Menjelang hari raya Idul Fitri, umat Islam di seantero dunia dikejutkan dengan aksi teror di Madinah. Menyusul kemudian aksi bom bunuh diri di Surakarta di tempat yang sedianya digunakan untuk shalat Id. Dari sederet aksi terorisme sejak lampau selalu diatasnamakan jihad Islam. Walaupun kita tidak sepenuhnya yakin bahwa mereka benar-benar membela kepentingan Islam.
Namun yang jelas tindakan mereka justeru menyudutkan umat Islam. Padahal Islam adalah agama yang mulia dan tidak identik dengan sparatisme atau pemberontakan (bughat). Islam telah mengharamkan (bughat) terorisme. Kendatipun demikian dalam sejarah selalu saja muncul kelompok-kelompok ekstrem.
Mereka mengatasnamakan jihad untuk membela kebenaran. Kedok inilah yang membuat kelompok ekstremis ini selalu muncul di setiap masa. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menengok sejarah cikal-bakal munculnya kelompok-kelompok pemberontak ini.
Pesan Nabi Saw Tentang Khawarij
Khawarij adalah kelompok (firqoh) di dalam Islam yang memiliki sifat merasa paling benar sendiri, mereka berkeyakinan bahwa merekalah yang paling beriman, paling sunnah dan paling bertaqwa. Sehingga keyakinan ini memunculkan sikap ekstrem. Seperti mengharuskan semua orang sepaham dengannya dan menyalahkan siapapun yang tidak sependapat dengan mereka. Bahkan tidak jarang mereka mengkafirkan dan menghalalkan darah sesama muslim.
Dalam sejarah Islam pemberontakan dimulai oleh Dzul Khuwaishirah. Al-Imam Ibnul Jauzi berkata dalam kitabnya Talbiis Iblis: “Khawarij yang pertama dan paling jelek adalah Dzul Khuwaishirah.” Sebenarnya siapa orang ini?. Imam al-Bukhari telah meriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri, bahwa ia berkata: “Ali pernah mengirim sepotong emas dalam kantong kulit yang telah disamak dari Yaman kepada Rasulullah Saw, dan emas itu belum dibersihkan dari kotorannya. Maka Nabi Saw membaginya kepada empat orang: ‘Uyainah bin Badr,
Aqra’ bin Habis, Zaid al-Khail, dan ‘Alqamah atau ‘Amir bin ath-Thufail. Maka, seseorang dari sahabat mereka mengatakan: “Kami lebih berhak dengan (harta) ini dibanding mereka.” Ucapan itu sampai kepada Nabi Saw, maka beliau bersabda: “Apakah kalian tidak percaya kepadaku, padahal aku adalah kepercayaan Dzat yang ada di langit (yakni Allah), wahyu turun kepadaku dari langit di waktu pagi dan sore.” (Shahih Al-Bukhari, no. 4351 dan Shahih Muslim, no. 1064)
Kemudian datanglah seorang laki-laki yang cekung kedua matanya, menonjol bagian atas kedua pipinya, menonjol kedua dahinya, lebat jenggotnya, botak kepalanya dan tergulung sarungnya. Orang itu berkata: “Bertaqwalah kepada Allah, wahai Rasulullah!”, Maka Rasulullah Saw menjawab: “Celakalah engkau! Bukankah aku manusia yang paling takwa kepada Allah di muka bumi?!”
Kemudian orang itu pergi. Maka Khalid bin Walid berkata: “Wahai Rasulullah, apakah harus aku penggal lehernya?”, Nabi Saw bersabda: “Jangan, dia masih shalat (yakni masih Muslim).” Khalid berkata: “Berapa banyak orang yang shalat berucap dengan lisannya (syahadat) ternyata bertentangan dengan isi hatinya.” Nabi Saw menjawab: “Aku tidak diperintahkan untuk mengorek isi hati manusia dan membelah dada-dada mereka.” Kemudian Nabi Saw melihat kepada orang itu seraya bersabda: “Sesungguhnya akan keluar dari keturunan orang ini sekelompok kaum yang membaca Kitabullah (al-Qur’an) secara kontinyu namun tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka melesat (keluar) dari (batas-batas) agama layaknya anak panah yang melesat menuju (sasaran) buruannya.” Dan beliau bersabda lagi: “Jika aku menjumpai mereka (lagi), niscaya aku akan bunuh mereka seperti dibunuhnya kaum Tsamud” (Shahih Al-Bukhari, no. 4351, 7432; Shahih Muslim, no. 1064; Sunan Abi Dawud, no. 4764)
Imam Ibnul Jauzi berkata: “Orang itu dikenal dengan nama Dzul Khuwaishirah at-Tamimi. Dia adalah Khawarij pertama dalam Islam. Dia merasa puas dengan pendapatnya sendiri. Seandainya dia berilmu, tentu dia akan mengetahui bahwa tidak ada pendapat yang lebih tinggi dari pendapat Rasulullah Saw. Rasulullah Saw bersabda: “Khawarij adalah anjing-anjing (penghuni) Neraka” (Musnad Ahmad (IV/355).
