Category: Ormas

  • Satu Periode Kepengurusan, LTN NU Lampung Terbitkan Dua Buku

    Lampung Tengah:  Prestasi yang cukup membanggakan sekaligus masuk dalam tinta sejarah jam’iyyah Nahdlatul Ulama di provinsi Lampung, salah satu lembaganya yakni Lembaga Ta’alif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN NU) PWNU Lampung telah menerbitkan dua buku dalam satu periode kepengurusan 2013-2018.

    M. Ikromudin Wahab salah satu pengurus LTN NU Kabupaten Lampung Tengah Divis Penelitian dan Pengembangan (Litbang) menyampaikan di Lampung Tengah pada Jumat lalu (23/2), kami mengucapkan selamat atas terbitnya karya buku Pengurus Wilayah Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (PW LTN NU) Provinsi Lampung, semoga keberhasilan ini dapat berlanjut dengan karya-karya lainnya.

    “Kami berharap menjelang Konferensi Wilayah Nahdlatul Ulama (Konferwil NU)  PWNU Lampung ke X pada 8 – 10 Maret 2018 yang akan datang, PW LTN NU Lampung mampu membedah isinya sekaligus momentum silaturahim penulis-penulis senior – junior nahdliyyin Lampung”, tambah mantan aktivis PMII Kota Metro Lampung ini.

    “Dengan terjalinnya silaturahim penulis-penulis Lampung nahdliyyin tersebut menyatukan gerak langkah berikutnya untuk berkarya, mengembangkan LTN NU se Provinsi yang maju dan kehadirannya dirasakan masyarakat luas”, tutup alumnus IAIN Kota Metro Lampung ini.

    Buku-buku karya Pengurus Wilayah Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama ( PW LTN NU) Provinsi Lampung antara lain; buku pertama berjudul, NU Mengawal Perubahan Zaman, terbit pada tahun 2015, buku setebal 147 halaman tersebut memuat tulisan sumbangsih pemikiran sejumlah tokoh, akademisi, budayawan NU Lampung dan buku kedua berjudul, Santri dan Pendidikan Politik terbit pada tahun 2017 Buku ini adalah karya 27 penulis, yang diseleksi dari lomba artikel Hari Santri Nasional. (Akhmad Syarif Kurniawan)

  • Ketika Rektor Kembali “Sekolah” di MKNU

    Bandar Lampung: Pemandangan menarik dan tak biasa tampak terlihat pada Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) angkatan 28. Tak seperti sekolah pada umumnya, “murid-murid” di MKNU didominasi oleh orang-orang berumur yang lebih cocok menghabiskan akhir pekan untuk memancing daripada sekolah.  Seragam sarung dan kopiah hitam yang digunakan pun sangat mencolok dan anti mainstream dibandingkan dengan para tamu Hotel Horison lainnya.

    Diantara keanehan sekolah tersebut, yang membuat dahi tambah berkerut adalah adanya 2 Rektor dari kampus kenamaan di Lampung, yaitu Prof. Dr. H. Moh Mukri, M.Ag, Rektor UIN Raden Intan Lampung dan Dr. H. Muhammad Khadafi, MH selaku Rektor Universitas Malahayati. Menariknya, demi MKNU mereka rela downgrade menjadi “murid” dan juga mengikuti seluruh aturan mainnya.

    “Kegiatan ini luar biasa. Saya berusaha benar-benar fokus dan meniatkan diri untuk ikut sampai selesai.   Semoga materi yang disajikan dapat memberikan penguatan dan menambah wawasan bagi pengurus NU dan juga banom-banomnya,” ujar Prof. Dr. H. Moh Mukri, M.Ag saat ditanya mengenai kesannya mengikuti MKNU.

