Category: Breaking News

Et ullamcorper sollicitudin elit odio consequat mauris, wisi velit tortor semper vel feugiat dui, ultricies lacus. Congue mattis luctus, quam orci mi semper

  • RESENSI BUKU : Mengurai Problematika Khazanah Transaksi Syariah

    RESENSI BUKU :

    Mengurai Problematika Khazanah Transaksi Syariah
    Peresensi : Akhmad Syarief Kurniawan

    Telah terbit satu buku lagi karya kader muda NU menghiasi khazanah keilmuan di Provinsi Lampung khususnya dan di Indonesia umumnya, khususnya yang meminati kajian ilmu hukum ekonomi Syariah, baik sebagai praktisi maupun akademisi.

    Dr. KH. Andi Ali Akbar, M. Ag selaku anggota dewan pengasuh pondok pesantren Darusy Syafaah, Kotagajah, Lampung Tengah, sekaligus Wakil Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor Propinsi Lampung ini dan Ketua STISDA Lampung Tengah telah menerbitkan buku yang berjudul “ Prinsip-Prinsip Dasar Transaksi Syari’ah “.

    Dr. KH. Kiai Andi Ali Akbar, M. Ag menyatakan, hadirnya buku ini adalah bentuk kegelisahan terhadap berbagai problematika ekonomi sebagaimana tertuang dalam contoh kecil dalam masyarakat saat ini, dan oleh karena itu termotivasi mencoba menampilkan kembali dasar pemikiran ulama salaf tentang sistem akad dan aturan transaksi secara Islami, hal. iv.

    Buku karya Sekretaris PC LBM NU Lampung Tengah masa khidmat 2017-2022 ini terdiri empat (4) BAB utama ; 1) Akad. 2) Transaksi Komersial. 3) Transaksi Sosial dan 4) Zakat Bisnis Komersial.

    BAB 1) Akad. Pada bab ini diuraikan materi pokok tentang akad, antaralain; macam-macam akad, rukun akad, ungkapan kesepakatan, hal.1-23.

    BAB 2) Transaksi Komersial (‘uqud mu’awadhat). Pada bab ini dijabarkan secara detail varian-varian transaksi komersial, antaralain; jual beli (bai’), jual-beli system pesan (salam), kerjasama-partnership (syirkah), tanam modal (qiradl), akad sewa (ijaarah), dan sewa jasa (ju’alah), hal. 25-52.

    BAB 3) Transaksi Sosial. Alumnus Doktoral UIN Sunan Ampel ini menjabarkannya dalam delapan (8) materi pokok, yaitu; jasa penitipan (wadi’ah), akad utang (qard), pemindahan tanggungan hutang (hiwalah), gadai (rahn), garansi pembayaran (kafaalah), janji (nadzar), akad pinjam (‘ariyah) dan hibbah, hal. 53-68

    BAB 4) Zakat Bisnis Komersial. Akademisi Pascasarjanan IAIN Kota Metro ini membedah bab ini dalam sembilan tulisannya yang cukup panjang, yaitu; hakikat zakat perniagaan, jenis-jenis barang komoditi (maal tijaarah), syarat zakat harta komoditi, cara mengetahui nisab, metode kalkulasi harta tijaarah, menjual harta dagangan sebelum di zakati, zakat profesi dan zakat harta qirad dan syirkah, hal. 71-81

    Buku ini adalah karya perdana Dr. KH. Kiai Andi Ali Akbar, M. Ag, ia juga menulis buku dalam tema-tema yang lain, seperti; Hukum Kewarisan Islam Aturan dan Tata Cara Pembagian Harta Warisan, diterbitkan oleh STISDA Press, tahun terbit; Maret, 2019. FIQH RAMADHAN ; Kajian Tentang Puasa dan Zakat Fitrah, Mengulas Konsep, dan Standar Hukum Serta Fenomena Aktual di Masyarakat, diterbitkan oleh STISDA Press, tahun terbit; Maret, 2022.

    KH. Hisyam Syafa’at, S.Sos.I, M.H selaku pengasuh pondok pesantren Darussalam Blok Agung Bayuwangi, Jawa Timur dalam kata sambutannya sangat mengapresiasi atas terbitnya buku ini, Kiai Muda NU Lampung yang juga Alumnus Pasca Sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya, Jawa Timur sekaligus jebolan pondok pesantren Darussalam Blokagung, Karangdoro, Tegalsari, Bayuwangi, Jawa Timur ini menulis dengan dalam gaya bahasa yang sangat mudah, praktis, dan ensiklopedis. Semoga buku ini turut memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang sistem ekonomi Islam di tanah air.

    Buku ini sangat penting untuk memperkaya referensi bagi para santri, mahasiswa, pemerhati hukum Islam, dan Ekonomi Syariah, masyarakat luas pada umumnya sebagai salah satu sumber mempelajari ilmu transaksi Syariah dengan segala pendalamannya.

