Category: Opini

  • Khutbah Jum’at: Peringatan Hari Santri Nasional (HSN)

    Khutbah Jum’at: Peringatan Hari Santri Nasional (HSN)

    Oleh : Ust. Abdul Aziz, SH., S.Pd.I., M.Pd.I.
    Sekretaris Umum MUI Kota Bandar Lampung

    اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَركَاَتُهُ

    بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

    اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيْدًا

    اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَرَسُوْلَ ولاَنَبِيَ بَعْدَهُ

    اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَ سُنَّتَهُ وَجَمَاعَتَهُ مِنْ يَوْمِ السَّبِيْقِيْنَ الْاَوَّلِيْنَ اِلَى يَوْمِ النَّهْضَةِ وَالدَّيْنِ اَمَّابَعْدَهُ

    فَيَا عِبَادَ اللَّهِ ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ، وَقَالَ تَعَالَى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

    يا معاشر المسلمين وزمرة المؤمنين رحمكم الله

    Puja dan puji syukur kahadlirat Allah SWT. berkat, taufiq, hidayah dan rahmatNYA pada kesempatan yang mulya dan bahagia ini kita semua bisa melaksanakan ibadah shalat jum’at secara berjama’ah tanpa halangan satu apapun, shalatullah wa salamuhu semoga tetap tercurahkan keharibaannya yang suci nan ma’shum junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW berikut para keluarga, sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in, ulama waratsatul ambiya’ hingga kekita semua, mudah mudahan kita semua senantiasa diakui ummat baginda kita Rasulillah Muhammad SAW dan mendapatkan syafa’atnya di yaumil akhir kelak. Allahumma Amien

    Melalui mimbar khutbah jum’at ini perkenankan kami mengajak seluruh jama’ah shalat jum’at, agar senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Yaitu dengan melaksanakan apa yang diperintahkanNYA dan menjauhi apa yang dilarangNYA, dengan  keikhlasan dan kesabaran.

    يا معاشر المسلمين وزمرة المؤمنين رحمكم الله

    Pemerintah Republik Indonesia melalui Bapak Presiden Joko Widodo menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional (HSN), ditetapkan di Masjid Istiqlal Jakarta pada tanggal 22 Oktober 2015, dimaksudkan untuk terus mengingat dan meneladani semangat juang para santri dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, ghiroh perjuangan keluarga besar santri dan ummat Islam pada umumnya yang termotivasi oleh fatwa jihad fisabilillah dan resolusi jihad fi sabilillah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang dimotori langsung oleh Rois Akbar Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Abdul Wahab Chasbullah pada rentang 21 – 22 Oktober 1945.

    Dasarnya jelas dalam Al qur’an, bahwa kita bangsa Indonesia harus memerangi bangsa yang memerangi kita, kolonialisme Portugis, Belanda dan Inggris bukan hanya memerangi bangsa Indonesia namun juga merampas kedaulatan dan kemerdekaan bangsa nusantara serta merampok semua sumber daya alam yang ada,

    وَقَٰتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ ٱلَّذِينَ يُقَٰتِلُونَكُمۡ وَلَا تَعۡتَدُوٓاْۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُعۡتَدِينَ ١٩٠

    Artinya :

    Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (QS. Al baqarah : 190)

    Fatwa jihad fi sabilillah disampaikan kepada warga nahdliyin dan umat Islam secara keseluruhan, sedangkan resolusi jihad fi sabilillah disampaikan kepada Pemerintah Republik Indonesia yang saat itu baru berumur dua bulan semenjak diproklamasikan. Fatwa dan resolusi jihad fi sabilillah lahir karena dilatar belakangi oleh kabar kuat kedatangan pasukan sekutu yang dipimpin oleh Inggris sebagai pemenang perang dunia ke II dan diboncengi oleh tentara NICA Belanda, yang berencana untuk menjajah kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Bunyi fatwa dan resolusi jihad fisabilllah adalah sebagai berikur :

    Berperang menolak dan melawan penjajah itu fardlu ‘ain yang harus dikerjakan oleh tiap – tiap orang Islam, laki – laki, perempuan, anak – anak, bersenjata atau tidak, bagi yang berada dalam jarak lingkaran 94 km dari tempat masuk dan kedudukan musuh, bagi orang – orang yang berada diluar jarak lingkaran tadi, kewajiban itu jadi fardlu kifayah (yang cukup, kalau dikerjakan sebagian saja).

    ٱنفِرُواْ خِفَافٗا وَثِقَالٗا وَجَٰهِدُواْ بِأَمۡوَٰلِكُمۡ وَأَنفُسِكُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ٤١

    Artinya :

    Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui (QS. At taubah : 41)

     

    Fatwa dan resolusi jihad fi sabilillah ini terus merambat, bergema dan menggurita hingga keseluruh pelosok nusantara, dari mulut kemulut, langgar kelanggar, surau kesurau, masjid kemasjid, pengajian kepengajian, majelis kemajelis, dari pasar kepasar, dari terminal keterminal, termasuk dimuat pada berbagai surat kabar, pada rentang 22 – 27 Oktober 1945, fatwa dan resolusi jihad fi sabilillah ditambah dengan kredo yang sangat patriotik dari Kiai Hasyim, ‘Hubbul wathan mina al-iman’ (mencintai Tanah Air adalah sebagian dari iman) pada akhirnya mengguncang nusantara yang resonansinya hingga kepelbagai penjuru dunia, inilah yang melatar belakangi pecahnya Perang Rakyat Semesta di Surabaya mulai tanggal 27 Oktober 1945 hingga mencapai puncaknya pada 10 November 1945 yang kemudian kita kenal sebagai Hari Pahlawan Nasional.