    Di tempat yang sama, Dr. H. Muhammad Khadafi, MH menyampaikan apresiasinya. “Ini suatu bentuk pengayaan kita untuk memahami bagaimana NU sebenarnya baik dari ideologi, sejarah dan sebagainya, pun kegiatan ini menambah pemahaman keagamaan. Semoga semakin banyak masyarakat yang merasakan manfaat dari kehadiran NU,” tuturnya. (Matura/Rudi Santoso)

  • Prof. Dr. Karomani, M.Si: “Siap Tidur Dikit Demi MKNU”

    Bandar Lampung: Banyaknya materi yang disampaikan dan terbatasnya waktu pada Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) membuat para peserta harus berpikir ulang untuk beristirahat. Apalagi dalam kontrak belajar, salah satu syarat mendapat sertifikat yang menjadi bukti keikutsertaan dalam MKNU adalah kehadiran dalam setiap materi harus mencapai minimal 70 persen.

    Risiko tersebut tampaknya dipahami betul oleh Prof. Dr. Karomani, M.Si yang telah menyiapkan fisiknya demi mengikuti MKNU angkatan 28 ini. “Saya sudah siap untuk tidur kurang, siap juga untuk tidak beraktivitas di luar. Kebetulan agendanya diselenggarakan pada hari libur, jadi UNILA libur,” tutur peserta MKNU yang juga Wakil Rektor 3 UNILA tersebut.

    Pengorbanan yang dilakukan menurutnya sebanding dengan pengalaman dan ilmu yang didapat. “Luar biasa. Saya sendiri sebagai kader NU yang relatif lama, merasa mendapat penyegaran dan pemahaman baru. Kegiatan ini menjadi penting untuk dilakukan, karena diperlukan penguatan kembali tentang eksistensi ke-nu-an kita,” kata Prof. Dr. Karomani, M.Si yang juga Wakil Ketua PWNU Lampung.

    Lebih lanjut, beliau menyampaikan bahwa NU harus kuat demi menjaga Negara. “Kalau NU kuat, maka otomatis negara akan kuat. Sebaliknya kalau NU lemah, maka negara juga akan lemah. Karena NU termasuk bagian pendiri negara yang menjaga bangsa ini. Yang namanya penjaga kan harus kuat, kalau lemah ya ambruklah yang dijaga,” tutupnya. (Matura/Rudi Santoso)

  • Perkuat Pemahaman Ke-NU-an, PCNU Kota Bandar Lampung Gelar MKNU

    Bandar Lampung: Kota Tapis Berseri menjadi saksi diselenggarakannya Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) ke-28. Kegiatan yang merupakan amanat Muktamar 33 NU Jombang, Jawa Timur tersebut digagas oleh PCNU Kota Bandarlampung dan dihadiri oleh sekitar 68 peserta yang berasal dari berbagai kalangan.

    Acara ini dibuka langsung oleh Kepala MKNU, H Sultonul Huda M.Si, yang kemudian dilanjutkan dengan kontrak belajar selama di madrasah. Mengangkat tema “Membangun Struktur Kerja Organisasi Secara Mandiri & Berkelanjutan”, acara ini dilaksakan di Hotel Horison sejak, Jum’at (23/8/2018).

    Ketua Panitia MKNU, Rudi Irawan M.Si, menuturkan bahwa madrasah ini merupakan syarat menjadi pengurus NU. “Harapannya, santri di MKNU ini akan menjadi kader NU yang siap mengemban amanah penting di kepengurusan NU kelak,” tuturnya.

    Selama acara, peserta akan mendapatkan banyak materi dan pokok bahasan tentang ke-NU-an, yaitu tentang “Arah, Cita–cita dan Strategi Perjuangan NU 2015 -2026”, “Relasi NU terhadap Perkembangan  Ideologi dan Gerakannya”, “Relasi dan Respon NU Terhadap Negara”, “Arah, Cita-cita dan Program Perjuangan NU 2015-2020”, “Strategi Pembangunan dan Pemberdayaan Ekonomi  NU.

    Kegiatan yang diikuti pengurus NU, lembaga dan banom  serta tokoh-tokoh Lampung seperti Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag Rektor UIN Raden Intan Lampung, Dr. H. Muhammad Kadafi, MH Rektor Universitas Malahayati, Prof. Dr. Karomani, M.Si Wakil Rektor UNILA, Dr. Alamsyah Dekan FS UIN Raden Intan Lampung, Dr. KH. Khairuddin Tahmid, MH Ketua Umum MUI Lampung, Khaidir Bujung Anggota DPRD Lampung, dan banyak tokoh-toh lainnya. Acara tersebut akan berlangsung sampai Minggu (25/2/2018). (Matura/Rudi Santoso)

  • Imbauan RMINU Lampung soal Fenomena Penyerangan terhadap Ulama

    Bandar Lampung: Terkait maraknya teror yang ditujukan kepada para ulama akhir-akhir ini oleh oknum yang tidak bertanggung jawab di beberapa daerah, Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Provinsi Lampung KH Basyaruddin Maisir mengajak umat Islam untuk tetap tenang namun waspada.