    IDENTITAS BUKU :

    Judul : Prinsip-Prinsip Dasar Transaksi Syariah
    Penulis : Dr. KH. Andi Ali Akbar, M.Ag
    Penerbit : Yayasan Blokagung, Banyuwangi, Press
    Tahun Terbit : Mei, 2014
    Tebal : ix + 83 Halaman
    Nomor ISBN : 978-602-142-18-2-6
    Peresensi : Akhmad Syarief Kurniawan, warga NU, tinggal di Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung.

  • Aka Saputra Dilantik sebagai Kepala MIT Muhammadiyah Sukarame

    Bandar lampung: Setelah periodesasi Kepala Madrasah Ibditaiyah Muhammadiyah Sukarame telah usai, dilakukan penjaringan Kepala Madrasah dan terpilihlah Aka Saputra.S,Pd.I. menggantikan Fita Jumrotussolihah, S.Pd.I. Pada hari Jumat (20/05/22) dilaksanakan Pelantikan dan serah terima jabatan (sertijab) Kepala MI Terpadu Muhammadiyah sukarame periode 2022 – 2026 oleh Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kecamatan Sukarame, Drs. H. Sujarwo, M.Pd.I.

    Dalam sambutannya, Sujarwo menyampaikan terimakasih dan selamat  kepada Kepala Madrasah yang telah purna masa baktinya dan kepada kepala MIT yang baru saja dilantik.

    “Terimakasih kepada umi fita (kepala sebelumnya), yang telah melaksanakan tugasnya dengan sangat baik selama ini, dan selamat kepada Aka saputra, sebagai kader pelangsung dan penyempurna amal usaha muhammadiyah.” papar sujarwo

    Ditempat yang sama, Fita Jumrotussolihah,. berpesan agar Kepala Madrasah yang menggantikannya dapat melanjutkan program kerja dan menyempurnakan prestasi yang telah dimiliki sebelumnya.

    Sesaat setelah pelantikan, Aka Saputra menjelaskan bahwa dirinya sebagai kader Muhammadiyah harus siap mengemban amanah yang telah diberikan. Dan meminta doa serta restu kepada seluruh kader dan pimpinan muhammadiyah untuk dapat amanah dan istiqomah. (Ramdan/Rita Zaharah)

  • Rekatkan Soliditas dan Kualitas, TPP Lampung Tengah Gelar Halal bi Halal 1443 H dan Rapat Koordinasi

    Lampung Tengah: Masih dalam momentum suasana Idul Fitri bulan yang istimewa, bulan Syawal 1443 H / 2022 M, keluarga besar Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung menggelar agenda Halal bi Halal 1443 H, sekaligus rapat koordinasi.

    Hal tersebut disampaikan Koordinator Kabupaten (Korkab) TPP Kabupaten Lampung Tengah, Nanang Susanto, S.Pd.I, disela-sela sambutan agenda Halal bi Halal 1443 H, sekaligus rapat koordinasi di taman Hambalang, Kelurahan Bandar Jaya Timur, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, Rabu (11/5/2022) bertepatan 10 Syawal 1443 H.

    “Dalam momentum bulan Syawal 1443 H ini, saya atas nama pribadi, keluarga, dan Korkab TPP Kabupaten Lampung Tengah mohon maaf lahir batin, minal aidin wal faizin, dalam proses fasilitasi dan pendampingan ini, semoga kita semua kembali dalam keadaan fitri,” tambah alumni IAIN Metro, Lampung ini.

    “Semoga kita lebih baik tingkatkan kualitas kerja-kerja pendampingan pemberdayaan dan pembangunan masyarakat desa, kita semakin solid dan semakin kompak, menjalankan amanat dari Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,” tutup mantan Ketua Umum PMII Cabang Kota Metro ini.

    Koordinator Provinsi (Korprov) TPP Provinsi Lampung, Mashuri, S.P, ditempat yang sama menyampaikan, agar TPP se Kabupaten Lampung Tengah terus mengawal pelaksanaan UU No 6 tahun 2014 tentang Desa, di tahun ke 7 (tujuh) pelaksanaan Dana Desa ini, 301 Kampung di Kabupaten Lampung Tengah ini harus difasilitasi, di dampingi secara komprehensif oleh TPP, baik dari sisi perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi / laporan pertangung jawaban, dan lain-lain, sesuai dengan Permendes No 7 tahun 2021 tentang Prioritas Dana Desa Tahun Anggaran 2022.

    “Kita buka lagi, kita baca lagi, kita jalankan amanat Gus Abdul Halim Iskandar, Menteri Desa PDTT, sebagaimana yang tertuang dalam Kepmendesa PDTT No 40 tahun 2021 tentang Petunjuk Teknis Pendampingan Masyarakat Desa,” tutup Sekretaris IKA PMII Provinsi Lampung ini.