    يا معاشر المسلمين وزمرة المؤمنين رحمكم الله

    Setidaknya ada lima alasan dalam penetapan Hari Santri Nasional

    Pertama, sebagai pemaknaan sejarah Indonesia yang genuine dan authentic yang tidak terpisahkan dari episteme (Pemahaman yang utuh / pengetahuan yang ilmiah) sebagai sebuah bangsa, artinya 10 November 1945 tidak akan pernah terjadi kalau tidak ada fatwa dan resolusi jihad fi sabilillah pada 21 – 22 Oktober 1945,

    Kedua, hubungan Islam dan negara pada prinsipnya sudah selesai, dinamika selanjutnya sifatnya memperkuat dan meneguhkan kembali tidak untuk menawar habis, Indonesia sebagai negara bangsa dapat menjadi role model negara negara di dunia,

    Ketiga, mencintai tanah air sebagian dari iman, persatuan umat Islam dalam bingkai nasionalisme Indonesia berlandaskan ruh keimanan, sehingga merebut dan mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan NKRI adalah perintah agama,

    Keempat, memberikan proporsi yang adil dan bijaksana terhadap peran santri dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara selaras dengan perannya dalam sejarah kemerdekaan bangsa dan negara,

    Kelima, menjaga,  merawat, mempertahakan dan menumbuhkembangkan religiusitas Indonesia yang demokratis menjadi sangat urgen dan signifikan di tengah kontestasi pengaruh ideologi agama global yang cendrung ekstrim radikal.

    يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَٱبۡتَغُوٓاْ إِلَيۡهِ ٱلۡوَسِيلَةَ وَجَٰهِدُواْ فِي سَبِيلِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ

    Artinya :

    Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan (QS. Al maidah : 35)

     بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللَّهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

    KHOTBAH

    JUM’AT KEDUA

    حَمْدًا وَشُكْرًا لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ ونَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ سُرُوْرُ اَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلاَمُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

    أَشْهَدُ أَنْ لَآإِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ رَسُوْلَ وَلاَ نَبِيَ بَعْدَهُ ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللَّهِ اِبْنِ عَبْدِ اللَّهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَلَىهُ.

     أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللَّهِ اِتَّقُوْااللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

    إِنَّ اللَّهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلَى سَيَّدِناَ اِبْرَهِيْمِ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ اِبْرَهِيْمِ وَباَرِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ كَماَ باَرَكْتَ عَلَى سَيَّدِناَ اِبْرَهِيْمِ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ اِبْرَهِيْمِ فِي الْعَالَمِينَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيدٌ

     

    اَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ،  بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

    يَااللَّهُ يَارَحْمَنُ يَارَحِيْمُ  يَاذَاالْجَلَالِ وَالْاِكْرَامِ  اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ فِي الْاَوَّلِيْنَ وَاْلَاخِرِيْنَ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُولِ اللَّهِ اَجْمَعِيْنَ

    اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ عَلَى نِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلاَمِ وَالْاِحْسَانِ  يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الْمُلْكُ وَلَكَ الشُّكْرُ يَامَعْبُودُ حَمْدًا الشَّاكِرِينَ حَمْدًا النَّاعِمِينَ حَمْدًا اليُّوَافيِ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ  يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَنِكَ

    رَبِّ اَوْزِعْنَا اَنْ نَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي اَنْعَمْتَ عَلَيْنَا وَعَلىَ وَالِدِنَا وَاَنْ نَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَاَدْخِلْنَا بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ

    اَللَّهُمَّ اَنْتَ رَبُّنَا لَااِلَهَ اِلَّا اَنْتَ خَلَقْتَنَا وَنَحْنُ عَبْدُكَ وَنَحْنُ عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَااسْتَطَعْنَا وَنَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّمَا صَنَعْنَا وَنَبُؤُلَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيْنَا وَنَبُؤُلَكَ بِذَنْبِنَا فَاغْفِرْلَنَا فَاِنَّهُ لاَيَغْفِرُ الذُّنُوبَ اِلاَّ اَنْتَ

    اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اِنَّهُ قَرِيْبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَجَاتِ ، اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَاْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالطَّعُونَ وَالْفَخْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالزَّلاَزِلَ وَالشَّدَائِدَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ ، رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ بِفَضْلِ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلاَمٌ عَلىَ الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعاَلَمِيْنَ

    عِبَادَاللَّهِ ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ  فَاذْكُرُوا اللَّهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ  ثُمَّ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

    Untuk mendapatkan teks silahkan Klik Link berikut, semoga bermanfaat:

    Khutbah Jum’at, Hari Santri Nasional (HSN)