    “Penganiayaan dan teror kepada Ulama sudah masuk ke wilayah Lampung. Hal ini perlu diwaspadai. Bukan di takuti. Karena kalau ditakuti ya berhasillah si peneror itu,” katanya sesaat setelah menjadi narasumber pada dialog terkait hal tersebut di salah satu stasiun televisi di Lampung, Selasa (20/2) malam.

    Untuk menghindari hal tersebut, Sekretaris Umum MUI Provinsi Lampung ini mengimbau kepada tokoh-tokoh agama, ulama dan pimpinan pondok pesantren serta majelis-majelis taklim untuk merapatkan barisan dengan mewaspadai orang-orang asing.

    Selain itu, ia juga mengajak segenap elemen masyarakat untuk meningkatkan keamanan di lingkungan masing-masing sebagai cara antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

    “Beberapa kali kejadian penganiayaan pada ulama dilakukan oleh orang gila. Apa iya orang gila ngamuknya milih-milih cari yang kiai?” tanya Ketua Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Provinsi Lampung ini.

    Ia mengingatkan pola modus operandi yaitu orang dibuat gila dalam waktu tertentu, bisa terindikasi bahwa gerakan tersebut memang sengaja dilakukan oleh kelompok tertentu dengan motif tertentu.

    “Ini jangan-jangan gerakan by design (dengan sengaja),” ujarnya.

    Sebab itu, ia mengingatkan kembali agar masyarakat segera melaporkan jika terdapat kejadian-kejadian mencurigakan yang terjadi di lingkungan masing-masing.

    “Segera laporkan kalau ada kejadian-kejadian yang mencurigakan. Miliki nomor kantor polisi,” imbaunya seraya meminta aparat kepolisian untuk sungguh-sungguh mengusut tuntas siapa dalang di balik rangkaian peristiwa ini. (Muhammad Faizin)

  • Fenomena Salah Jadi Benar dan Benar Jadi Salah di Media Sosial

    Pringsewu: Semakin maraknya ujaran kebencian dan hoak bernada provokatif di media sosial khususnya terkait SARA telah nyata menimbulkan berbagai permasalahan dalam kehidupan nyata di masyarakat. Permasalahan terkait hal ini sangat rentan untuk dimanfaatkan pihak tertentu guna memecah belah kerukunan di tengah keberagaman yang sudah ada.

    Demikian dikatakan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Pringsewu KH Hambali menyikapi kondisi masyarakat yang saat ini mudah terpengaruh pemberitaan dimedia social, Selasa (20/2).

    Wakil Ketua PCNU Pringsewu ini berharap efek dari berbagai informasi di media sosial menjadi perhatian tersendiri seluruh tokoh agama dan masyarakat khususnya di Kabupaten Pringsewu.

    “Jangankan yang awam akan ilmu agama, yang sudah memiliki pemahaman agama juga bisa terpapar paham transnasional yang disebarkan melalui pemberitaan di media sosial jika tidak hati-hati menggunakan media sosial seperti Facebook, WA dan sejenisnya,” katanya.

    Saat ini menurut sosok ulama sederhana ini, kebenaran menjadi hal langka di dunia maya. Fenomena benar jadi salah dan salah jadi benar sangat sering terjadi tergantung lebih banyak mana pemberitaan yang viral.

    “Orang yang bersalah dan memiliki pemahaman salah bisa seolah-olah benar dengan alasan misalnya dizalimi karena masifnya propaganda di media sosial. Sebaliknya orang yang benar jadi salah karena tidak ada yang menviralkannya,” jelasnya.

