suatu kalimat mulia dikatakan (لم أرى خليلا قدر خليله كالقرآن فتوبى لمن اتّخد القرآن خليلا) saya belum melihat seorang sahabat yang memuliakan sahabatnya seperti halnya al-Quran, maka beruntunglah orang-orang yang menjadikan al-Quran sebagai sahabatnya.

Comments

Leave a Reply