    Link Youtube : https://www.youtube.com/watch?v=U2_f7l4hSSk&t=5s

    Dukung Perjuangan Dakwah MUI Lampung dengan Like, Commet, Share and Subscribe 🛎 Youtube MUI Lampung

     

  • Opini: Santri Merupakan Laboratorium Perdamaian

    Santri Merupakan Laboratorium Perdamaian
    Dr. H. A. Khumaidi Ja’far, S.Ag., M.H.
    Wakil Dekan I Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan
    Dan Pengurus MUI Provinsi lampung

     Hari ini merupakan hari santri nasional, di mana santri adalah seseorang yang menekuni pendidikan agama Islam, atau dengan kata lain santri bisa diartikan sebagai pribadi-pribadi yang menggeluti ilmu-ilmu agama Islam. Dengan demikian berarti kita merupakan bagian dari keluarga santri, sebab kita juga bagian pribadi-pribadi yang mendalami ilmu-ilmu agama Isslam.

    Santri merupakan duta perdamaian yang senantiasa menebarkan kebaikan, santri merupakan garda persatuan yang senantiasa menjaga keutuhan,  santri merupakan kunci kesuksesan yang senantiasa menghargai perbedaan, dan santri juga merupakan penyokong bagi kemerdekaan bangsa Indonesia. Untuk itu tidaklah berlebihan apabila presiden Jokowi menetapkan hari santri sebagai hari nasional, hal ini  sebagaimana berdasarkan keputusan presiden No. 22 Tahun 2015 yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober bertepatan dengan tercetusnya resolusi jihad.

    Mengapa Presiden Jokowi menetapkan hari santri sebagai hari nasional? Hal ini karena sebagai wujud penghargaan pemerintah terhadap perjuangan santri dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.

    Lantas apa yang bisa kita lakukan dalam menyambut dan mengisi hari santri nasional? Tentunya dengan senantiasa meneladani akan sifat-sifatnya, yakni sebagaimana yang terhimpun dalam kata SANTRI: Pertama, Saatirun ‘Ani Al-‘Uyuub. Yaitu penutup dari kesalahan/aib. Ini artinya bahwa sebagai bagian dari keluarga santri kita harus mampu menutupi kesalahan/aib orang lain, bukan sebaliknya malah membuka-buka kesalahan/aib orang lain, apalagi mencari-cari kesalahan/aib orang lain. Ingat sabda Rasulullah SAW bahwa salah satu yang dapat merusak bahkan menghancurkan perbuatan seseorang adalah orang yang sibuk mencari aib/kesalahan orang lain. Untuk itu jangan pernah menyalahkan orang lain, membuka aib orang lain, apalagi mencari-cari kesalahan/aib orang lain, karena yang demikian itu bukan saja dapat merusak kebaikan seseorang, tetapi juga dapat merusak ukhullah islamiyah di antara kita. Kedua, Naaibun ‘Anil Ulama. Yaitu pengganti para ulama, ini artinya bahwa sebagai bagian dari keluarga santri kita harus senantiasa mencontoh para ulama, mengikuti jejak mereka, serta menjaga dan meneruskan perjuangan mereka, yakni dengan senantiasa menggelorakan amar nahi munkar, mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran. Ingat bahwa Al-Ulama Warasatul Anbiya’ , Ulama itu merupakan warisan para nabi. Dalam Firman Allah juga dijelaskan bahwa dan hendaklah ada segolongan di anatara kalian umat yang mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah kepda yang munkar. Ini artinya bahwa kita mempunyai kewajiban untuk senantiasa mengajak kepada yang baik dan mencegah dari yang munkar. Ketiga, Taaibun ‘Anil Dzunuub, yaitu bertaubat dari dosa/kesalahan. Ini artinya bahwa sebagai bagian dari keluarga santri, kita harus pandai bertaubat manakala melakukan suatu kesalahan/dosa. Jangan pernah kita menganggap bahwa diri kita yang paling benar, paling sempurna dan  tidak pernah merasa berbuat salah/dosa, tetapi kita harus sadar bahwa manusia itu tidak akan pernah luput dari kesalahan dan dosa, hal ini sebagaimana hadis Rasulullah SAW: “Al-Insaanu Mahaal al-Khotho’ Wa al-Nisyaan”, yang artinya manusia itu tempat salah dan lupa. Maka ketika kita melakukan suatu kesalahan/dosa, segera mungkin kita bertaubat/memohon ampun. Ingat Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imron Ayat 135 yang intinya apabila kalian melakukan suatu keburukan/dosa, maka ingatlah Allah dan beristighfarlah/memohon ampunlah kepada Allah, demikian juga apabila melakukan kesalahan/dosa terhadap sesama manusia, maka segeralah meminta maaf. Keempat,    Raahibun ‘Anil al-Naas. Yaitu berbuat baik terhadap sesama manusia, ini artinya bahwa sebagai bagian dari keluarga santri, kita harus senantiasa berbuat baik terhadap sesama manusia, bahkan kita harus berusaha untuk selalu bermanfaat untuk orang lain. Ingat sabda Rasulullah SAW yang berbunyi: “Khoirunnaas Anfa’ahum Linnaas“ Sebaik-baik di antara kalian (manusia) adalah yang bermanfaat untuk orang (manusia) lain. Dengan demikian jelas bahwa kita harus selalu berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik untuk orang lain, jangan sebaliknya menjadi beban orang lain, apalagi menjadi musuh orang lain.