    Ia mengajak masyarakat khususnya pihak yang berwajib seperti kepolisian dan Dinas Komunikasi Informasi untuk tidak hanya patroli di dunia nyata, tetapi juga melakukan patroli di dunia maya. Ini bisa ditempuh dengan membuat cyber patrol yang bertugas untuk mengawasi arus pemberitaan yang dapat memicu perpecahan.

    Cyber patrol lanjutnya dapat melibatkan unsur tokoh agama, ahli IT, dan masyarakat untuk memberi masukan akan keabsahan sebuah berita yang beredar. (Muhammad Faizin)

  • Inilah Pernyataan Sikap FKUB Kota Bandar Lampung Terkait Persekusi Tokoh Agama

    Bandar Lampung: Memasuki tahun 2018, telah terjadi serangkaian peristiwa persekusi dan penganiayaan terhadap tokoh-tokoh agama di beberapa tempat. Pada Sabtu, 27 Januari 2018 pimpinan Pondok Pesantren Al-Hidayah Cicalengka, Bandung bernama KH. Umar Bisribin Sukrawi (Mama Santiong) diserang orang tak dikenal usai shalat subuh.

    Berikutnya pada 1 Februari 2018 Komandan Brigade PP Persis – Bandung, Ust. Prawoto dianiaya sampai meninggal dunia. Pada 10 Februari 2018 terjadi persekusi warga desa terhadap Biksu Budhis Mulyanto Nurhalim di Desa Babat – Tangerang – Banten.

    Selanjutnya, pada Minggu 11 Februari 2018 terjadi penyerangan terhadap jemaat dan Pastor Karl Edmund Prier SJ dengan menggunakan pedang, di Gereja St Lidwina Bedog – Gamping- Sleman – Yogyakarta, yang dilakukan oleh Suliyono. Terakhir, pada Selasa 13 Februari 2018 sekelompok orang mengamuk dan menyerang masjid Baiturrahim di Tuban.

    Dr. H. M. Afif Anshori, M.Ag., ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Bandar Lampung menyatakan peristiwa beruntun tersebut telah menimbulkan keprihatinan yang mendalam bagi para tokoh agama. “Di tengah upaya pemerintah meneguhkan toleransi dan harmonisasi kehidupan beragama di Indonesia,” ujarnya beberapa waktu lalu.

    Oleh karena itu, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Bandar Lampung menyatakan lima sikap terkait persekusi kepada tokoh agama. “Pertama, mengutuk keras tindakan penganiyaan, persekusi dan tindakan intoleransi terhadap tokoh agama maupun symbol keagamaan, karena tindakan tersebut telah melukai perasaan umat beragama,” tegasnya.

    Kedua, meminta kepada aparat keamanan untuk menginves tigasi secara mendalam latar belakang serta aktor intelelektual di balik peristiwa tersebut dan diproses secara hukum.

    Ketiga, mengajak kepada para tokoh agama untuk lebih memperkokoh kerjasama di bidangsosial, budaya dan keamanan, bersinergi dengan instansi terkait.

    Keempat, menghimbau kepada seluruh umat beragama di Bandar Lampung untuk tidak terprovokasi terhadap isu-isu yang dapat memecah-belah kerukunan umat beragama.

    “Dan kelima, meminta kepada para tokoh agama untuk dapat meredam jemaahnya jika terjadi gejolak yang dapat memecah-belah kerukunan umat beragama”, ujarnya.

    Pernyataan sikap tersebut, menurutnya, penting dilakukan sebagai upaya preventif agar tidak menyebar ke Lampung, terkhusus Bandar Lampung. “Kita menginginkan Indonesia aman, damai, tidak terjadi konflik. Semua bergandengan tangan untuk menjaga keharmonisan dan kerukunan beragama”, pesannya. (Abdul Qodir Zaelani)

  • NU Ambarawa Tekankan Pentingnya Menjaga Warisan Ulama

    Pringsewu: Ketua Majelis Wakil Cabang NU Kecamatan Ambarawa, Pringsewu, Lampung Kiai Jumangin mengingatkan seluruh pengurus NU di kecamatan tersebut untuk melestarikan kebiasaan warga NU berupa kumpul bersama melakukan ibadah seperti ngaji dan dzikir.