Ciri-Ciri Khawarij
Rasulullah Saw bersabda: “Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang masih muda umurnya tapi bodoh pemikirannya. Mereka berbicara seperti perkataan Nabi Saw (khairil-bariyyah). Sebenarnya keimanan mereka tidak melewati tenggorokannya. Mereka keluar dari (prinsip) agama ini seperti keluarnya anak panah dari busurnya. Di mana saja kalian temui mereka, bunuhlah mereka. Sesungguhnya membunuh mereka akan mendapatkan pahala pada hari kiamat.” (Shahih Al-Bukhari, no. 3342 dan Shahih Muslim, no. 1771).
Berdasarkan hadits ini cirri-ciri mereka antara lain: (1) Mereka adalah sekelompok pemuda yang semangatnya menggebu-gebu, tapi pemahaman mereka dangkal sekali. Boleh jadi mereka cerdas, tetapi sebenarnya awam tehadap ajaran agama; (2) Mereka tampaknya fasih berbicara mengatas-namakan al-Qur’an dan Sunnah, membela hadits Nabi Saw (khairil bariyyah). Tetapi sebenarnya mereka tidak paham dengan al-Qur’an dan Sunnah; (3) Iman mereka sebenarnya belum tertanam di hati, agamanya hanya sebatas ditenggorokan saja. Sebaliknya di hati mereka tersimpan keyakinan merasa paling benar dan sehingganya mereka mudah mengkafirkan orang lain; (4) Mereka dengan cepatnya keluar dari ajaran agama ini seperti anak panah keluar dari busurnya. Maksudnya saat mereka mengaku beriman dan membela Islam, maka sesaat kemudian mereka melakukan kekufuran, yakni membunuh orang-orang muslim, menciptakan kekacauan, memberontak, dan aksi-aksi teror yang lainnya. Padahal itu semua tidak sesuai dengan ajaran Islam; (5) Nabi Saw memerintahkan agar kita memerangi mereka dan barang siapa yang memerangi mereka akan mendapat pahala yang sangat besar pada hari kiamat nanti.
Pada hadits yang lain juga disebutkan bahwa: “….Mereka akan meremehkan atau mencela amalan kalian dibandingkan dengan amalan mereka, Mereka membunuh orang-orang Islam, oleh karenanya jika mereka mucul, maka bunuhlah mereka (diulangi beliau hingga 3 kali). Dan beruntunglah orang yang membunuh mereka,” (Musnad Ahmad, no. 5306)
Berdasarkan hadits ini aliran juga memiliki dua cirri, yakni: (1) Mereka suka mencela dan menyalahkan amalan sesame muslim yang berbeda dengan keyakinan mereka. Fenomena ini tampak dalam bentuk takfir (menuduh kafir saudara muslimnya sendiri), tabdi’ (menuduh bid’ah), menuduh sesat dan bentuk-bentuk pencelaan yang lainnya. Dan (2) Mereka menyerukan jihad dan qital (perang) melawan orang kafir, tetapi ternyata mereka malah memerangi orang-orang Islam itu sendiri. Mereka memberontak pemerintahan muslim dan membuat kekacauan di tengah umat Islam.
Jadilah Umat Moderat
Jika kita menghubungkan fenomena khawarij dimasa awal Islam dengan aksi-aksi terorisme dewasa ini, maka dapatlah kita katakana bahwa khawari “versi” modern telah muncul. Agar kita terhindar dari paham dan firqoh khawarij, maka harus bermula dari pemahaman yang moderat, menghargai perbedaan pendapat dan tidak merasa paling benar. Bersikap moderat adalah sikap muslim sesungguhnya dan ini
merupakan akhlak yang sangat disukai oleh Allah Swt. Sebagaimana firman Allah Swt: “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat pertengahan (moderat dan adil)” (Q.S. al-Baqarah: 143)
Mari kita hindari sikap yang egois, merasa benar sendiri, dan cara-cara yang mencari-cari kesalahan orang lain. Allah Swt., telah menegaskan bahwa yang merusak sendi-sendi agama, umat atau masyarakat adalah egoisme (QS. Al-Mu’minun: 52-53). Egoisme adalah sumber perpecahan dan sengketa. Egoisme disini khusus kita defenisikan sebagai sikap merasa bangga terhadap diri sendiri, merasa paling benar dan menyalahkan orang lain.
Nabi Saw sendiri menegaskan bahwa: “Ketika setan telah berputus asa untuk menjadikan manusia penyembah iblis, maka mereka menggoda manusia berpecah belah antar sesama. Setan menyusupkan rasa bangga terhadap diri mereka masing-masing dan kedengkian terhadap kelompok yang lain” (HR. Al-Bukhari).
Penulis | H Suparman Abdul Karim (Ketua LDNU Lampung dan Komisi Dakwah MUI Propinsi Lampung) |
Editor |
Rudi Santoso |
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.