Category: Ormas

  • Panitia OC Siap Sukseskan Konferwil Ke X NU Lampung

    Bandar Lampung: Tidak lama lagi Konferensi Wilayah (Konferwil)  Nahdlatul Ulama Lampung akan di gelar di Pondok Pesantren Darus Sa’adah Mojo Agung Seputih Jaya Gunung Sugih, Lampung Tengah.

    Berbagai persiapan sudah mulai disiapkan oleh panitia penyelenggara, mulai dari sumberdaya manusia ‘panitia’, lokasi, dan fasilitas Konferwil.

    Ketua Pelaksana Konferwil ke X NU Lampung Drs. H. Aryanto Munawar dalam pengarahannya mengatakan semua panitia harus paham dan mengerti tugas pokok dan fungsi panitia. Hal ini sangat penting karena hajat akbar ini akan di hadiri Ketua Umum PBNU Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA dan Rais ‘Aam PBNU Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin, MA. Sabtu, (13/1/2018) di Kantor PWNU Lampung.

    “Setiap seksi-seksi mulai saat ini harus sudah menginvetarisir apa saja yang dibutuhkan, dan mengkoordinasikan dengan seksi-seksi yang berkaitan,” kata Drs. H. Aryanto Munawar.

    Dalam Rapat Perdana OC Organizing Commite Drs. H. Aryanto Munawar membahas berbagai tema mulai dari tugas pokok dan fungsi panitia, jadwal acara, dialog publik dll.

    “Ada yang berbeda Konferwil tahun ini, yaitu laporan pertanggung jawaban PWNU Lampung periode 2013-2018 akan menggunakan multi media. Dan akan dilakukan pula serah terima aset dan keuangan yang dikelola PWNU Lampung demisioner periode 2013-2018,” ujar Drs. H. Aryanto Munawar.yang juga Sekretaris PWNU Lampung.

    Lebih jauh Drs. H. Aryanto Munawar mengatakan bahwa acara puncak adalah pemilihan Ketua PWNU Lampung dan Rais Syuriah PWNU Lampung melalui mekanisme Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) serta tim formatur yang akan menyusun pengurus periode 2018-2023. (Rudi Santoso)

  • Ini Harapan KBNU Lampung untuk Muktamar JATMAN XII

    Bandar Lampung: Jam’iyyah Ahlith Tarekat Al Mu’tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) akan menggelar Muktamar XII yang diselenggarakan Ahad hingga Kamis (14-18/1/2018) di Pekalongan, Jawa Tengah.

    Harapan besar muncul dari berbagai elemen masyarakat khususnya Keluarga Besar NU Lampung agar Hajat Akbar Organisasi tarekat ini dapat menghasilkan keputusan yang memberikan kemaslahatan bagi jam’iyyah dan umumnya bagi bangsa dan negara Indonesia.

    Ketua PWNU Lampung KH Sholeh Baijuri berharap Muktamar JATMAN kali ini akan dapat berjalan dengan lancar serta membawa NKRI lebih maju, mandiri dan bermartabat.

    “PWNU Provinsi Lampung ikut menyertai doa untuk seluruh peserta maupun peninjau Muktamar JATMAN di Pekalongan. Semoga selamat dalam perjalanan sampai kembalinya nanti ke daerah masing-masing. Dan semoga Muktamar JATMAN berjalan dengan lancar tanpa aral suatu apapun. Dan semoga keputusan keputusanya bermanfaat untuk JATMAN, NU dan NKRI, agar lebih maju, mandiri dan bermartabat,” ungkapnya, Sabtu (13/1/2018).

    Selain dapat menghasilkan keputusan yang membawa kemaslahatan bagi umat, Muktamar JATMAN juga diharapkan mampu menjadi wasilah bagi pengurus dan warga NU untuk bertarekat. Harapan ini diungkapkan Ketua PCNU Lampung Selatan KH Mahfud Attijani.

    “Semoga Muktamar JATMAN ke XII bisa mentarekatkan pengurus NU di semua tingkatan supaya pengurus bisa istiqomah menjalankan syariat di dalam memenej jami’iyah,” harap pria yang biasa dipanggil Kiai Mahfud.

