
Hadits Tentang Akhir Zaman
(Tanggapan atas postingan Video Huru Hara di 15 Ramadhan 2020)
Oleh: Dr. H. Abdul Malik Ghozali, Lc., M.A.
Komisi Fatwa MUI Lampung
Dosen Hadits FUSA UIN Lampung
Akhir-akhir ini media sosial dihebohkan dengan postingan video dari Islamic Foundation Channel di Youtube dengan judul Sabda Nabi Akan Terjadi, Asteroid Akan Jatuh Pada 15 Ramadhan 2020. Dalam tayangan video berduarsi 7 menit 52 detik, dinarasikan tentang peristiwa huru-hara di 15 ramadhan 1441 denga mengutip sebuah hadits yang dinukil dari kitab al-Fitan Nua’im bin Hammad dan penjelasannya mengkaitkantkan data dari pihak NASA dan lainnya. Meskipun di akhir narasi narrator menyerahkan kepada penyimak untuk menyimpulkan sendiri. (Untuk lebih detail, lihat https://youtu.be/u3Dq4d2MgtM) Postingan ini menimbulkan keresahan di kalangan masyarkat sehingga banyak pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan ke MUI Lampung, khususnya Komisi Fatwa. Maka di sini akan dijelaskan terkait dengan hadits tersebut. Setelah ditelusuri dalam literatur hadits dijumpai teks haditsnya sebagai berikut:
عن ابن مسعود رضى الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم قال إذا كانت صيحة في رمضان فإن يكون معمعة في شوال وتميز القبائل في ذي القعدة وتسفك الدماء في ذي الحجة والمحرم وما المحرم يقولها ثلاثا هيهات هيهات يقتل الناس فيها هرجا هرجا قال قلنا وما الصيحة يا رسول الله قال هذه في النصف من رمضان ليلة جمعة فتكون هذه توقظ النائم وتقعد القائم وتخرج العواتق من خدورهن في ليلة جمعة في سنة كثيرة الزلازل فإذا صليتم الفجر من يوم الجمعة فادخلوا بيوتكم واغلقوا أبوابكم وسدوا كواكم ودثروا أنفسك وسدوا آذانكم فإذا حسستم بالصيحة فخروا لله سجدا وقولوا سبحان القدوس سبحان القدوس ربنا القدوس فإن من فعل ذلك نجا ومن لم يفعل ذلك هلك
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ra, dari Nabi Saw. Beliau berkata: Apabila ada suara keras di bulan Ramadhan maka akan terjadi huru-hara di bulan Syawal. Kabilah-kabilah akan berselisih di bulan Dzulqa’dah, dan akan terjadi pertumpahan darah di bulan Dzulhijjah dan Muharram. Tahukah kalian apa yang akan terjadi di bulan Muharram? (Nabi SAW mengulanginya hingga tiga kali). Jauh dari pikiran kalian. Manusia akan saling bunuh dengan hiruk pikuk. Ibnu mas’ud melanjutkan ceritanya, Kami bertanya, “Duhai Rasulullah apakah teriakan keras tersebut? Nabi SAW menerangkan, hal tersebut terjadi pada pertengahan Ramadhan malam Jumat. Suara keras yang membangunkan orang tidur, yang berdiri akan duduk, gadis-gadis pingitan berhamburan keluar dari biliknya, pada hari jumat pada tahun terjadi gempa di mana-mana. Apabila kalian selesai tunaikan shalat Subuh pada hari jumat maka segeralah masuk ke dalam rumah. Tutup pintu pintu rumah kalian. Sumbat lubang-lubangnya. Tenangkan diri kalian, sumbat telinga-telinga kalian. Jika kalian merasa mendengarkan suara keras, maka sujudlah dan ucapkanlah: subhaana al-Quddus, subhaana al-Quddus, rabbuna al-qudduus. Siapa saja yang melakukannya niscaya selamat. Siapa saja yang tidak melakukannya niscaya binasa.