    Disela – sela agenda Halal bi Halal 1443 H, sekaligus rapat koordinasi ini juga diadakan tanya jawab seputar pelaksanaan realiasasi Dana Desa tahun 2022, seperti; input dashboard Monev DD, Daily Report Pendamping (DRP), pemutakhiran SDGs Desa, pendaftaran online BUMDESA, capaian Indeks Desa Membangun (IDM) tahun 2022, dan lain-lain.

    Secara sosiologis dan geografis Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Kabupaten Lampung Tengah tersebar pada (tiga ratus satu) 301 Kampung / Desa, dan dua puluh delapan (28) Kecamatan, yakni; Kotagajah, Kalirejo, Bangunrejo, Padang Ratu, Gunung Sugih, Trimurjo, Punggur, Terbanggi Besar, Seputih Raman, Rumbia, Seputih Banyak, Seputih Mataram, Seputih Surabaya, Terusan Nunyai.

    Selanjutnya, Bumi Ratu Nuban, Bekri, Seputih Agung, Way Pengubuan, Bandar Mataram, Pubian, Selagai Lingga, Anak Tuha, Sendang Agung, Bumi Nabung, Way Seputih, Bandar Surabaya, Anak Ratu Aji, dan Putra Rumbia. (Akhmad Syarief Kurniawan)

  • Opini: Mengawali Lembaran Pasca Lebaran

    Mengawali Lembaran Pasca Lebaran
    Dr. Efa Rodiah Nur, MH.
    Dekan Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung

    Idul Fitri adalah adalah hari kemenangan, hari dimana Allah memberikan hadiah untuk umat yang beriman agar senantiasa menjaga dan membentengi ketaqwaan pasca puasa ramadhan yang dijalani selama satu bulan lamanya.
    Pada hari idul Fitri, dihalalkan segala corak makanan dan diharamkan segala bentuk puasa, karena merupakan puncak dimana setiap insan kembali kepada fitrah yang didapatkan sebagai bentuk keindahan dalam ajaran Islam.
    Halal bi halal selama lebaran menjadikan kita semakin bersih dan lebur, sebagai simbul fitrah insaniyah, karena kita telah melakukan beberapa kearifan, silaturahmi dan saling memaafkan sebagai bentuk muamalah sesama insan yang merupakan aplikasi ahklakul karimah karena telah melakukan bentuk rendah hati (tawadhu’) yang terpancarkan dari setiap sanubari relung-relung hati yang sangat mendalam tanpa bentuk diskriminasi ataupun paksaan.
    Halal bi halal yang menjadi sarana silaturahim untuk meleburkan segala kesalahan, akhirnya pun hati kita menjadi bersih, karena telah merasa lega dan tenang atas segala khilaf dan dosa yang mungkin tanpa sadar kita lakukan. Sebagai insan yang tidak lepas dari lupa, dan selalu melakukan bentuk kemaksiatan dan dosa terpancar dalam sikap dan akhlak yang begitu arif dan penuh kebanggaan.
    Pada saat ini, kita memulai aktivitas kembali, jika saat ramadhan atau menjelang idul fitri kita mudik dengan begitu semangat ingin berjumpa dengan keluarga, sanak famili dan sahabat, saat ini kita mulai beraktivitas kembali, bekerja dan berkarya, mengukir kebaikan dalam bentuk ibadah dan muamalah. Maka daripada itu, agar aktivitas kita senantiasa dalam keridhaan-Nya, setidaknya iman dan taqwa yang kita jadikan tujuan selama ramadhan senantiasa menancap dalam hati dan jiwa kita, hingga pada saat ini kita memulai segala aktivitas dengan bekal keimanan dan ketaqwaan sebagai benteng dari segala kemaksiatan dan terjerumus nya hamba pada lembah dosa dan kemubadziran.
    Untuk itu, mari kita bentengi segala amaliyah kita pasca lebaran ini dengan keikhlasan dan ketulusan dengan tetap menjaga iman, Islam kita menuju ridha Ilahi.

  • Opini: Idul Fitri Momentum Untuk Memperbaiki Niat

    Idul Fitri Momentum Untuk Memperbaiki Niat
    Prof. Wan Jamaluddin, M. Ag., P. hD
    Rektor UIN Raden Intan Lampung

    Idul Fitri adalah momentum untuk menguatkan niat menggapai ridha Ilahi, karena dengan niat yang kuatlah yang dapat menghantarkan diri menuju iman dan taqwa-Nya. Hari kemenangan dan membahagiakan, dalam bentuk silaturahmi dan bermaafan sehingga kembali kepada fitrah serta lebur, yaitu sirnanya dari segala kesalahan dan dosa hingga hari itu disebut sebagai hari lebaran, hari yang semua menjadi halal buah dari adanya kesadaran diri untuk menjadi orang yang rendah hati dan merasa tidak sombong dan besar hati serta takabur.