    Mudah-mudahan kita betul-betul menjadi santri yang sejati yang akan senantiasa menjaga dan menutupi kesalahan orang lain, mencontoh dan meneruskan perjuangan para ulama, memaafkan kesalahan orang lain dan memberikan sesuatu yang terbaik untuk orang lain. Sehingga kedamaian dan kebahagiaan dapat terwujud. Wallahu alam Bishawab.

     

  • Resensi Buku: Melawan Lupa, Jangan Lupakan Pergerakan Buruh

    Resensi Buku: Melawan Lupa, Jangan Lupakan Pergerakan Buruh
    Oleh
    Akhmad Syarief Kurniawan

    Konfederasi Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (SARBUMUSI) adalah salah satu organisasi Badan Otonom (Banom) Nahdlatul Ulama dibentuk berdasarkan kepentingan perjuangan Nahdlatul Ulama yang berkaitan dengan bidang perburuhan.

    SARBUMUSI adalah sarana untuk berhimpunan, merumuskan dan memperjuangkan aspirasi dan hak-hak kaum buruh disegala level kebijakan perburuhan.

    Buku yang ditulis Eka Fitri Rohmawati dan kawan-kawan ini menguraikan 7 BAB besar, yaitu;

    BAB I menjelaskan Sejarah Gerakan Buruh di Indonesia, hal.1

    Sejarah mencatat, bahwa gerakan kaum bauruh memberikan warna dalam percaturan politik dunia, dan pemerintahan suatu negara. Gerakan buruh di Indonesia yang direpresentasikan oleh kehadiran sarikat buruh-sarikat buruh merupakan salah satu garda terdepan dalam perjuangan kaum nasionalis (1908-1942). Gerakan buruh di Indonesia menjadi bibit yang tumbuh dan berkembang seiring dengan berhembusnya angin nasionalisme di bumi Indonesia, dan menjadi satu kekuatan besar melawan kapitalisme dan imperialisme penjajahan.

    Sarikat buruh pada masa pergerakan Nasional dan masa pendudukan Jepang (1908-1942) diawali adanya Vereeniging Voor Spoor en Tramwegpersoneel (VTSP, serikat buruh trem dan kereta api) adalah serikat buruh tertua di Hindia Belanda. VSTP didirikan pada tahun 1908 di Semarang sebagai organisasi bagi kalangan buruh Eropa yang bekerja di Nedeerlandsch – Indische Spoorweg (NIS).

    Pada rentan waktu 1945-1955, terjadilah peristiwa periode Sarikat Buruh pada masa revolusi fisik dan pasca revolusi. Hal ini ditandai lahirnya beberapa karakter sarikat buruh, afiliasi partai politik, sekaligus warna ideologinya, antara lain; pertama, Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) berafiliasi kepada Partai Komunis Indonesia. Kedua, Gabungan Serikat Buruh Islam Indonesia (GASBIINDO) berafiliasi kepada Partai Masyumi. Ketiga, Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (SARBUMUSI) berafiliasi kepada Partai Nahdlatul Ulama, dan keempat, Kesatuan Buruh Marhaen (KBM) berafiliasi kepada Partai Nasional Indonesia, hal.8.

    BAB II menguraikan Kelahiran dan perkembangan SARBUMUSI di Masa Orde Lama (Orla), hal. 17.

    Kelahiran SARBUMUSI dipabrik Gula Tulangan, Sidoarjo, Jawa Timur pada tanggal 27 September 1955 telah menjadi titik awal bagi kaum buruh Nahdliyyin untuk memperjuangkan nasibnya sekaligus ikut menentukan sejarah gerakan buruh dimasa depan. Menjelang Pemilihan Umum 1955, NU yang telah memisahkan diri dari Masyumi melalui Muktamarnya di Palembang pada tahun 1952 telah memutuskan untuk membentuk suatu sarikat buruh pada Muktamar NU tahun 1954 di Surabaya.

    Lahirnya SARBUMUSI menunjukkan adanya apresiasi dari kalangan Nahdliyyin terhadap nasib kaum buruh. Kalangan Nahdliyyin yang biasa menggunakan kitab-kitab klasik Islam sebagai acuan menjawab permasalahan sosial, dalam konteks perburuhan juga menggunakan argumentasi normatif keagamaan untuk menunjukkan apresiasinya terhadap permasalahan perburuhan.

    BAB III memaparkan Kiprah SARBUMUSI pada masa Orde Baru (Orba), hal. 33.

    Berpindahnya kekuasaan dari rezim demokrasi terpimpin kepada rezim orde baru pada awalnya telah menumbuhkan harapan bagi dimulainya sebuah masa transisi menuju atmosfer demokrasi. Namun perjalanan sejarah telah membuktikan bahwa harapan itu musnah. Rezim orde baru yang didominasi oleh militer yang bersekutu dengan modal asing, pengusaha chinesse overseas, modal besar pribumi dan kalangan teknokrat pada hakikatnya adalah merupakan sebuah rezim otoriter yang secara substansial setali tiga uang dengan rezim demokrasi terpimpin.

