Breaking News

Relasi Kesalingan Antara Ilmu, Fikir, dan Dzikir

Relasi Kesalingan Antara Ilmu, Fikir, dan Dzikir

Oleh : Dr. H. Khairuddin Tahmid, MH

Ketua Umum MUI Lampung

الحمد لله رب العالمين وبه نستعين على امورالدنيا والدين. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين. اما بعد
فياعباد الله أوصيكم وإياي بتقوى الله فقد فاز المتقون, وقال الله تعالى فى القرأن العظيم مَنْ عَمِلَ صَالِحًامِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُونَ

 

Kaum muslimin Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakulullah

Pada kesempatan yang berbahagia ini, sembari bersila, duduk istiqamah di Masjid Raya Nurul Ulum Islamic Centre ini, marilah kita semua melakukan muhasabah (mengintropeksi) diri kita masing-masing, dan sekaligus melakukan refleksi kritis terhadap rekam jejak kehidupan kita, sehingga diharapkan mampu menghadirkan kesadaran baru, berupa langkah kongkrit untuk   meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan melaksanakan seluruh perintah-perintahnya dan menjauhi segenap larangan-larangan Allah.  Pada kesempatan kali ini, khatib ingin mengangkat tema tentang relasi kesalingan atau keterpaduan antara ilmu, fikir, dzikir, dan ikhtiar dalam menjalani hidup dan kehidupan kita selaku muslim dan mu’min.

Hadirin yang dimuliakan Allah, sesungguhnya agama Islam yang kita sama-sama cintai ini sangatlah menekankan pentingnya menuntut ilmu, karena itu Rasulullah SAW sangat menganjurkan kepada umatnya agar giat menuntut ilmu dan mendaya­guna­kan akal pikiran dalam menjalani setiap langkah kehidupan serta mengadakan penelitian dan kajian dalam menemukan pengetahuan guna keperluan hidup dan kehidupan.

Hal itu kita lakukan karena meyakini, bahwa ilmu itulah yang menjadi penegak kehidupan dan sebagai asas kebangkitan serta tiang tonggak­nya peradaban, sekaligus menjadi wasilah untuk memperoleh kemajuan bagi setiap pribadi dan umat pada umumnya. Perlu dipahami dengan sebaik-baiknya bahwa Islam itu adalah agama kehidupan (Dînul Hayât) yang cocok bagi setiap zaman dan tempat. Islam adalah agama yang mementingkan keselamatan akhirat, namun tetap menyuruh untuk memperoleh kehidupan yang baik di dunia (Hayâtan Thayyibah).

Allah SWT berfirman :

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُونَ

Artinya : “Siapa saja yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beri­man, maka se­sungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia) dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. 16 An Nahl : 97).

Untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan pada kedua kehidupan tersebut, maka Islam sangat menekankan pentingnya menuntut ilmu, Rasulullah SAW bersabda :

مَنْ اَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَ اْلاَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ

       Artinya : “Barangsiapa yang ingin sukses di dunia, maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang ingin sukses di akhirat, maka hendaklah dengan ilmu, dan barangsiapa yang ingin sukses pada keduanya (dunia dan akhirat) maka hendaklah dengan ilmu (pula).” (Al Hadits).

Hadirin jamaah jum’at yang berbahagia

Syari’at Islam berdiri atas ilmu dan menganjurkan untuk senantiasa meningkatkan ilmu dalam setiap urusan duniawi dan ukhrawi. Marilah kita perhatikan bahwa mula-mula ayat yang turun kepada Nabi Muhammad SAW adalah ayat yang mendorong untuk belajar dalam rangka memperoleh ilmu atau ma’rifat, sedangkan jalan atau cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan adalah dengan jalan mempergunakan pena dan membaca, yakni tulis baca. Allah berfirman:

ù&tø%$# ÉOó™$$Î/ y7În/u‘ “Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7š/u‘ur ãPtø.F{$# ÇÌÈ “Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ

Artinya : “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia (Allah) telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan qalam. Dia (Allah) mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS. 96 Al-‘Alaq : 1-5).

Allah SWT telah memuliakan manusia melebihi hewan dengan ilmu yang dimilikinya dan diamalkannya dalam menata hidup dan kehidupannya. Jadi, ilmu itu merupakan sifat khas manusia, yang kalau tidak didasari ilmu, niscaya tercabutlah sifat kemanusiaan dari dirinya dan disebabkan adanya ilmu itu merupakan sarana untuk meningkatkan kehidupan dari alam hayawani menjadi alam insani, sebagaimana kita ketahui bahwa malaikat pun disuruh sujud (menghormat) kepada Adam a.s. disebabkan karena Adam a.s. mempunyai kelebihan berupa ilmu tentang nama-nama yang telah diajarkan Allah kepadanya.