    Memaafkan serta meminta maaf merupakan akhlak mulia, dan bahkan merupakan kesempurnaan iman, karena memaafkan merupakan prilaku yang sangat mulia namun berat jika nafsu kita tetap membelenggu, karena nafsu akan senantiasa membelenggu manusia mengalahkan akal serta relung hati yang mendalam.

    Hawa nafsu yang selalu menjerumuskan kearah keburukan dan kesesatan, hingga Allah SWT, telah memberikan kesempatan kepada hamba yang beriman untuk melemahkan nafsu tersebut agar menjadi tunduk dan patuh pada Ilahi, sebagai bentuk pengabdian hamba dalam bentuk ibadah puasa, yang kemudian Allah menganugrahkan kepada orang yang beriman untuk kembali kepada ridhaNya dalam bentuk Iman taqwa yang sempurna.

    Moment idul fitri merupakan kebaikan yang mulia agar saling berbagi kasih dengan bentuk yang mulia yaitu yang besar menghargai yang kecil dan sebaiknya yang kecil menghormati yang besar, merupakan sebuah fitrah kemanusiaan yang diajarkan dalama agama Islam. Halal, artinya boleh dapat juga berarti bebas atau zero, berarti dalam kondisi halal adalah suatu posisi yang terlepas dari beban atau yang membebani. Media halal bihalal adalah sarana bersilaturahmi dan saling membebaskan dari segala belenggu syahwat yang angkuh dan sombong, hingga mampu menjadi tunduk dan rendah hati serta saling memaafkan, hingga pada kesempatan itulah menjadi lebur, yaitu leburnya dari dosa dan kesalahan.

    Lebaran yang juga berarti labur artinya cet warna putih yang mewarnai tembok hingga menjadi bersih seperti lembaran baru, dan itulah yang dimaksud fitrah, yaitu kesucian hati dan jiwa seperti bayi yang baru dilahirkan, sebagaimana sabda baginda Rasulullah, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah” Putih bersih seperti lembaran baru, hingga menggapai ridha Ilahi, menuju keteguhan iman dan taqwa-Nya.

    Pada saat ramadhan dan idul fitri itulah sesungguhnya kita membangun bi’ah, suatu kebiasaan mulia untuk dapat melatih kita menuju insan yang taat dan mulia.

    Pasca lebaran seharusnya kita telah terbiasa melakukan kebaikan baik dalam beribadah dan beramal shalih, hingga benar-benar amaliyah kita pasca lebaran menjadi kebiasaan yang mulia dalam keberkahan dan keimanan serta ketaqwaan-Nya. Wallahu alam

  • Opini: Salam Jangan Verbalitas Belaka

    Salam Jangan Verbalitas Belaka
    Oleh: Dr. Abdul Aziz, M.Pd.I
    Sekretaris Umum MUI Kota Bandar Lampung

    salam (السلام) berasal dari akar kata bahasa arab salima – yaslamu – salaaman – wa salaamatan (سَلِمَ – يَسْلَمُ – سَلاَمًا – وَسَلاَمَةً) yang berarti selamat dari bahaya, bebas dari cacat, ketulusan hati, keselamatan, ketentraman, ketenangan, kedamaian, kesejahteraan, aman dan nyaman. Salam adalah sapaan, penghargaan dan penghormatan kepada orang lain sebagai bentuk ekspresi empati dan harmoni dari seseorang kepada orang lain, bisa dalam bentuk ucapan, gerakan atau gabungan keduanya.

    فَكَانَ أَوَّلَ شَيْءٍ تَكَلَّمَ بِهِ أَنْ قَالَ

     يَا أَيُّهَا النَّاسُ , أَفْشُوْا السَّلَامَ , وَأَطْعِمُوْا الطَّعَامَ , وَصِلُوْا الْأَرْحَامَ , وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ , تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ (رواه البخاري)

    Artinya:

    (Ketika Rasulullah Saw. Sampai ke Madinah) Dan yang pertama kali beliau ucapkan adalah, Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikan makan, sambunglah silaturrahim, shalatlah di waktu malam ketika orang-orang tertidur, niscaya kalian akan masuk surga dengan sejahtera. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Al Hakim dan Ahmad)

                Menyebarkan salam itu akan menumbuhkan rasa cinta diantara manusia. Rasulullah Saw. bersabda :

     لَا تَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا . وَلَا تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا . أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ . أَفْشُوْا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ

    Artinya:

    Tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian akan saling mencintai, sebarkanlah salam di antara kalian. (HR. Bukhari)

                Ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah Saw. Wahai Rasulullah Saw. Islam yang bagaimanakah yang paling baik, Beliau Saw. Menjawab:

     تُطْعِمُ الطَّعَامَ , وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَعَلَى مَنْ لَمْ تَعْرِفْ

    Artinya:

    Engkau memberi makan dan engkau mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal maupun yang tidak kenal. (HR. Bukhari)