Takhrij dan Kajian Sanad Hadits
Hadits ini setelah dilakukan takhrij ternyata hanya ditemukan dalam beberapa kitab hadits:
Pertama, dalam kitab al-Mu’jam al-Kabīr Imam Thabrani, dengan no hadits 15247 (13/271) dari jalur sanad: Ahmad bin Abdul Wahab bin Najdah al-Hawthi, dari Abdul Wahab bin Dhahāk, dari Isma’il bin Ayyāsy, dari Awzā’I dari Abdah bin Abi Lubābah dari Fairuz ad-Daylami. Imam Haitsami dalam Majma’ Zawaid mengomentari bahwa dalam sanad Thabrani dijumpai Abdul Wahab bin Dhahak, ia adalah matrūk, (7/256) yaitu perawi yang ditinggalkan periwayatannya karena tertuduh pendusta.
Kedua, dalam Kitab al-Āhād wa al-Matsānī Imam Ibnu Abu Āshim dengan nomor hadits 2363 (7/394) jalur sanadnya sama dengan jalur Thabrani, terdapat Abdul Wahhab bin Dhahak, perawi matrūk.
Ketiga, dalam Kitab al-Fitan Imam Nu’aim bin Hammad al-Marwadzi dengan nomor hadits 638 (hal. 228) melalui jalur sanad: Abu Amr dari Ibnu Luhay’ah dari Abdul Wahab bin Husain dari Muhammad bin Tsabit al-Bunany dari ayahnya dari al-Haris al-Hamadhani dari Ibnu Mas’ud. Imam Suyuti memasukkan hadits riwayat Nu’aim ini dalam kategori hadits palsu (maudhu’) sebagaimana ia jelaskan dalam kitab “al-La’ālī al-Mashnū’ah fī al-Ahādits al-Maudhū’ah.(2/322)
Keempat, dalam kitab Musnad Syasyi, nomor hadits 772. (2/387) dengan jalur sanad yang sama dengan jalur sanadnya Nua’im bin Hamād.
Imam Suyuthi mengomentari sanad thabrani, hadits ini tidak shahih (bermasalah) Abdul Wahab matrūk, Isma’il itu dha’if, dan Abdah tidak bertemu dengan Fairuz dan Fairuz tidak pernah bertemu Nabi. Hadits ini juga diriwayatkan melalui jalur Ghulam Khalil dari Muhammad bin Ibrahim al-Bayadhi dari Yahya bin Sa’id al-Aththar dari Abu al-Muhajir dari al-Awza’i. Ghulam Khalil disepakati sebagai khazzab-pendusta- (Lisan Mizan 1/185). Kesimpulan Syuyuthi bahwa semua jalur sanad hadits ini bermasalah, terdapat perawi pendusta dan terputus sanad. (al-La’ālī al-Mashnū’ah fī al-Ahādits al-Maudhū’ah 2/323). Di sini dapat disimpulkan status hadits ini adalah maudhu’ (palsu) dan terputus sanadnya. Sehingga tidak dapat digunakan sama sekali sebagai dalil atau hujjah, apalagi terkait perkara ghaibiyyāt.
Kajian Matan Hadits
Sebenarnya, hadits-hadits Nabi tentang akhir zaman yang sering disebut dengan hadits tanabbu’āt (ramalan/prediksi peristiwa di masa akan datang) dijumpai di beberapa kitab otoritati hadits. Hadits tentang tanabbu’āt ini terbagi menjadi hadits bisyārah (kabar gembira dan hadits fitan (fitnah).Para ulama hadits, menghimpun hadits-hadits Nabi SAW terkait dengan bisyārah dan fitnah ini dalam bab tersendiri dalam kitab-kitab hadits, seperti kitab (kumpulan bab) al-fitan atau al-malāhim. Bahkan tidak sedikit yang membukukannya dalam satu buku hadits, seperti Dalā’il an-Nubuwwah karya Abu Bakar al-Baihaqi; al-Khasāish al-Kubrā, karya Jalaluddin as-Suyuthi.
