Opini: Menjadi Muslim yang Produktif

Menjadi Muslim yang Produktif
Nirwan Hamid, M.Pd.I
Pengurus MUI Kota Bandar Lampung
Sekretaris MWC NU Tanjung Senang

Sebagai agama rahmatan lil alamin, Islam tidak hanya ‘mengatur’ manusia tentang bagaimana cara beribadah dan berhubungan dengan sesama. Lebih dari itu, islam juga mengajarkan manusia untuk bisa melewati waktu demi waktu agar bisa diisi dengan hal-hal yang bermanfaat, baik di dunia maupun di akhirat.

Definisi kata “bermanfaat/produktif” sendiri menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah menjadi sesuatu yang berguna, berfaedah dan memberikan keuntungan. Menjadi pribadi yang bermanfaat dalam kaitannya sebagai makhluk Allah , dan menjadi makhluk yang memberikan guna, faedah dan keuntungan bagi sesama dan lingkungannya yang semata-mata diniatkan untuk mendapatkan ridha Allah Swt.

Islam memberikan aturan sebagai pegangan dalam segala aspek kehidupan manusia, mengutamakan nilai-nilai produktivitas secara sempurna. Produktivitas inilah yang dimaksudkan sebagai kebermanfaatan. Produktif dalam menghasilkan sebuah karya ataupun produktif dalam menghasilkan peningkatan serta perbaikan diri dan masyarakat. Oleh karena itu, produktivitas di sini didefinisikan sebagai semua hal yang mengandung nilai-nilai kebaikan (khairiyyah).

Kemauan dan niat karena Allah  menjadi modal dasar bagi kita untuk berupaya menjadi muslim yang produktif. Apapun kondisi kita, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada kita, kita tetap bisa berkontribusi dan memberi manfaat yang lebih besar. Kuncinya terletak pada pertanyaan: apakah kita mau menjadi pribadi yang bermanfaat?

Kemudian, setelah memiliki modal kemauan dan niat yang ikhlas karena Allah , maka segeralah merealisasikan tujuan tadi. Contoh paling sederhananya adalah dengan membagikan atau memberikan kesempatan pada orang lain agar mereka terbiasa  membaca.

Ketika kemauan, niat dan keinginan tersebut mulai terwujud, maka kita jadikan kebermanfaatan tadi sebagai gaya hidup para pembaca. Tentu ketika produktivitas menjadi gaya hidup maka semuanya akan terasa semakin ringan dan berkah.

Allah Swt berfirman tentang manusia yang tidak punya apa-apa.

وَاللهُ اَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ اُمَّهَتُكُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَرَ وَاْلأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Artinya: “dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadan tidak mengetahui apapun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur”.

( QS. An-Nahl: 78)

Firman Allah tersebut diatas menunjukkan akan lemat dan ketidakberdayanya anak manusia yang baru lahir, kemudian untuk mendukung dinamika kehidupannya, Allah Swt memberikan modal potensi yang sangat penting bagi perjalanan kehidupannya di alam semesta. Modal potensi itu adalah pendengaran, penglihata dan hati, agar manusia bersyukur dengan menggunakan modal tersebut sebagai alat dan sarana dalam menjalani dinamika kehidupan untuk menghasilakn berbagai hal yang membawa manfaat dan kemaslahatan bagi kehidupan dari generasi mendatang hingga akhir zaman. Firman Allah tersebut diatas mendorong dan memotivasi agar dalam menjalani kehdiupan ini selalu melakukan berbagai upaya secara terus menerus dengan meneliti, mencoba dan mencari terobosan sehingga mampu produktif dalam berbagai aspek kehidupan, baik pribadi maupun sebagai bagian dari komunitas masyarakat agar menajadi kehidupan yang maslahah.

Agar menjadi seorang muslim yang produktif maka ada beberapa hal yang harus di siapkan diantaranya adalah:

  1. Mengamati, meneliti dan mencoba secara terus menerus. Karena segala ciptaan dan kejadian di alam semesta ini tidak ada yang sia-sia. Allah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 191:

الّذِيْنَ يَذْ كُرُوْنَ اللهَ قِيَمًا وَقُعُوْدًا وَعَلىَ جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فَى خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّناَ مَاخَلَقْتَ هَذاَ بَاطِلاُ سُبْحَنَك َفَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka meikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “ Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api nerakat.” (QS. Ali Imran: 191)

  1. Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang dapat memacu kreativitas dan pengembangan menuju perbaikan kualitas, ketahanan, dan kekuatan fisik dan mental. Ini merupakan sebuah pemberian dari Allah Swt dimana sektor pendidikan dapat menjadi manusia yang hampir sempurna karena berjalan di atas rool model dimana ketika pendidikan seseorang semakin tinggi maka akan semakin terhormat dan semakin tinggi ilmu yang ia peroleh. Firman Allah Swt dalam surat Al- Mujadalah ayat 11.

يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ اَمَنُوْمِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوْا الْعِلْمَ دَرَجَتٌ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

            Artinya: …niscaya Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al- Mujadalah: 11)

  1. Menciptakan terobosan-terobosan dengan pelatihan di berbagai aspek kehidupan yang mampu menghasilkan nilai tambah yang memiliki cakupan yang luas manfaat dan maslahattnya.
  2. Segala usaha dan upaya yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan syariat agama. Jika sampai terjadi, maka usaha dan upaya yang dilakukan tidak akan membawa manfaat dan maslahat. Firman Allah Swt.

وَلَقَدْ كَتَبْنَا فَىِ الزَّبُوْرِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ اَنَّ الْأرْضَ يَرِثُهَا عَبَادِيَ الصَّالِحُوْنَ

Artinya: “ dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauhil Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamban-Ku yang saleh.” (QS. Al- Anbiya: 105)

  1. Jadikan produktifias sebagai gaya hidup

Jika produktifitas atau memberikan manfaat kepada orang lain telah menjadi sahabat dekat bahkan telah menjadi life skill (gaya hidup), maka kita sudah dapat dipastikan bisa menjadi insan yang aktif dalam memberikan manfaat bagi orang lain. Sifat inilah yang kadang dilupakan banyak orang, banyak orang yang hanya mendefinisikan bahwa melakukan kebaikan hanya dengan membantu orang lain saja. Namun itu belum menjadi kepribadian, baru sebatas mau melakukan kebaikan saja. Ingat, sebuah tindakan akan menjadi sebuah akhlak (gaya hidup) saat kita sudah melakukannya dengan biasa tanpa terlalu banyak berpikir panjang.

kita suka memberi? Itu belum tentu merupakan wujud dari kepribadian kita. Namun jika kita sudah terbiasa memberi dan bahkan menjadi Akhlak serta gaya hidup kita, maka itulah salah satu wujud dari kepribadian kita yang patut untuk dipertahankan.

Wallahul Muwafiq Ila Aqwamit thoriq

Comments

Leave a Reply