                Menyapa adalah bentuk empati, harmoni, kepedulian, cinta, kasih sayang, penghargaan, dan penghormatan seseorang kepada orang tua, saudara, kerabat, guru, teman, sahabat, sejawat, tetangga atau siapapun. Orang yang disapa akan merasa dihargai dan dihormati sehingga akan tercipta suasana harmoni sosial penuh persaudaraan, menjadi semakin erat dan akrab. Cara, bentuk dan ekspresi seseorang ketika menyapa akan berbeda – beda berdasarkan peradaban dan budaya masyarakat. Islam mengajarkan bentuk sapaan dengan ucapan salam, bukan hanya berfungsi sebagai alat sapaan belaka, melainkan sebuah syariat, doktrin, do’a, sekaligus penghormatan pada sesama. Dalam Al Qur’an disebut tahiyyah;

    وَإِذَا حُيِّيتُم بِتَحِيَّةٖ فَحَيُّواْ بِأَحۡسَنَ مِنۡهَآ أَوۡ رُدُّوهَآۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٍ حَسِيبًا ٨٦

    Artinya:

    Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu. (QS. An Nisa’ : 86)

                Salam merupakan bagian dari syari’ah, Rasulullah Saw. mengajarkan ucapan salam dengan diksi yang baku, yaitu السلام علبكم ورحمة الله وبركاته Salam dianjurkan untuk diucapkan sebagai sapaan, dihidupkan, disebarkan, dibiasakan dan tentu diresapi makna dan substansinya. Apa yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw. merupakan yang terbaik untuk umatnya. Salam juga adalah do’a yang bermakna “Semoga keselamatan, rahmat, dan berkah dianugerahkan Allah kepada kalian.” Ada tiga permohonan kepada Allah Swt. untuk setiap orang yang disapa, yaitu keselamatan/kedamaian/kesejahteraan, kasih sayang (rahmat), dan keberkahan (ziyadatul khair) Allah swt.

                Ketika seseorang mengucapkan salam kepada orang lain, sesungguhnya ia sedang memberikan sebentuk jaminan untuk menjaga, merawat dan menjunjung tinggi nilai-nilai ketulusan, keselamatan, keamanan, kedamaian, kesejahteraan, cinta, kasih sayang, dan kebaikan sesama sesuai dengan makna salam. Sehingga tidaklah pantas seseorang mengucapkan salam kepada orang lain, namun tetap berdusta, berkhianat, berbuat licik, culas, menebarkan kebencian, menyakiti hatinya, dan aktivitas lainnya yang menyebabkan terenggutnya rasa tulus, aman, damai, tentram, sejahtera, kasih sayang dan cinta.

                Apabila seseorang telah mengucapkan salam kepada orang lain, sama dengan memberikan jaminan kepada yang diberi salam bahwa tidak mungkin melakukan hal-hal yang menjadikannya tidak tulus, tidak selamat, tidak aman, tidak damai, tidak tenang dan tidak nyaman. Inilah hakikat tahiyyah (penghormatan) dalam salam, sehingga logic sekali Allah Swt. menyuruh membalas setiap sapaan salam yang didengar.

    أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ خَمْسٌ . رَدُّ السَّلاَمِ , وَعِيَادَةُ الْمَرِيْضِ , وَاتِّبَاعُ الْجَنَائِزِ , وَإِجَابَةُ الدَّعْوَةِ , وَتَشْمِيْتُ الْعَاطِسِ (متفق عليه)

    Artinya :

    Abu Hurairah Ra. Berkata, saya mendengar Rasulullah Saw. Bersabda, hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima; menjawab salam, menjenguk orang yang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangan, dan mendo’akan orang yang bersin.

                Menjawab salam, baik secara verbalistik maupun substansi, menjawab salam minimal frasanya sama dengan ucapan salam kepadanya, assalamu’alaikum dijawab dengan wa’alaikumussalam, yang lebih baik dan mulya, jawablah salam dan penghormatan itu dengan yang lebih baik, wa’alaikussalam warahmatullahi wabarakatuh. Makna terdalamnya (substansinya), kebaikan seseorang mestinya dibalas dengan minimal kebaikan yang sepadan, cinta dan kasih sayang seseorang mestinya dibalas dengan minimal cinta dan kasih sayang yang sepadan, ketulusan hati seseorang mestinya dibalas dengan minimal ketulusan hati yang sepadan, tutur sapa santun, sikap empati, perilaku luhur, cinta damai dan harmoni sosial mestinya direspon sepadan, tentu respon atau jawaban salam lebih baik yang lebih mulya. Salam jangan direduksi hanya verbalitas belaka.

                Hidup rukun dengan hati tulus dan ikhlas, tentram dan sejahtera, cinta dan damai, aman dan nyaman, dengan tutur kata dan sapa yang ramah dan santun, sikap empati dan harmoni, serta perilaku yang berlandaskan budi pekerti luhur. Kehidupan sosial tanpa kebencian dan permusuhan, tanpa iri hati, dengki dan prasangka buruk adalah impian kita semua. Islam hanya mengajarkan kepada kita semua untuk senantiasa menebarkan salam, cinta, kasih sayang, ketentraman, kesejahteraan dan kedamaian.