    SARBUMUSI sebagai satu-satunya sarikat buruh yang mampu bersuara vokal menentang kebijakan perburuhan orde baru akhirnya harus tunduk pada kehendak “sepatu lars” orde baru. Melemahnya posisi tawar SARBUMUSI agaknya disebabkan kekalahan NU pada Pemilu 1971. Sebelum Pemilu 1971, SARBUMUSI mampu mengkritik kebijakan perburuhan orde baru dengan tegas, karena NU merupakan garda terdepan kekuatan masyarakat dalam membersihkan sisa-sisa PKI, hal. 55.

    BAB IV menerangkan Kiprah SARBUMUSI Pasca Reformasi 1998 dan Deklarasi Kebangkitan Kembali, hal. 57.

    SARBUMUSI mulai bangkit kembali pada masa Reformasi tahun 1998, setelah pemerintahan Presiden BJ Habibie melaui Keputusan Presiden No 83 tahun 1998 meratifikasi konvensi ILO No 87 tentang kebebasan berserikat dan perlindungan hak berorganisasi yang kemudian di implementasikan dalam UU No 21/ 2000 tentang sarikat pekerja/sarikat buruh.

    Tokoh-tokoh SARBUMUSI seluruh Indonesia mendesak kepada fungsionaris SARBUMUSI tingkat nasional, khususnya Bapak H. Sutanto Martoprasono yang secara yuridis formal masih sebagai Ketua Umum (1969) guna memfasilitasi forum silaturahmi Nasional pada 26 Juni 1998 di Jakarta. Forum ini menghasilkan keputusan menunjuk Bapak H. Sutanto Martoprasono sebagai Ketua tim deklarator kebangkitan dan berfungsinya kembali SARBUMUSI dan melengkapi kepengurusan DPP SARBUMUSI.

    BAB V menjelaskan Re-Strukturisasi SARBUMUSI, perubahan Federasi ke Konfederasi SARBUMUSI, hal 61.

    SARBUMUSI merupakan sebuah organisasi profesional yang beretika dan bertujuan meningkatkan taraf hidup, perlindungan dan kesejahteraan kaum buruh serta keluarganya, guna mewujudkan martabat kehidupan manusia yang layak, damai, adil dan sejahtera lahir dan batin serta di ridhoi Allah SWT.

    Kekuatan SARBUMUSI tidak hanya terletak pada histori organisasi, sebagai organisasi tertua yang dilahirkan pada 27 September 1955 dan merupakan Badan Otonom Nahdlatul Ulama, tetapi profesionalisme dari anggotanya yang secara rutin berkesinambungan melakukan penguatan dan pengalaman kerja yang sangat bermanfaat bagi dunia perburuhan di Indonesia.

    Melalui Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas) pada tanggal 24 – 25 Mei 2014 yang bertempat di Wisma Balai Besar Pembangunan dan Perluasan Kerja Kementrans RI, Lembang, Jawa Barat, Federasi SARBUMUSI berubah menjadi Konfederasi SARBUMUSI dengan mengambil seluruh potensi-potensi pekerja-pekerja NU yang tersebar di seluruh Indonesia, hal. 62.

    BAB VI memaparkan Peranan SARBUMUSI di Kancah Internasional, hal. 69.

    SARBUMUSI cukup berkiprah dalam kancah dunia internasional. Ini terbukti dari banyaknya dokumen yang membeberkan berbagai kegiatan perburuhan internasional yang pernah diikuti SARBUMUSI sejak awal mulai berdirinya hingga menjelang meleburnya dengan FBSI. Beberapa dokumen yang termuuat dalam Berkala SARBUMUSI pada tahun 1960-an antara lain menyatakan bahwa dalam Kongres Akbar II di Jakarta pada bulan Maret 1965 telah diputuskan bahwa hubungan SARBUMUSI dengan luar negeri adalah menjalankan politik partai NU yang pararel dengan politik pemerintah Republik Indonesia yaitu bebas aktif bersahabat dengan semua bangsa di dunia atas dasar hormat menghormati.

    Tidak hanya sekedar menghadiri undangan berbagai kegiatan perburuhan di kancah internasional, SARBUMUSI juga cukup vokal mensuarakan berbagai persoalan perburuhan, hal.71.

    BAB VII menguraikan SARBUMUSI ditengah kendala dan tantangan, serta harapan kedepan, hal. 75.

    Kehadiran sebuah sarikat buruh, dalam hal ini SARBUMUSI dilingkungan Nahdlatul Ulama sangat diperlukan. Oleh karena itu, NU harus memberikan perhatian yang memadai terhadap penguatan struktur SARBUMUSI dengan cara melakukan sosialisasi kepada PWNU dan PCNU didaerah-daerah terutama yang banyak aktiivitas industrinya.

    Menurut H. Tosari Widjaya salah satu aktivis SARBUMUSI pada tahun 1960-an, pelatihan membangun manajemen dikalangan basis sangat penting dilakukan, selain itu pendidikan membaca neraca perusahaan untuk mengetahui berapa besar omset perusahaan, berapa biaya produksi, berapa besar jumlah cadangan yang tersedia, berapa besar keuntungan yang dimiliki, lalu untuk menentukan berapa besar kenaikan upah yang bisa dituntut atau diajukan buruh harus diberikan kepada buruh, untuk membekali wawasan dan keilmuan buruh ketika menuntut hak pada perusahaan.