    “Ngaji dan dzikir merupakan ruh NU. Mari pertahankan dan wariskan kepada anak cucu kita,” ajaknya saat kegiatan perdana lailatul ijtima yang dilaksanakan di Kantor MWCNU Ambarawa, Senin (20/2) malam.

    Kiai Jumangin juga menekankan betapa pentingnya menerusakan warisan para Ulama Nusantara kepada para generasi penerus masa depan. Jangan sampai amaliyah Ahlussunnah wal Jamaah terputus sehingga generasi NU asing dirumahnya sendiri karena memiliki amaliyah lain.

    “Kalau sekarang, kita masih dan bisa mengamalkan Ahlussunnah wal Jamaah. Tapi apa kita yakin anak-anak kita masih mau dan mampu mengamalkannya?” tanyanya kepada jamaah yang terdiri dari pengurus MWCNU dan Ranting NU di Kecamatan Ambarawa.

    Kepedulian dalam mempertahankan Aswaja ditengah-tengah masyarakat adalah tanggung jawab seluruh warga para pengurus NU. Sehingga menurutnya kegiatan lailatul ijtima’ menjadi strategis dalam upaya konkrit memberikan pembinaan kepada umat.

    “Dengan lailatul ijtima, Pengurus bisa kumpul, berkomunikasi dan banyak mendapatkan informasi selain juga sebagai ajang silaturahmi. Permasalahan yang timbul di masyarakat bisa diselesaikan oleh pengurus dengan sering ketemu,” katanya.

    Senada dengan Kiai Jumangin, Katib Syuriyah PCNU Pringsewu KH Munawir yang hadir pada acara tersebut juga mengingatkan bahwa saat ini budaya kumpul ngaji dan dzikir sudah mulai diadopsi oleh kelompok lain sesuai dengan misinya. Pengurus NU harus memberikan motivasi tersendiri bagi warga NU untuk mempertahankannya.

    “Jangan hanya ramai, kalau kumpul-kumpul ngobrolkan politik saja. Sementara kumpul ngaji malah tidak hadir. Pengurus NU harus tahu NU. Jangan tahunya NU saat jadi pengurus saja,” tegas Kiai Munawir.

    Sebab itu, lanjutnya, untuk meningkatkan kesemangatan dan motivasi para pengurus NU di Kabupaten Pringsewu agar lebih cinta untuk berkhidmah di NU, PCNU Pringsewu akan melaksanakan pendidikan Kaderisasi yang akan dilaksanakan pada Bulan April 2018.

    “Kesemangatan dan motivasi untuk bekhidmah di NU juga bisa dimunculkan melalui Lailatul Ijtima,” pungkasnya. (Muhammad Faizin)

  • NU Lampung Didorong Lebih Gesit Sikapi Perkembangan Zaman

    Metro: Ketua Steering Committee (SC) Konferwil ke-10 PWNU Lampung KH Khairuddin Tahmid mengatakan, Jam’iyyah Nahdlatul Ulama khususnya di Provinsi Lampung harus mampu berjalan lebih gesit di semua lini dalam rangka merespon perkembangan zaman dengan mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki secara efektif dan efesien.

    Harapan Wakil Rais Syuriyah PWNU ini diungkapkan saat pematangan materi-materi Konferwil ke-10 dalam Kegiatan Pra Konferwil yang dilaksanakan di Institut Agama Islam Ma’arif NU Kota Metro, Lampung, Sabtu (17/2) malam.

    Sebagai salah satu organisasi massa keagamaan yang utama di Indonesia, lanjutnya, NU tidak bisa berpangku tangan atas fenomena isu-isu keagamaan yang muncul. Adanya tekanan dari kelompok-kelompok tertentu dengan berbagai pemikiran ekstrim, radikal, sistem khilafah Islamiyyah di Indonesia, terorisme mengatasnamakan Islam serta konflik bernuansa sara harus disikapi secara cermat oleh NU.

    “Perhatian NU terhadap Jamaah kini juga harus ditingkatkan dengan menjaga keutuhan jamaah dari pengaruh kelompok yang tidak moderat. Konsolidasi dan peningkatan kesejahteraan jamaah harus diperhatikan secara lebih konkrit,” ujarnya.