    Selain itu, lanjut Kiai Mahfud, JATMAN juga diharapkan mampu mentarekatkan warga Nahdliyin di bumi Nusantara sehingga warga istiqomah dalam beribadah Kepada Allah SWT baik ibadah mahdoh maupun yang ghoiru mahdloh dan yang wajib maupun yang sunah sehingga warga Nahdliyin akan menjadi pribadi yang benar-benar beriman hanya kepada Allah SWT.

    Senada dengan Kiai Mahfud, Ketua PCNU Kota Bandar Lampung Ichwan Aji Wibowo berharap Muktamar JATMAN kali ini akan menjadi momentum penting untuk membahas dan merumuskan pikiran pikiran para ulama ahli tarekat terutama dalam upaya mewujudkan Islam rahmatan lil-‘alamin serta mengupayakan Indonesia sebagai pusat peradaban dunia yang damai dan berkemakmuran.

    “Berkumpulnya para ulama ahli tarekat se-Indonesia setidaknya dapat dilihat dalam dua perspektif. Pertama bahwa para ulama ahli tarekat secara spiritual adalah penjaga ruhnya Indonesia. Yang kedua eksistensi para ulama ahli tarekat merupakan pembimbing dan penuntun umat untuk membentuk karakter bangsa,” jelasnya tentang pentingnya Muktamar JATMAN bagi bangsa Indonesia. (Muhammad Faizin)

  • Ponpes Al-Hikmah Besok Sabtu, Bedah Buku Fatwa dan Resolusi Jihad Karya Prof. Dr. KH. Agus Sunyoto

    Bandar Lampung: Pondok Pesantren Al-Hikmah Kota Bandar Lampung akan menggelar bedah buku Fatwa dan Resolusi Jihad (Sejarah Perang Rakyat Semesta Pertempuran Surabaya 10 Nopember 1945) karya Prof. Dr. KH. Agus Sunyoto besok, Sabtu (13/1/2018).

    Acara bedah buku yang di gelar di Ponpes Al-Hikmah pada hari Sabtu besok akan dimulai pada pukul 19.00 WIB-selesai. Bedah buku ini terselenggara atas kerjasama antara Ponpes Al-Hikmah, PW Lesbumi Lampung, PW GP Ansor Lampung dan PW Lakpesdam NU Lampung.

    Sebelumnya, buku Fatwa dan Resolusi Jihad (Sejarah Perang Rakyat Semesta Pertempuran Surabaya 10 Nopember 1945) telah di bedah diberbagai daerah dan mendapat respon yang positif karena telah mencerahkan sejarah kemerdekaan Indonesia yang terlupakan. Maha karya Prof. Dr. KH. Agus Sunyoto ini akan menceritakan bagaimana perjuangan sosok almarhum KH. Hasyim Asy’ari melawan tentara Jepang dan Inggris, dengan mengorbankan nyawa penuh ikhlas. (Rudi Santoso)

     

  • Berbagi Nasi, Rumah Akunu ajak Masyarakat Ramaikan Masjid

    Bandar Lampung: Gandeng Risma Masjid Al-Barokah Way Dadi Sukarame Bandar Lampung, Rumah Akunu berbagi nasi bungkus dan ingatkan masyarakat untuk ramaikan Masjid dan Sholat Jum’at, Jum’at (12/1/2018).

    Tajudin Nur, S.Sos.I, pendiri AKUNU mengatakan kami mengajak lapisan masyarakat untuk meramaikan sholat berjamaah di masjid dan sholat jum’at.

    “Selain itu untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan yang erat, kami juga ajak jama’ah untuk saling berbagi apa pun itu,” kata Tajudin Nur, S.Sos.I yang juga Pengurus MUI Lampung.

    “Jangan dibiasakan kita berterima kasih kepada orang yang memberi, justru kita sebagai pemberi harus berterima kasih kepada orang yang sudah mau menerima pemberian kita. Karena sejati nya apa yang kita berikan kepada orang lain, akan menjadi tabungan untuk akhirat,” ujar Tajudin Nur, S.Sos.I.

