Breaking NewsOrmas

Hadir Sebagai Narasumber di Fatayat NU, Dr. KH. Khairuddin Tahmid, MH Jelaskan Pentingnya Islam Wasathiyah

Bandar Lampung: Maraknya berbagai pemahaman yang kerap menimbulkan keraguan dan perpecahan, serta merusak akidah ahlussunnah wal jam`ah, mendapat sorotan dikalangan aktifis perempuan NU. Pimpinan wilayah Fatayat NU mengadakan kegiatan diskusi Aswaja “Penguatan Nilai-Nilai Aswaja di Era Globalisasi,” Sabtu, (4/3/2017) di Kantor PWNU Jl. Cut Mutia Bandar Lampung.

Kegiatan diikuti oleh 35 –an peserta perwakilan dari beberapa PC Fatayat. Diskusi tersebut juga menghadirkan narasumber ketua MUI Lampung, Dr. KH. Khairudin Tahmid, MH. Hadir pula dalam kesempatan tersebut wakil ketua PWNU KH.Agus Saeful Islam.

Wakil ketua PWNU KH.Agus Saeful Islam dalam sambutannya mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh PW Fatayat, dan berharap adanya diskusi tentang aswaja tersebut dapat menjadi momentum untuk menyatukan misi dan visi akan idiologi aswaja.

Sementara itu ketua PW Fatayat, Khalida menyatakan bahwa diadakannya diskusi aswaja sebagai respon atas kegelisahan dikalangan masyarakat, utamanya Fatayat  akan maraknya berbagai paham yang bisa merusak pemahaman aswaja. Hal itu terutama saat menjelang hingga pasca gelaran pilkada serentak kemarin.

“Dalam tubuh NU kita saat ini banyak yang bilang NU rasa FPI, NU rasa Wahabi. Oleh karenanya kita berkumpul hari ini berdiskusi untuk menyatukan visi dan pemahaman tentang aswaja,” katanya.

Fatayat, lanjutnya, sebagai orgnisasi perempuan muda memiliki kewajiban memberikan pemahyaman kepada kader-kader Fatayat agar mampu menghadapi liberalisasi informasi, dan mampu menyaringnya dengan mengedepankan aswaja sebagai idiologinya,

Sementara itu ketua MUI dalam pemaparanya menjelaskan bahwa pentingnya pemahaman akan Islam Wasathiyah. Yaitu pemahaman islam yang tidak menjurus pada pemahaman keras dan radikal, tetapi santun dan lemah lembut, pemahaman yang tidak memaksakan kehendak, tapi kesukarelaan, dan toleransi.

“Dan sebaik-baik amal perbuatan adalah yang pertengahan, dan agama Allah itu berada di antara yang beku dan yang mendidih.” (Andira Putri Isnaini)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button