    والله تعالى أعلم بالصواب

  • LAZISNU Seputih Agung, Lampung Tengah Gelar Pelatihan Amil Zakat

    Lampung Tengah: Jajaran keluarga besar pengurus Lembaga Amil Zakat Infaq Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Kecamatan Seputih Agung, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, mengadakan agenda istimewa yakni pelatihan amil zakat, Rabu (27/4/2022) bertepatan 25 Ramadhan 1443 H.

    Hal tersebut disampaikan, Ketua LAZISNU Kecamatan Seputih Agung, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, Kiai Miftakhul Munir, disela-sela agenda tersebut Rabu (27/4/2022) pagi di gedung Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Seputih Agung, Kabupaten Lampung Tengah.

    “Semoga pelatihan ini dapat bermanfaat sekaligus menjadikan bekal amil zakat dalam menunaikan pelaksanaan pengumpul dan pembagian zakat fitrah di wilayah Kecamatan Seputih Agung, dan sekitarnya” tambahnya.

    Ketua PC Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU Kabupaten Lampung Tengah, masa khidmat 2017-2022, Kiai Muhammad Masykur, S.Sy, selaku narasumber, menyampaikan beberapa materi antaralain; siapa saja yang wajib mengeluarkan zakat fitrah, siapa saja dan bagaimana syaratnya mustahik yang berhak menerima zakat fitrah, syarat-syarat menjadi Amil yang sah, baik sah menurut undang undang, maupun sah menurut aturan agama, besaran ukuran kadar zakat fitrah menurut empat Madzhab, Imam Syafi’i, Imam Hanafi, Imam Maliki dan Imam Hambali dan sekaligus fungsi zakat menurut syariat agama, sekaligus manfaat secara Sosial.

    Sekretaris MWCNU Kecamatan Seputih Agung, Ahmad Muhlison, S.Pd.I, menambahkan, agenda ini, pelatihan amil zakat, infaq dan shodaqoh Kecamatan Seputih Agung ini, diikuti sebanyak 350 orang, dari berbagai wilayah Kecamatan diantaranya Kecamatan Seputih Agung 310 Peserta, Kecamatan Terusan Nunyai 6 orang, Kecamatan Terbanggi besar 10 orang, Kecamatan Way Pengubuan 10 orang, Kecamatan Anak Tuha 4 orang, Kecamatan Bekri 5 orang, dan dari Kabupaten Lampung Utara 5 orang.

    Pada kesempatan tersebut dibagikan SK Amil Zakat, sebanyak 107 SK, berbasis masjid dan musholla se Kecamatan Seputih Agung.

    Hadir dalam acara tersebut, Rais Syuriah MWC NU Seputih Agung, Ketua Tanfidziyah MWC NU Seputih Agung, Kiai Ikhsan, Babinkamtibmas dari Polsek Terbanggi besar, dan lain-lain.

    Secara sosiologis dan geografis Kecamatan Seputih Agung, Lampung Tengah terdiri atas Sepuluh (10) Kampung / Desa, yaitu; Harapan Rejo, Endang Rejo, Dono Arum, Simpang Agung, Bumi Kencana, Gayau Sakti, Fajar Asri, Muji Rahayu, Sulusuban, dan Bumi Mas. (Akhmad Syarief Kurniawan)

  • Opini: Menjaga Protokol Kesehatan Saat Mudik

    Menjaga Protokol Kesehatan Saat Mudik
    Prof. Wan Jamaluddin, M.Ag., P.hD
    (Rektor UIN Raden Intan Lampung)

    Mudik adalah nama lain dari pulang kampung, kegiatan mudik merupakan event penting yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Islam di Indonesia, yang merupakan sebuah tradisi unik, dikatakan unik karena tidak terjadi di negara-negara lain. Ada kenikmatan dan kebahagiaan tersendiri yang dirasakan oleh masyarakat muslim Indonesia ketika pada bulan ramadhan atau menjelang lebaran Idul Fitri, yaitu umumnya pada sepuluh terakhir bulan ramadhan, walaupun sebagian di awal dan pertengahan ramadhan.

    Salah satu hal penting yang dinantikan pada saat mudik adalah dapat berkumpul dengan keluarga, baik kedua orang tua maupun sanak famili, bersilaturahim dan bercengkrama setelah setahun lamanya beraktivitas masing-masing, dan pada saat intulah dapat meluangkan waktu menunaikan ibadah puasa dan lebaran di kampung halaman, bersama orang tua dan keluarga serta kerabat dekat demi menyambung tali silaturahmi yang selama satu tahun penuh tidak terjalin.

