Pentingnya Keseimbangan Pikiran dan Hati dalam Menghadapi Masalah
Pringsewu: Kehidupan di dunia tidak terlepas dari permasalahan yang datang silih berganti seakan tiada henti. Dalam menghadapi permasalahan tersebut kita hendaknya dapat memilah dan memilih mana permasalahan yang bisa diselesaikan oleh pikiran dan mana yang harus diselesaikan dengan hati.
“Masalah ada yang untuk dipikirkan ada yang harus dipasrahkan,” demikian dikatakan Mustasyar PCNU Kabupaten Pringsewu KH Anwar Zuhdi saat Ngaji Kitab Bidayatul Hidayah di Jihad (Ngaji Ahad) pagi di Aula Gedung NU Pringsewu, Ahad (13/8/2017).
Kiai kharismatik yang biasa dipanggil Abah Anwar ini menambahkan bahwa ketika pikiran tidak bisa lagi menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, maka sebaiknya tidak dipaksakan. Karena, jika memaksakan diri maka akibatnya permasalahan tidak akan terselesaikan dan menjadi beban mental kita.
“Biarkan hati yang menyelesaikan. Ini yang kita kenal dengan istilah tawakkal (berserah diri),” katanya.
Abah Anwar menambahkan bahwa keseimbangan dalam hidup diperlukan agar segala sesuatu dapat berjalan dengan baik serta mengurangi masalah lainnya muncul.
“Kita sering menghadapi masalah karena memang sering tidak terjadi keseimbangan. Semua kalau tidak seimbang jadinya pincang,” ujarnya.
Ia mencontohkan bagaimana hidup didunia harus seimbang antara kebutuhan dunia dan akhirat. Tidak baik selalu mengejar kebutuhan kehidupan di dunia dan tidak bijak pula melulu mengejar kepentingan akhirat.
“Ini sudah disebutkan baik dalam Al-Qur’an maupun hadits bahwa kita tidak boleh melupakan bagian kita didunia. Namun akhirat juga harus diraih,” tegasnya.
Selain membahas masalah tersebut, dalam kesempatam tersebut Abah Anwar juga menjelaskan 3 tipe golongan manusia yang dapat ditemui dalam kehidupan di dunia. Golongan pertama adalah orang yang tidak memanfaatkan lisan dan hatinya untuk menyebut dan mengingat Allah.
“Golongan ini adalah golongan ahli maksiat. Mereka ini seperti bangkai yang hidup,” tegasnya.
Yang kedua adalah orang yang memanfaatkan lisannya untuk mengajak kepada kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah, tapi hatinya kosong. Mereka tidak melakukan apa yang dikatakannya.
“Kelompok ini sangat dimurkai oleh Allah SWT,” katanya sambil mengutip ayat Al-Qur’an tentang orang yang tidak konsisten antara yang dikatakan dan dikerjakannya.
Dan yang ketiga adalah orang yang memanfaatkan lisannya untuk menyebut Allah sekaligus menghidupkan hatinya dengan asma Allah.
“Mereka ini adalah orang yang beriman yang akan dijaga boleh Allah karena mereka sejatinya adalah kekasih Allah SWT,” pungkasnya. (Muhammad Faizin)