    Sementara, Ketua Risma Al-Barokah Ust. Rif’an menuturkan agenda yang baru digelar oleh Tim Rumah AKUNU di masjid tersebut, mendapat antusias dari masyarakat. Semoga kebaikan yang dilakukan oleh Rumah Akunu dapat dibalas oleh Allah Swt. (Asep Kristiyanto)

     

  • Manfaatkan Anugerah Rezeki dari Allah untuk Beribadah

    Pringsewu: Mustasyar PCNU Kabupaten Pringsewu KH. Sujadi mengajak umat Islam untuk memanfaatkan anugerah dan rezeki yang diberikan oleh Allah SWT untuk beribadah dan berjuang di jalan-Nya. Ajakan tersebut disampaikannya saat mengupas tafsir Surat Al-‘Adiyat pada Ngaji Ahad Pagi atau Jihad Pagi di gedung PCNU Pringsewu, Ahad (7/1).

    Allah telah memberikan contoh kesungguhan hewan kuda dalam berjuang membantu perjuangan Nabi Muhammad SAW. Kuda merupakan hewan yang spesial dalam ikut menyukseskan perjuangan Nabi mensyiarkan Islam di penjuru negeri sampai-sampai Allah SWT bersumpah dengan hewan ini.

    “Dalam surat tersebut digambarkan perjuangan sungguh-sungguh tak kenal lelah dari hewan kuda sampai terengah-engah. Ini contoh bagi kita manusia yang terkadang pura-pura terengah-engah karena biar terlihat benar-benar telah melakukan perjuangan,” kata Bupati Pringsewu ini.

    Dalam kaitan kekinian, kuda bisa disamakan dengan kendaraan seperti mobil, motor maupun sepeda yang digunakan untuk alat berjuang mensyiarkan Islam di zaman sekarang.

    “Kalau dulu tujuan memiliki dan memelihara kuda adalah untuk menakut-nakuti musuh Allah. Untuk menunjukkan bahwa Islam itu, selain banyak, juga siap beribadah dan berjuang. Seperti terlihat dari jamaah shalat yang lurus dan patuh terhadap komando,” kata pria akrab disapa Abah Sujadi ini sembari menambahkan, tugas utama di dunia adalah beribadah.

    Oleh karenanya, Abah Sujadi mengatakan bahwa semakin tambah fasilitas dari Allah yang diberikan kepada manusia selama hidup di dunia seharusnya diiringi dengan semakin tambahnya ibadah kepada Alllah SWT.

    “Memang sudah fitrah manusia mencintai dunia. Namun perlu diingat bahwa dunia ada batasnya. Silakan senang dunia, tapi jangan lupa dengan Allah SWT,” tegasnya.

    Saat ini, tambah Abah Sujadi, dunia memang semakin menarik manusia untuk lupa dengan akhirat. Berbagai perkembangan teknologi semakin membuat manusia mudah terperosok kedalam berbagai macam dosa.

    “Saat ini sudah zamannya orang mudah berbuat dosa melalui media sosial. Malah bagi sebagian oknum berbuat dosa dengan menjelekkan orang di media sosial menjadi komoditas yang menguntungkan secara finansial,” katanya prihatin melihat para buzzer yang bekerja menyebarkan berbagai berita hoaks, ujaran kebencian sesuai dengan pesanan.

    Seharusnya, sambung dia, tindakan buzzer ini tidak dilakukan oleh orang Islam. Tindakan menviralkan kejelekan orang lain dan berita yang tidak benar sama dengan menjelekkan diri sendiri.

  • Pak Rasino Wakafkan Tanahnya untuk Lembaga Pendidikan dan Kantor NU Jati Agung

    Pringsewu: Disaksikan Pengurus MWCNU Kecamatan Ambarawa, Kepala Desa Jati Agung, tokoh agama dan masyarakat setempat, Ranting NU Desa Jati Agung menerima wakaf berupa tanah dan bangunan yang difungsikan sebagai kantor Ranting NU dan lembaga pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

    Tanah dan bangunan tersebut merupakan wakaf dari seorang pedagang bernama Rasino. Ia menyerahkan langsung Akta Wakaf tersebut kepada Tunut, Ketua Ranting NU Jati Agung, Kecamatan Ambarawa Pringsewu.