    Sebagai salah satu sumber referensi literasi, para buruh, para aktivis, para akademisi atau para peneliti, para sosiolog, pemerhati perburuhan hendaknya membaca buku ini. Dinamika apa yang terjadi lebih dalam sehingga SARBUMUSI bangkit kembali pada tahun 1998, dan agenda besar apa yang hendak dilakukan agar terus berkiprah untuk NU dan Indonesia ? silahkan membaca dan temukan jawabannya dalam buku ini. Hidup buruh, pekerja sejahtera Indonesia maju. Tabik.

    IDENTITAS BUKU :

    Judul : Sejarah Gerakan SARBUMUSI Spirit Membangkitkan Kejayaan
    Kembali
    Penulis : Eka Fitri Rohmawati, dkk
    Penerbit : DPP Konfederasi SARBUMUSI, Jakarta
    Terbit : Juli, 2015
    Tebal : x + 128 Halaman
    Nomor ISBN : 978-6027-293007
    Peresensi : Akhmad Syarief Kurniawan,
    Wakil Ketua PC GP Ansor Lampung Tengah

  • KHUTBAH JUM’AT: Refleksi Tahun Baru Islam

    KHUTBAH JUM’AT
    Refleksi Tahun Baru Islam
    Oleh : Ustaz. Abdul Aziz, SH., S.Pd.I., M.Pd.I.
    Sekretaris Umum MUI Kota Bandar Lampung

    اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَركَاَتُهُ

    بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

    اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيْدًا

    اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَرَسُوْلَ ولاَنَبِيَ بَعْدَهُ

    اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَ سُنَّتَهُ وَجَمَاعَتَهُ مِنْ يَوْمِ السَّبِيْقِيْنَ الْاَوَّلِيْنَ اِلَى يَوْمِ النَّهْضَةِ وَالدَّيْنِ اَمَّابَعْدَهُ

    فَيَا عِبَادَ اللَّهِ ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ، وَقَالَ تَعَالَى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

    يا معاشر المسلمين وزمرة المؤمنين رحمكم الله

    Puja dan puji syukur kahadlirat Allah SWT. berkat, taufiq, hidayah dan rahmatNYA pada kesempatan yang mulya dan bahagia ini kita semua bisa melaksanakan ibadah shalat jum’at secara berjama’ah tanpa halangan satu apapun, shalatullah wa salamuhu semoga tetap tercurahkan keharibaannya yang suci nan ma’shum junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW berikut para keluarga, sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in, ulama waratsatul ambiya’ hingga kekita semua, mudah mudahan kita semua senantiasa diakui ummat baginda kita Rasulillah Muhammad SAW dan mendapatkan syafa’atnya di yaumil akhir kelak. Allahumma Amien

    Melalui mimbar khutbah jum’at ini perkenankan kami mengajak seluruh jama’ah shalat jum’at, agar senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Yaitu dengan melaksanakan apa yang diperintahkanNYA dan menjauhi apa yang dilarangNYA, dengan  keikhlasan dan kesabaran.

    يا معاشر المسلمين وزمرة المؤمنين رحمكم الله

    Adalah Abu Musa Al Asy’ari, salah satu gubernur pada zaman Khalifah Umar Bin Khattab, menulis surat yang isinya menanyakan kepada khalifah, kenapa dalam surat – surat khalifah tidak ada tahunnya, hanya ada tanggal dan bulan, hal ini akan membingungkan administrasi pemerintahan dan akan berdampak pada kebijakan pemerintah dikemudian hari, Amirul Mukminin kemudian mengumpulkan sahabat utamanya, Utsman Bin Affan, Ali Bin Abi Thalib, Abdurrahman Bin Auf, Sa’ad Bin Abi Waqas, Zubair Bin Awwam, dan Tholhah Bin Ubaidillah.

    Al Hafidz Ibn Hajar Al Asqalani dalam karyanya Fathul Bari menjelaskan, ada empat pendapat yang berkembang agar dapat dijadikan sebagai awal penanggalan Islam. Pertama, berdasarkan waktu kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kedua, berdasarkan waktu diutusnya Nabi Muhammad SAW. Ketiga, berdasarkan waktu hijrahnya Nabi, Keempat, berdasarkan waktu wafatnya Nabi Muhammad SAW. Akhirnya disepakatilah usulan brilian Ali Bin Abi Thalib, kalender Islam dimulai pada 1 Hijriyah, dengan mengambil momentum hijrahnya Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya dari Mekah ke Yatsrib/Madinah. Penetapan kalender hijriyah ini enam tahun setelah Rasulullah Muhammad SAW. Wafat, tepatnya pada tahun 638 M. atau 17 H. adapun muharram dipilih sebagai awal bulan hijriyah disamping karena satu diantara bulan – bulan yang mulia (Asyhurul Hurum), juga merupakan masa selesainya umat Islam dari menunaikan hajinya.

