Breaking News

Islam Wasathiyah Sebagai Corak Faham Keagamaan Mainstream Umat Islam di Indonesia

Bandar Lampung: Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung gelar silaturahmi dan dialog ormas Islam yang di laksanakan pada, Kamis (20/07/2017) di Aula MCC Universitas Malahayati, Bandar Lampung. Acara yang mengusung tema “mengembangkan Islam wasathiyah untuk meneguhkan komitmen bersama terhadap Pancasila dan NKRI” ini dihadiri berbagai ormas (organisasi masyarakat) Islam, diataranya yakni NU, Muhammadiyah, LDII, Fatayat, dan lain-lain.

Dr. KH. Khairuddin Tahmid, M.H., Ketua Umum MUI Provinsi Lampung yang juga sebagai pembicara dalam dialog tersebut, menyampaikan bahwa dalam mempromosikan Islam wasathiyah untuk meneguhkan Pancasila dan NKRI, MUI memiliki peran strategis diantaranya adalah MUI sebagai pewaris tugas para Nabi (Warasatul anbiya), pemberi fatwa (mufti), pembimbing dan pelayan umat (khadimul ummah), penegak amar ma’ruf nahi munkar, pelopor gerakan pembaruan (al-tajdid), serta sebagai pelopor gerakan perbaikan dan perdamaian (ishlah).

Selain itu, menurut Dr. KH. Khairuddin Tahmid, M.H., Islam yang rahmatan lil’alamin adalah Islam yang wasathiyah (tengah-tengah), Islam yang tidak membelok ke kiri maupun ke kanan. Islam wasathiyah adalah Islam yang bersifat Inklusif (terbuka), mempunyai prinsip, namun menghargai perbedaan. Bukan bersifat eksklusif (tertutup), yang tidak mentolerir jika ada suatu perbedaan. Dalam berijtihad menurutnya, tidak ada kebenaran yang mutlak, namun bersifat relatif. Oleh karena itu, tidak boleh suatu golongan merasa bahwa pendapatnya yang paling benar, apalagi sampai menyalahkan pendapat lain. Hal inilah yang pada akhirnya menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam.

Paradigma Islam wasathiyah inilah yang sesuai dan menjadi corak faham keagamaan mainstream umat Islam di Indonesia. Islam wasathiyah identik dengan kaum muslimin yang disebut sebagi ‘ummatan wasathan’ (Qur’an 2:143). Umat seperti inilah yang dapat dan mampu menjadi saksi kebenaran bagi manusia lain. Yakni ummat yang selalu menjaga keseimbangan, tidak terjerumus ke ekstrimisme kiri atau kanan. (Dewi Yulianti)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button