    “Saya berharap wakaf ini akan menjadi amal ibadah dan semoga dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik,” kata pedagang bensin eceran itu pada serah terima di salah satu ruang PAUD, Ahad (31/12).

    Wakaf tersebut, ungkap Rasino adalah langkah merealisasikan keinginannya agar jamiyah NU di desanya dapat mandiri dan besar dengan berbagai macam amaliyah di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

    Lelaki paruh baya yang hanya tamatan SD ini mengatakan, apa yang dilakukannya merupakan kecintaannya kepada Jamiyah Nahdlatul Ulama. Dengan dana yang ia kumpulkan sedikit demi sedikit dari hasil berdagang, ia berhasil membeli tanah dan merintis Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

    Lelaki ramah ini mengatakan, dengan NU sebagai nadzir wakafnya, ia yakin status wakaf tanah dan bangunan serta lembaga pendidikan tersebut akan aman. Selain itu amaliyah NU akan dapat terus diajarkan di PAUD yang ia beri nama Latifa ini.

    Rais Syuriyah MWC NU Kecamatan Ambarawa, Kiai Abah Anom yang hadir pada acara tersebut merasa bangga dan terharu atas keikhlasan Rasino mewakafkan tanah dan PAUD Latifa. Ia berharap akan ada sosok-sosok seperti Rasino lainnya yang dengan ikhlas mewakafkan harta bendanya bagi kepentingan dan kemaslahatan umat.

    “Kita berharap ini akan menjadi contoh nyata bagaimana warga NU berjuang di jalan Allah dengan harta benda yang dimilikinya,” katanya.

    Untuk kelancaran jalannya organisasi dan penyelenggaraan pendidikan PAUD Latifa, pemerintah desa siap membantu baik secara fisik dan nonfisik sehingga pemanfaatan dan perkembangan wakaf berjalan maksimal. (Muhammad Faizin)

  • Waspada, Banyak Orang Merasa Jadi Ustadz Berbekal Pengetahuan Medsos

    Pringsewu: Mustasyar PCNU Pringsewu KH Anwar Zuhdi mengingatkan masyarakat khususnya umat Islam agar waspada dan senantiasa berpegang teguh kepada apa yang telah disampaikan oleh para kiai dan ulama tempat mereka menuntut ilmu, baik pesantren maupun Madrasah Diniyah.

    Hal itu sampaikan menanggapi informasi yang ditemui di berbagai media saat ini, yang kemungkinan seseorang akan dengan gampang terpengaruhi, terprovokasi, dan terombang-ambing sehingga akhirnya terjerumus kepada pemahaman yang salah. Apalagi informasi tersebut terkait dengan permasalahan agama yang disampaikan oleh orang-orang yang tidak jelas silsilah keilmuannya.

    “Pegang teguh apa kata Kiai saat mondok. Tidak mungkin para kiai menjerumuskan kita ke jurang kerusakan. Jangan sampai pesan kiai yang sudah mendidik kita bertahun-tahun, kita campakkan begitu saja karena ikut ustadz baru di media sosial yang tak jelas sanad keilmuannya dan baru kita kenal,” imbaunya, Ahad (31/12).

    Saat ini, lanjutnya, umat Islam harus juga waspada dan cerdas dalam membaca, mencari, dan memahami akar permasalahan khususnya tentang agama khusus media sosial. Jangan sampai asal comot dari sumber atau situs internet yang tidak memiliki kredibilitas.

    “Lihat saja saat ini, kita bisa menilai pola pikir seseorang dari situs internet apa yang sering dibaca dan di-share. Kalau yang di-copy paste itu dari situs yang radikal sudah bisa pastikan pola pikirnya juga radikal,” kata kiai yang akrab disapa Abah Anwar ini.

    Dengan demikian, menurutnya, sudah menjadi keharusan bagi siapa saja yang belum paham untuk menanyakan dan berkonsultasi kepada yang lebih paham situs internet apa saja yang patut untuk dijadikan referensi dan situs mana saja yang hobi menyebar pemahaman radikal, hoaks ataupun ujaran kebencian.