    يا معاشر المسلمين وزمرة المؤمنين رحمكم الله

    Banyak ibroh yang bisa diambil dari penetapan kalender hijriyah ini, memperingati datangnya tahun baru hijriyah adalah dalam rangka mengambil pelajaran yang berharga dari peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya;

    1. Hijrah itu adalah perpindahan dari tempat dan keadaan yang kurang mendukung syi’ar Islam menuju ketempat dan keadaan yang lebih mendukung syi’ar Islam,
    2. Hijrah itu adalah perjuangan untuk menegakkan agama Allah SWT. karenanya memerlukan kesabaran dan pengorbanan,
    3. Hijrah itu untuk menyatukan ummat Islam dalam persaudaraan seiman dan seakidah, membangun bangsa dan negara yang beradab serta menjadi rahmat bagi semuanya,
    4. Hijrah itu mendatangkan rahmat dan keberkahan dari Allah SWT,
    5. Hijrah itu adalah suri tauladan (role model) dari Nabi Muhammad SAW. dan para sahabat – sahabatnya yang mulia untuk kita semua sebagai ummatnya, dalam beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

    وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ ٩٦

    Artinya :

    Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (QS. Al A’raf : 96)

     بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللَّهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

    KHOTBAH

    JUM’AT KEDUA

    حَمْدًا وَشُكْرًا لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ ونَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ سُرُوْرُ اَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلاَمُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

    أَشْهَدُ أَنْ لَآإِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ رَسُوْلَ وَلاَ نَبِيَ بَعْدَهُ ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللَّهِ اِبْنِ عَبْدِ اللَّهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَلَىهُ.

     أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللَّهِ اِتَّقُوْااللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

    إِنَّ اللَّهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلَى سَيَّدِناَ اِبْرَهِيْمِ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ اِبْرَهِيْمِ وَباَرِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ كَماَ باَرَكْتَ عَلَى سَيَّدِناَ اِبْرَهِيْمِ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ اِبْرَهِيْمِ فِي الْعَالَمِينَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيدٌ

     

    اَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ،  بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

    يَااللَّهُ يَارَحْمَنُ يَارَحِيْمُ  يَاذَاالْجَلَالِ وَالْاِكْرَامِ  اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ فِي الْاَوَّلِيْنَ وَاْلَاخِرِيْنَ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُولِ اللَّهِ اَجْمَعِيْنَ

    اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ عَلَى نِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلاَمِ وَالْاِحْسَانِ  يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الْمُلْكُ وَلَكَ الشُّكْرُ يَامَعْبُودُ حَمْدًا الشَّاكِرِينَ حَمْدًا النَّاعِمِينَ حَمْدًا اليُّوَافيِ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ  يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَنِكَ

    رَبِّ اَوْزِعْنَا اَنْ نَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي اَنْعَمْتَ عَلَيْنَا وَعَلىَ وَالِدِنَا وَاَنْ نَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَاَدْخِلْنَا بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ

    اَللَّهُمَّ اَنْتَ رَبُّنَا لَااِلَهَ اِلَّا اَنْتَ خَلَقْتَنَا وَنَحْنُ عَبْدُكَ وَنَحْنُ عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَااسْتَطَعْنَا وَنَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّمَا صَنَعْنَا وَنَبُؤُلَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيْنَا وَنَبُؤُلَكَ بِذَنْبِنَا فَاغْفِرْلَنَا فَاِنَّهُ لاَيَغْفِرُ الذُّنُوبَ اِلاَّ اَنْتَ

    اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اِنَّهُ قَرِيْبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَجَاتِ ، اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَاْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالطَّعُونَ وَالْفَخْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالزَّلاَزِلَ وَالشَّدَائِدَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ ، رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ بِفَضْلِ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلاَمٌ عَلىَ الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعاَلَمِيْنَ

    عِبَادَاللَّهِ ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ  فَاذْكُرُوا اللَّهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ  ثُمَّ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

    Untuk mendapatkan teks silahkan Klik Link berikut, semoga bermanfaat:

    Khotbah Jum’at, Tahun Baru Islam

    Link Youtube : https://www.youtube.com/watch?v=PdoFJnZUXr0

    Dukung Perjuangan Dakwah MUI Lampung dengan Like, Commet, Share and Subscribe 🛎 Youtube MUI Lampung

  • Khutbah Jum’at : 3 Amal yang Tak Putus

    3 Amal yang Tak Putus
    Oleh : Ust. Abdul Aziz, SH., S.Pd.I., M.Pd.I.
    Sekretaris Umum MUI Kota Bandar Lampung

    اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَركَاَتُهُ

    بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

    اَلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ

    اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَرَسُوْلَ ولاَنَبِيَ بَعْدَهُ

    اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَ سُنَّتَهُ وَجَمَاعَتَهُ مِنْ يَوْمِ السَّبِيْقِيْنَ الْاَوَّلِيْنَ اِلَى يَوْمِ النَّهْضَةِ وَالدَّيْنِ اَمَّابَعْدَهُ

     فَيَا عِبَادَ اللَّهِ ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ، وَقَالَ تَعَالَى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