Mari kita lihat konsep relasi kesalingan atau keterpaduan antara ilmu, fikir, dan dzikir yang akan direalisasikan dalam bentuk amalan kehidupan yang nyata guna memperoleh keselamatan duniawi dan ukhrawi. Allah SWT berfirman:

žcÎ) ’Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚö‘F{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# ͑$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy ’Í<‘rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ tûïÏ%©!$# tbrãä.õ‹tƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4’n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbr㍤6xÿtGtƒur ’Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚö‘F{$#ur $uZ­/u‘ $tB |Mø)n=yz #x‹»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ߙ $oYÉ)sù z>#x‹tã ͑$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ

Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka periharalah kami dari siksa neraka” (QS. 3 Ali Imran : 190-191).

Dari firman Allah tersebut dapatlah kita mengambil pelajaran yang sangat berharga bahwa fikir dan dzikir merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam memperkokoh iman dan tauhid kita kepada Allah SWT. Dalam hal ini kita hanya diperbolehkan merenungkan dan memikirkan tentang fenomena alam semesta dan bahkan dalam diri kita sendiri, sedangkan mengenai Zat Allah tidak dibenarkan merenungkan dan memikirkannya. Rasulullah SAW bersabda :

تَفَكَّرُوْا فى خَلْقِ اللهِ وَلاَتَفَكَّرُوْا فى اللهِ فَتَهْلَكُوْا

Artinya : “Berfikirlah tentang makhluk Allah dan janganlah kamu berfikir tentang Zat-Nya, niscaya kamu akan binasa karenanya” (HR. Abu Syekh).

Dari penjelasan tersebut dapatlah kita memahami bahwa fikir dan dzikir haruslah memperkokoh Tauhid Rububiyah maupun Tauhid ‘Uluhiyah, yaitu tauhid yang melahirkan pemahaman tentang kebesaran Allah dan kekuasaan-Nya, dan tauhid yang melahirkan amalan berupa ibadah kepada Allah SWT yang diwujudkan dalam berbagai bentuk ibadah, seperti shalat, zakat, puasa, haji dan lain-lainnya.

Hadirin jama’ah jum’at rahimakumullah

Sebenarnya yang paling inti di dalam ajaran Islam itu adalah Tauhid Uluhiyah yang merupakan ajaran yang dibawa oleh para Nabi terdahulu, yaitu ajakan untuk menyembah kepada Allah SWT dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu dari makhluk-Nya. Sebab kalau hanya Tauhid Rububiyah saja, kaum musyrikin di Mekkah pun bertauhid secara Tauhid Rububiyah, bahwa mereka mengakui bahwa Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi, namun mereka tetap menyembah patung-patung dan berhala dengan alasan bahwa berhala-berhala itu adalah menjadi wasîlah baginya kepada Allah.

Bahkan Iblis pun mengakui Allah sebagai pencipta dirinya sendiri, namun Iblis enggan tunduk melakukan perintah Allah pada waktu diperintahkan supaya menghormat kepada Adam. Karena itu marilah kita integrasikan antara ilmu, fikir, dan dzikir dalam meningkatkan kualitas iman dan kuali­tas ibadah kita kepada Allah SWT. Ilmu merupakan lampu penerang bagi setiap muslim dalam menjalani hidup dan kehidupannya agar tidak salah dalam mengerjakan dan mengamalkan perintah Allah, sedangkan fikir me­ru­pakan penjernihan akal dan jiwa kita untuk mengakui kebesaran Allah dan memahami kelemahan diri kita, se­dangkan dzikir mengarahkan hati kita untuk selalu bertaqarrub ke hadirat Allah SWT dengan berbagai macam be­n­tuk kegiatan yang bersifat ibadah.

Ibadah inilah sebenarnya menjadi fokus utama kehadiran kita di muka bumi ini, yaitu untuk mengabdi kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya

 وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّلِيَعْبُدُونِ

Artinya :“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku” (QS. 51 Adz Dzariyaat : 56).

Mari kita jadikan firman Allah tersebut sebagai petunjuk dan pedoman utama dalam melaksanakan seluruh pengabdian kita kepada Allah SWT dan menjadikannya sebagai dasar setiap amal yang kita lakukan, yang tiada lain intinya ialah ikhlas semata-mata karena untuk mencapai ridha Allah SWT, mari kita jadikan ilmu sebagai pelita dalam melalui jalan kehidupan yang penuh dengan rintangan, dan kita jadikan fikir dan dzikir sebagai penjernih jiwa dan pikiran dalam menempuh berbagai macam tantangan, dan dengan demikian kita akan mampu mengadakan pilihan dan ikhtiar untuk menentukan sikap dalam melaksanakan kewajiban dan amanat yang dipikulkan di atas diri kita masing-masing.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II:

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ, وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ, اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ, وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ, وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ, وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ, وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ, وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا, وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا, وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا, وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ, وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا, وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا, وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَا, وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا, وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا.

ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفى الاخرة حسنة وقنا عذاب النار.

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

يَأْتِيْ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيْهِمْ عَلَى دِيْنِهِ كَاْلقَابِضِ عَلَى اْلجَمْرِ (رواه الترمذي)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button