    Abah Anwar menambahkan, rentannya masyarakat saat ini terpengaruh oleh paham transnasional tidak terlepas dari pola pikir yang melulu mengedepankan akal dan rasio. Generasi muda saat ini sangat rentan terpapar kondisi tersebut, karena merekalah pengguna media sosial terbanyak.

    “Sedikit-sedikit harus ada dalilnya. Kalau tidak ada dalilnya, tidak boleh alias haram. Giliran sudah dikasih tahu dalilnya masih ngeyel dan tidak dikerjakan,” ujarnya.

    Ia menyayangkan hal itu diperparah dengan banyaknya orang yang tiba-tiba menjadi ustadz ataupun merasa ustadz walaupun tidak belajar dari guru, dan hanya bermodal pemahaman dari media sosial. (Muhammad Faizin)

  • KH. Ngali Hasyim, Mursyid Thoriqoh asal Lampung

    KH. Ngali Hasyim adalah Kiai kharismatik asal Lampung Tengah, Mursyid Thariqah An-Naqsyabandiyah Al-Kholidiyah di provinsi Lampung, beliau adalah Pendiri Pondok Pesantren Baitul Mustaqim, Punggur Lampung Tengah Lampung. KH. Ngali Hasyim adalah putra pertama dari lima bersaudara, ia merupakan putra dari pasangan Mbah Hasyim dan Siti Khofiyah. KH. Ngali Hasyim dilahirkan dan dibesarkan di desa Kelutan Kecamatan Ngrongkot Kabupaten Nganjuk Jawa Timur.

    Mengenai usia beliau, terdapat beberapa pendapat dari keterangan narasumber, sebagian berpendapat usia beliau mencapai 105 tahun, dalam keterangan yang lain beliau pernah mengatakan bahwa beliau sebaya dengan Presiden Soekarno. Untuk mendekati data yang akurat, dalam buku Agenda Santri TA 2015/2016 Istihsan PP. Baitul Mustaqim, dilakukan perhitungan mundur, yang dimulai dari Abah KH. Muchtar Ghozali, perhitungan ini menggunakan asumsi jarak kelahiran anak pertama dengan tahun pernikahan adalah dua tahun.

    • Abah KH. Muchtar Ghozali lahir tahun 1968
    • Mbah Was Menikah tahun ± 1966 (Saat berumur 17 tahun), mbah Was adalah
    anak ke-enam (lahir ± 1949)
    • Anak ke-lima bernama Maslikhatun (lahir ± 1946)
    • Anak ke-empat bernama Haris (lahir ± 1943)
    • Anak ke-tiga bernama Khoiriyah (lahir ± 1940)
    • Anak ke-dua bernama Siti Mutamimmah (lahir ± 1937)
    • Anak Pertama bernama Siti Komariyah (lahir ± 1934)
    • KH. Ngali Hasyim menikah pada tahun ± 1932 (saat beliau berumur 30 tahun)
    • KH. Ngali Hasyim lahir ± 1932 dikurangi umur beliau ketika menikah yakni

    30 tahun, maka hasilnya tahun 1901 Dengan perhitungan diatas, bahwa KH. Ngali Hasyim sebaya dengan Soekarno lebih mendekati kebenaran, karena Presiden Soekarno lahir pada tahun 1901. Kemudian diperoleh informasi dari bapak Usman menggunakan kalender komputer bahwa KH. Ngali Hasyim lahir pada hari Sabtu Wage 5 Oktober 1901. Dengan demikian sampai saat ini umur beliau sudah mencapai 108 tahun (dalam buku yang ditulis tahun 2016).