Tanabbu’āt Nabi SAW ini terkait peristiwa di masa mendatang, tidak hanya sekedar penyampaian ramalan semata, melainkan ingin membangun kewaspadaan dan kesiapan dari umatnya dalam menghadapi peristiwa ini. Selain itu, umatnya dapat mengambil pelajaran dari semua peristiwa yang terjadi dan dialami. Meskipun sejatinya peristiwa-peristiwa itu terjadi atau tidak, merupakan hak preogratif Allah semata, tapi mempersiapkan diri untuk menghadapinya adalah suatu keniscayaan. Dalam tanabbu’āt yang sering Nabi SAW sampaikan, lebih banyak menekankan kepada pentingnnya berpegang teguh kepada agama Allah, meyakini keimanan kepadaNya, mengamalkan ajaran-ajaranNya di berbagai situasi dan kondisi apa pun. Bahkan bila mampu gunakan berbagai potensi yang dimiliki umat Islam untuk membela dan mempertahankannya, hingga nyawa sekalipun.
Namun para ulama hadits tetap berpegang teguh pada hadits-hadits shahih untuk meyakini bisyārah atau fitnah yang dikandung dalam hadits. Apalagi hadits-hadits tanabbu’āt ini terkait dengan masalah pemberitaan hancurnya alam (hari akhir) termasuk masalah ghaib (ghaybiyyāt). Dalam teks-teks al-Qur’an dan hadits shahih sudah jelas bahwa tidak ada satupun makhluk yang tahu tentang kapan terjadi hari Akhir sampai Nabi pun tidak mengetahuinya. Misalnya dalam al-Qur’an surat al-An’am: 59, an-Naml:65, dan Hadits Islam, Iman dan Ihsan (Bukhari:50; Muslim:1)
Matan hadits tentang huru hara di ramadhan ini masuk kategori musykil (bermasalah) selain sanadnya yang sudah jelas sangat lemah/palsu. Ada beberapa hal kejanggalannya:
Pertama, di sini sebutkan runtutan peristiwa dimulai pertengahan ramadhan yang jatuh pada hari jumat dengan dengan munculnya suara keras (shaihah) di pertengahan ramadhan, dilanjutkan huru-hara di Syawwal, kemudian perselisihan kabilah-kabilah di Dzulqa’dah, dilanjutkan pertumpahan darah pada bulan Dzul Hijjah dan Muharram dan seterusnya. Bila dirangkai dalam logika bahasa, uraian peristiwa ini tidak logis, tidak mungkin keluar dari seorang Nabi yang menjaga kualitas bahasanya. Para ulama hadits menilai salah satu tanda hadits palsu adalah penggunaan bahasa yang rendah dan tidak logis (rikākah lafdzi).
Kedua, ketika narasi dalam video mejelaskan bahwa Shaihah yang dimaksud adalah suara benturan meteor dengan bagian bumi sesuai data dari NASA, yang berarti bumi akan mengalami kehancuran. Hal ini lebih rumit lagi dipahami, bagaimana mungkin akan terjadi peristiwa-peristiwa selanjutnya yang disebutkan dalam hadits, karena bumi sudah hancur.
Ketiga, penggiringan opini bahwa pertengahan ramadhan yang jatuh hari jumat itu adalah ramadhan tahun 1441 H./2020, padahal permulaan ramadhan berbeda-beda sesuai ijtihad rukyat maupun hisab di masing-masing negara. Di sisi lain pertengahan ramadhan yang jatuh pada hari jum’at tidak hanya terjadi tahun ini, bisa jadi tahun-tahun sebelumnya. Penjelasan ini terkesan dipaksakan (cocokologi) dan tidak jauh berbeda dengan prediksi NASA pada tahun 2012 yang mengatakan akan terjadi kiamat, karena akan ada benturan meteor yang jatuh ke bumi. Ramalan ini membuat heboh masyarakat dunia, dan ternyata tidak terbukti.
Oleh karena itu, sejatinya umat Islam tetap berpegang pada prinsip aqidah Islam bahwa hal-hal ghaib itu rahasia Allah. Kemudian meyakini berita ghaib hanya bersumber dari teks-teks agama yang valid, seperti al-Qur’an dan hadits yang shahih baik sanad maupun matan. Sejatinya seorang muslim memperkokoh keimanan dan meningkatkan kualitas diri dengan keshalihan individual maupun sosial. Dan sikap seorang muslim harus bijak, tidak terprovokasi dalam menyikapi berita-berita heboh di media sosial maupun elektronik. Wallāhu’alam bishawāb.