    Kemeriahan mudik sering membuat masyarakat kita senang walaupun terkadang harus antri di jalan, biaya ongkos mahal, namun semua itu terasa ringan dengan spirit rindu dan ingin senantiasa berjumpa dengan keluarga, hal tersebut bagian dari berkah ramadhan dapat terlaksana dengan rasa cinta, sehingga apapun caranya dapat dilakukan asalkan bisa mudik. Mudik pada tahun ini tentunya lebih meriah dibandingkan dua tahun sebelumnya pada saat musim corona yang menjadikan umat muslim sulit untuk melakukan pulang kampung.

    Idul Fitri adalah hari kemenangan setelah melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan penuh lamanya, ketika Idul Fitri tiba, umat Islam mengadakan acara yang sangat unik, yaitu silaturahim, yang istilah ini sering disebut Sungkem kepada kedua orang tua yang masih ada dan sanak keluarga lainnya, namun ketika sudah tiada, mereka menyempatkan waktunya untuk berziarah ke Makam dan berdoa bersama atau dilaksanakan dengan sendiri-sendiri.

    Istilah silaturahim pada awal masuknya Islam ke Indonesia agak begitu sulit di ucapkan, kemudian KH. Wahab Chasbullah diberi nama halal bi halal yang kemudia istilah ini popular sampai hari ini. Halal bi halal adalah sebuah tradisi di masyarakat kita yang merupakan media untuk bersilaturahmi, halal bi halal berasal dari kata halal yang artinya lepas dari dosa. Sehingga istilah ini digunakan untuk menyambung tali silaturahim sering juga disebut bersal dari kalimat thalabul halal bi thariqi al- halal, yaitu meminta mencari penyelesaian masalah atau mencari keharmonisan  hubungan dengan cara mengampuni kesalahan. Sehingga istilah halal bi halal sebagai sarana untuk saling bermaafan.

    Istilah halal bi halal memang hanya sebuah tradisi baik dan mulia di Indonesia, yang tidak ada dasarnya dalam al-Qur’an dan al-Sunah dan tidak ada pelaksanaannya di Negara-negara lain. Unik memang hal ini, dan inilah merupakan sebuah tradisi Islam yang ada di Indonesia.

    Jika kehidupan ini ibarat benang yang selama ini tidak jelas ujungnya karena saking banyaknya alur kemudian menjadi kusut, maka sejatinya halal bi halal adalah  merajut kembali benang yang sudah kusut dan nyaris sulit diselesaikan. Jika ada kesalahan yang terjadi dan belum termaafkan karena sebuah kesalahan atau khilaf, maka saat itulah bertemu, duduk bersama untuk bemaafan, bercerita dan saling tabayyun.

    Walaupun tradisi mudik pada lebaran kali ini ramai kembali, namun kita harus tetap menjaga protokol kesehatan, agar Allah senantiasa memberikan kesehatan dan keselamatan, karena suatu tujuan yang baik yaitu menjalin tali silaturahmi dengan keluarga, jika dijalani dengan cara yang baik dan mengikuti aturan yang baik, insyallah akan menjadi yang terbaik, semoga Allah meridhai.

  • Opini: Menjaga Istiqamah Agar Menjadi Akhlak

    Menjaga Istiqamah Agar Menjadi Akhlak
    Dr. Siti Nurjannah, M.Ag
    Rektor IAIN Metro

    Marhaban ya ramadhan, bulan penuh keberkahan. Manusia diciptakan oleh Allah SWT, sebagai makhluk sempurna dengan sebaik-baiknya bentuk, dalam bahasa al Qur’an disebut “bi ahsani taqwiim” sebaik-baiknya bentuk tidak berarti sebaik-baiknya rupa, karena mungkin burung merak lebih indah, atau makhluk lain ciptaan Allah ada yang lebih indah dari manusia, namun manusia diciptakan dengan sebaik-baiknya bentuk. Di antara kesempurnaan dari anugrah Allah kepada munusia adalah akal yang sehat, sebagai sarana untuk berfikir, juga di sisi lain Allah swt., menganugrahkan agama kepadanya sebagai obor agar akal dapat berfikir dengan sehat dan bermaslahat.

    Di sisi lain, Allah swt., juga menganugrahkan hawa nafsu agar manusia memiliki keinginan, posisi nafsu ini berada di belakang otak, sehingga sering kali mempengaruhi dan menyetir otak, meskipun demikian, otak haruslah dapat mengendalikan nafsu dan bukan dikendalikannya, sebuah ungkapan bijak yang mengatakan, nafsu itu seperti halnya anak kecil yang sulit dilepaskan dengan ibunya, jika dia tidak dilatih untuk di sapih, maka dia akan selalu mengikuti ibunya, begitu juga nafsu jika tidak dilatih untuk dikendalikan, maka dia akan selalu mengendalikan kita.
    Dalam konteks ibadah, istiqamah merupakan hal penting yang harus dilatih, dibiasakan dan dilestarikan, karena diajarkan oleh Rasulullah muhammad saw, “al istiqaamatu khairun min alfi karaamatin” Istiqomah adalah lebih baik dari seribu kemuliaan.