    Riwayat Pendidikan dan Keluarga KH. Ngali Hasyim pertama kali menimba ilmu agama di pesantren yakni di Pondok Pesantren Termas, disini beliau banyak dipercaya menangani berbagai urusan. Ketika beliau telah menamatkan pendidikannya di Pesantren Termas, KH. Ngali Hasyim pulang ke kampung halaman, tak lama kemudian beliau membina rumah tangga dengan menikahi seorang wanita sholehah bernama Siti Khalimah, untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya, beliau berjualan bumbu dapur yang beliau bawa dari desanya untuk dijual ke Kota Surabaya. Perjalanan menuju Surabaya dengan melalui sungai Brantas, perjalanan melewati sungai ini biasanya ditempuh selama tiga hari tiga malam, bahkan bisa lebih, dengan menggunakan perahu rakit bambu yang dihanyutkan. Selama membina rumah tangga dengan Ibu Nyai Siti Khalimah. Beliau dikaruniai 7 anak diantaranya dua putra dan 5 putri.

    Hijrah ke-Lampung KH. Ngali Hasyim hijrah ke Lampung ± tahun 1955. Daerah yang pertama kali dituju adalah desa Banjarsari Metro. Setahun kemudian beliau berpindah ke Sido Rahayu Punggur. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga, beliau membuat usaha home industry yakni pembuatan tempe. Pada masa G 30S PKI, suasana yang sangat amat mencekam membuat masyarakat sangat membutuhkan perlindungan para alim ulama, salah satunya KH. Ngali Hasyim, saat itu beliau cukup aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan. Bahkan, beliau pernah ditangkap aparat saat memimpin pembacaan shalawat nariyah. Setelah peristiwa itu beliau kembali ke pulau Jawa untuk mencari bekal di Pondok Pesantren Mbaran. Saat itu Pondok Pesantren mbaran di asuh oleh KH. Umar Sofyan. Niat awal yang hanya 10 hari menjadi 40 hari. Karena diminta oleh KH. Umar Sofyan untuk memperdalam ilmu Thoriqoh, sehingga KH. Ngali Hasyim diangkat sebagai mursyid, setelah selesai beliaupun kembali ke Lampung. Saat itu kegiatan di pimpin oleh KH. Abdillah setelah beliau wafat, KH. Ngali Hasyim menggantikan posisi beliau sekitar tahun 1970-an. (Muhammad Candra Syahputra)

  • Ketua PWNU Lampung Ajak Umat Islam Ramaikan Tahun Baru 2018

    Bandar Lampung: Menyambut datangnya Tahun Baru Masehi 2018, Ketua PWNU Lampung KH Sholeh Baijuri mengajak umat Islam untuk melakukan Gerakan Meramaikan Tahun Baru. Wujud meramaikan Tahun Baru tersebut adalah dengan melakukan berbagai macam ibadah di malam pergantian tahun seperti bershalawat, berdzikir dan bertasbih.

    Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka mengantisipasi agar masyarakat khususnya anak-anak dan pemuda tidak melakukan kegiatan negatif dengan berfoya-foya dan pesta kembang api.

    “Mari ajak anak-anak untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan kegiatan yang positif, bisa melalui hadrah, maulid simtudduror, istighotsah, pembacaan ratib,” katanya dihubungi via telepon, Senin (25/12/2017).

    Kegiatan tersebut, lanjut pria yang biasa dipanggil Kiai Sholeh ini bisa dilakukan di masjid-masjid, pesantren, mushala dan di tempat-tempat lain seperti majelis talim.

    “Ajak IPNU, IPPNU, ANSOR, Fatayat, Muslmiat, PMII di masing-masing tingkatan. Insyaallah malam tahun baru akan sepi di jalan-jalan dan tempat hiburan,” lanjutnya.

    Kegiatan dzikir, jelas Kiai Sholeh, merupakan perintah Allah SWT sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an Surat Al Ahzab ayat 41-42.

    Dalam ayat tersebut Allah SWT memerintahkan orang-orang yang beriman untuk berdzikir sebanyak-banyaknya dengan menyebut nama Allah. Juga disebutkan bahwa berdzikir dan bertasbih dapat dilakukan di waktu pagi dan petang.

    Ia berharap melalui langkah ini setiap individu umat Islam akan menjadi pionir untuk mengajak kepada hal yang baik sekaligus mencegah kepada hal-hal yang munkar.