    Sehingganya untuk menghasilkan hasil maksimal pada Konferwil ke 10 yang akan dilaksanakan pada 8 Maret 2018 di Pondok Pesantren Darussaadah Lampung Tengah mendatang, Materi-materi Konferwil terus dimatangkan sehingga benar-benar menjawab permasalahan ummat kekinian.

    “Sebagai pengayaan, Panitia Konferwil juga menggali masukan dari masyarakat dengan mengangkat fakta yang dihadapi umat sehingga lebih membumi dan secara rasional dapat terlaksana nantinya,” katanya pada Kegiatan Pra Konferwil yang bertemakan Merawat Tradisi dan Merespon Modernisasi Menuju jamiyyah Mandiri dan Berwibawa.

    Secara substansi, lanjut Akademisi UIN Raden Intan Lampung ini, Panitia sudah memetakan pokok-pokok program kerja yang bertujuan merespon kondisi di masyarakat serta mewujudkan NU Lampung yang lebih ideal dimasa yang akan datang.

    “Pertama, penataan dan pengembangan organisasi, kedua, penguatan dan penyebaran ajaran Aswaja, ketiga, peningkatan pelayanan jamaah dan keempat, pengembangan jaringan kerjasama kelembagaan,” papar Kiai Khairuddin.

    Berdasarkan analisis obyektif saat ini, Ia berharap Pengurus NU Lampung kedepan harus mampu menciptakan NU Provinsi Lampung sebagai Jam’iyah diniyah Islamiyah wal ijtima’iyah yang memperjuangkan tegaknya ajaran Islam ahlussunnah wal jamaah, mewujudkan kemaslahatan masyarakat, kesejahteraan, keadilan dan kemandirian khususnya warga NU serta Meningkatkan Pelayanan terhadap Hak-Hak Jama’ah secara Demokratis dan Ber-Akhlaqul Karimah. (Rudi Santoso)

  • Rektor UIN Raden Intan: NU Harus Bisa Jadi Payung dan Ragi

    Metro: Menghadapi tantangan zaman ke depan yang semakin kompleks saat ini, NU harus bisa menjadi pengayom dan pemersatu serta memberikan warna dalam setiap perubahan yang ada dalam masyarakat. Jangan sampai jamiyah NU yang besar dengan jamaah yang banyak, ikut arus dan dimanfaatkan oleh kelompok lain untuk kepentingan mereka.

    Hal ini disampaikan oleh Mustasyar PWNU Muhammad Mukri yang juga Rektor UIN Raden Intan Lampung saat memaparkan kondisi ideal NU di masa yang akan datang pada acara prakonferwil yang dilaksanakan di Kampus Institut Agama Islam Ma’arif NU Kota Metro, Sabtu (17/2) malam.

    “NU harus bisa menjadi payung dan ragi. Payung itu melindungi dari panas dan hujan. Ragi memberikan perubahan dalam makanan. NU harus mampu melindungi umat serta memberikan warna kepada umat. NU harus mampu hadir seperti itu,” katanya.

    Pada kesempatan tersebut juga ia memaparkan hal serius yang harus diperhatikan oleh NU saat ini yang menjadi permasalahan bangsa. Di antaranya adalah fenomena mewabahnya hoaks, radikalisme dan berkembangnya sikap intoleran yang bukan merupakan tipikal Nahdlatul Ulama.

    “DNA NU adalah Islam moderat,” tegasnya seraya mengingatkan bahwa di era cyberwar saat ini sikap radikal dan intoleran harus dilawan dengan aktif berbicara tidak dengan diam saja.

    Penguatan pendidikan kepada para generasi penerus bangsa menurutnya sangat vital. Secara kuantitas, pendidikan di jamiyah NU sudah banyak. Yang perlu diperhatikan menurutnya adalah kualitas dari pendidikan di bawah naungan NU.

    “Untuk mengubah dan menaikkan kasta generasi anak anak NU tidak ada pilihan lain kecuali pendidikan yang berkualitas. Belajar, belajar, belajar. Iqra, wasjud, waqtarib, (bacalah, bersujud maka kita akan dekat dengan Allah),” pungkasnya. (Muhammad Faizin)