    Kemaksiatan merupakan hal yang dapat mengancam istiqamah, sehingga dapat mengikis keimanan kita, yang kemudian iman dapat bertambah dengan ketaatan kepada allah swt, sebagaimana sabdanya, Iman seseorang akan bertambah dan akan berkurang dan bahkan hilang, yang dikatenakan amal baik atau amal buruknya. Taat kepada allah swt., berarti menjalankan segala yang diperintahkan Allah swt., dengan penuh ketulusan, keikhlasan dan istiqamah serta tawakkal kepada allah swt., sedangkan berkurangnya ketika manusia melupakan Allah dan bahkan mentaati syaithan, yang mana syaithan akan selalu mengendalikan hawa nafsu kita untuk digiring kearah kemaksiatan dan kemudharatan dan menjerumuskan pada lembah hitam yang dapat merusak hati untuk beristiqamah.

    Pada bulan yang suci ini, kita telah berlatih istiqamah selama ramadhan, dengan modal iman. Istiqamah yang kita lakukan akan senantiasa membekas pada setiap insan yang beriman, baik shalat malamnya, tadarrusnya, amal sunah lainnya selama ramadhan seharus benar benar menancap pada relung relung sanubari kita, sehingga selepas ramadhan kita masih istiqamah me jalankan segala yang melekat kepada kita, dan itulah hakekat kataqwaan yang kita dapatkan selama ramadhan. Semoga kita semua dalam naungan ramadhan penuh keberkahan.amin

  • Opini: Ikhlas dalam Menggapai Ridha Ilahi

    Ikhlas dalam Menggapai Ridha Ilahi
    Dr. Efa Rodiah Nur, MH
    Dekan Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung

     

    Marhaban ya ramadhan, bulan penuh keberkahan. Ikhlas merupakan hal yang terpenting dalam ibadah kita, terlebih kita berada di bulan ramadhan, Allah menjanjikan kepada hambaNya untuk memperbanyak ibadah dan amal shalih, karena dengan keikhlasan kita dalam beribadah di bulan ramadhan ini, senantiasa akan terlihat kualitas amal ibadah kita, sah ataukah bathil. Ibadah di bulan ramadhan berbeda dengan ibadah di bulan bulan lainnya, Allah akan melipat gandakan segala kebaikan selama ramadhan.

    Ikhlas adalah menjalankan segala sesuatu (ibadah) karena Allah semata dan bukan karena bisiskan atau pengaruh yang lainnya, sehingga ikhlas sering diibaratkan air putih yang jernih yang berada dalam gelas yang belum tercampur dengan kotoran atau noda setetespun, sehingga air tersebut terlihat jernih tanpa noda, begitulah gambaran keikhlasan kita dalam beribadah.

    Sebagaimana dikatakan oleh Imam al-Nawawi, ikhlas yaitu: “ikhlas yaitu mensucikan panca indra kita baik secara dhahir maupun batin dari akhlak buruk (yang dapat merusak ibadah kita)”.

    Tujuan ibadah kita adalah menggapai metaqwaan kepada Allah Ta’ala, termasuk ibadah puasa yang jika kita jalani secara totalitas hanya mengharapkan ridhaNya.

    Taqwa secara etimologi berasal dari kata ta, qaf, waw dan ya’. Pertama adalah Ta’ yang berasal dari kalimat tawadhu’, tawadhu’ adalah rendah diri dan tidak sombong, karena sesungguhnya kesombongan akan dengan mudah menghancurkan diri kita.

    Kedua, adalah Qaf, yang berasal dari kalimat qona’ah, qonaah adalah menerima atas apa yang telah diberikan dan dianugrahkan oleh Allah swt.,

    Ketiga, adalah Waw, yang berasal dari kalimat wara’, wara’ adalah meninggalkan hal-hal yang subhat, meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat dan meninggalkan sesuatu yang berlebihan.

    Keempat adalah Ya’, yang berasal dari kalimat yaqin, yaqin merupakan bekal yang sangat penting untuk dapat mewujudkan tawadhu’, qana’ah, wara’ dan yaqin.

    Taqwa secara terminology adalah sebagaiamna yang diungkapkan Umar bin Khattab ra.,
    “Taqwa adalah takut kepada Allah yang maha Agung, dan mengamalkan apa-apa yang diturunkan Allah swt., dan ridha terhadap apa yang dianugrahkan Allah swt., dan dan mempersiapkan diri untuk menjelang hari diamna ia meninggalkan jagad raya ini”. Semoga kita senantiasa mampu menggapai ketaqwaan di bulan ramadhan ini sebagai bonus dari selama setu bulan penuh menjalani ujian melawan hawa nafsu, yang merupakan jihad terbesar dalam kehidupan, semoga keberkahan senantiasa menyertai kita, amin