    “Hal ini juga selaras dengan Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 110 yang artinya, Kalian adalah umat yang terbaik dikeluarkan untuk manusia, memerintahkan yang ma’ruf, mencegah yang munkar, dan beriman kepada Allah,” pungkasnya. (Muhammad Faizin)

  • Ketua PWNU Lampung Ingatkan Adanya Multikrisis di Masyarakat

    Bandar Lampung: Ketua Tanfidziyyah PWNU Lampung KH Sholeh Baijuri mengatakan, di era modern yang cenderung membuat masyarakat bersikap individual, perlu kembali diingatkan pentingnya aktualisasi nilai dasar pembentukan khaira ummah (umat ideal) dan merajut kembali sikap kemasyarakatan.

    “Nilai nilai dasar pembentukan khaira ummah saat ini benar-benar mengalami krisis. Pasalnya stasus sosial yang dimiliki masyarakat sudah tidak mengindahkan nilai-nilai assidqu (kejujuran), wal amanah (amanah) wal wafa bil ‘ahdi (tepat janji) wal istiqamah (konsistensi) serta kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar. Untuk itu perlu melakukan langkah positif demi terwujudnya aktualisasi nilai-nilai ini sehingga apa pun status sosial masyarakat atau pun individu akan menjadi baik,” katanya, Selasa (26/12).

    Berkait interaksi dengan sesama manusia, lanjut Kiai Sholeh, revitalisasi sikap kemasyarakatan dapat dilakukan dengan mewujudkan sikap tasamuh (toleransi), tawasut (moderat), tawazun (seimbang) dan i’tidal (tegak lurus).

    “Sikap ini (tasamuh, tawasut, tawazun, i’tidal) sekarang semakin pudar dan semakin memprihatinkan, sehingga muncul sikap ghuluw (berlebihan dalam memandang teks agama secara harfiyah), muncullah kelompok takfiri, tathorruf atau ekstrim baik kanan maupun kiri di kalangan masyarakat luas,” terangnya.

    Hal yang juga saat ini semakin berkembang dan perlu diwaspadai menurut Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatus Sholihin, Lampung Selatan ini adalah bahayanya paham sekuler yaitu paham yang bersifat duniawi atau kebendaan dan meniadakan keagamaan.

    “Paham ini tidak melihat sisi agama dalam kehidupan sehingga semuanya bebas. Termasuk yang saat ini sedang marak diperbincangkan yaitu masalah LGBT, paham sekuler memperbolehkan tindakan ini. Sementara dari sudut pandang agama jelas ini perbuatan haram yang dilarang serta merusak sendi-sendi kehidupan,” tegasnya seraya mengingatkan bahwa pemerintah harus serius dan berperan serta dalam penegakan moral dan hukum di tengah kehidupan bermasyarakat.

    Selanjutnya Kiai Sholeh juga mengingatkan, saat ini di masyarakat juga banyak fenomena kualitas kehidupan semakin baik, namun banyak dari kondisi tersebut yang bertentangan dengan harapan. Ia mencontohkan banyak orang yang gelarnya semakin tinggi, namun akal sehat semakin rendah. Begitu juga dunia ilmu kesehatan semakin canggih, namun kondisi kesehatan semakin buruk.

    “Saat ini penghasilan masyarakat semakin meningkat tapi ketenteraman jiwa semakin berkurang. Sering jalan-jalan keluar negeri tapi tidak kenal dengan tetangga sendiri. Jumlah manusia semakin banyak, namun rasa kemanusiaan semakin menipis. Pengetahuan semakin bagus, namun kearifan semakin berkurang,” ujarnya.

    Dalam hal keilmuan saat ini juga semakin mudah orang belajar namun pelajar semakin tidak menghargai guru. Begitu juga teknologi Informasi semakin canggih sehingga fitnah dan aib semakin tersebar.

    “Saat ini orang yang rendah ilmu banyak bicara dan orang yang tinggi ilmu banyak terdiam, sehingga tontonan semakin banyak, tuntunan semakin berkurang. Akhirnya tontonan jadi tuntunan,” tegas Alumni Pondok Pesantren Al Anwar Maron Purworejo ini. (Muhammad Faizin)