    يا معاشر المسلمين وزمرة المؤمنين رحمكم الله

    Puja dan puji syukur kahadlirat Allah SWT. berkat, taufiq, hidayah dan rahmatNYA pada kesempatan yang mulya dan bahagia ini kita semua bisa melaksanakan ibadah shalat jum’at secara berjama’ah tanpa halangan satu apapun, shalatullah wa salamuhu semoga tetap tercurahkan keharibaannya yang suci nan ma’shum junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW berikut para keluarga, sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in, ulama waratsatul ambiya’ hingga kekita semua, mudah mudahan kita semua senantiasa diakui ummat baginda kita Rasulillah Muhammad SAW dan mendapatkan syafa’atnya di yaumil akhir kelak. Allahumma Amien

    Melalui mimbar khutbah jum’at ini perkenankan kami mengajak seluruh jama’ah shalat jum’at, agar senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Yaitu dengan melaksanakan apa yang diperintahkanNYA dan menjauhi apa yang dilarangNYA, dengan  keikhlasan dan kesabaran.

    يا معاشر المسلمين وزمرة المؤمنين رحمكم الله

    Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA. Rasulullah Muhammad SAW. bersabda:

    إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

    Artinya :

    Ketika seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang berdo’a baginya. (HR. Muslim)

    Ketika anak adam telah meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya, dengan pengertian bahwa yang bersangkutan tidak bisa lagi memperoleh pahala yang diusahakannya sendiri, hadis ini memberikan motivasi dalam dua hal. Pertama, bagi kita semua yang masih hidup agar dapat memanfaatkan waktu hidup ini dengan semaksimal mungkin untuk senantiasa beribadah kepada Allah SWT. Kedua, rajin mendo’akan orang tua, guru, keluarga, kerabat dan saudara seiman kita yang telah terlebih dahulu meninggal dunia.

    يا معاشر المسلمين وزمرة المؤمنين رحمكم الله

    Ada 3 (tiga) amal yang pahalanya akan terus mengalir meskipun kita sudah meninggal dunia. Pertama, shadaqah jariyah, pahalanya akan terus mengalir sepanjang manfaat dari shadaqah jariyahnya terus berlangsung meskipun orang yang bershadaqah sudah meninggal dunia. Contoh, seseorang ketika di masa hidupnya telah berwakaf atau berinfaq terhadap sebuah bangunan masjid, mushalla, pondok pesantren dll. Baik berupa materi, tenaga maupun pemikiran, baik keseluruhan atau sebagian saja, selama bangunan itu masih digunakan untuk kegiatan ibadah, maka selama itu pula pahala akan terus mengalir kepada yang berwakaf atau yang berinfaq meski telah meninggal dunia.

    Kedua, ilmu yang bermanfaat, ilmu yang dapat membimbing dirinya sendiri dan orang lain menuju kepada kebaikan dalam rangka mendapatkan ridlo Allah SWT. Juga ilmu yang dapat memecahkan persoalan pribadinya, keluarganya, masyarakat dan lingkungannya dalam rangka menjalankan amanah sebagai pemimpin dimuka bumi. Nabi Muhammad SAW bersabda :

    كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

    Artinya:

    Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya (HR. Bukhari)

    Ketiga, anak shalih yang mendoakan orang tua, guru, keluarga, dan saudara seimannya yang sudah meninggal dunia agar senantiasa mendapatkan ampunan dan pertolongan dari Allah SWT.

    اَللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدِنَا وارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صَغِيْرًا

    Artinya :

    Yaa Allah Ya Tuhan kami ampunilah kami dan kedua orang tua kami dan kasih sayangilah kedua orang tua kami sebagaimana mereka mengasuh kami di waktu kecil.

    رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيْمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

    Artinya :

    Ya Tuhan kami, berilah ampunan kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman, Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.

     بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللَّهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

    KHOTBAH

    JUM’AT KEDUA

    حَمْدًا وَشُكْرًا لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ ونَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ سُرُوْرُ اَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلاَمُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

    أَشْهَدُ أَنْ لَآإِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ رَسُوْلَ وَلاَ نَبِيَ بَعْدَهُ ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللَّهِ اِبْنِ عَبْدِ اللَّهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَلَىهُ.

     أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللَّهِ اِتَّقُوْااللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

    إِنَّ اللَّهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلَى سَيَّدِناَ اِبْرَهِيْمِ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ اِبْرَهِيْمِ وَباَرِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ كَماَ باَرَكْتَ عَلَى سَيَّدِناَ اِبْرَهِيْمِ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ اِبْرَهِيْمِ فِي الْعَالَمِينَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيدٌ

     

    اَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ،  بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

    يَااللَّهُ يَارَحْمَنُ يَارَحِيْمُ  يَاذَاالْجَلَالِ وَالْاِكْرَامِ  اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ فِي الْاَوَّلِيْنَ وَاْلَاخِرِيْنَ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُولِ اللَّهِ اَجْمَعِيْنَ

    اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ عَلَى نِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلاَمِ وَالْاِحْسَانِ  يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الْمُلْكُ وَلَكَ الشُّكْرُ يَامَعْبُودُ حَمْدًا الشَّاكِرِينَ حَمْدًا النَّاعِمِينَ حَمْدًا اليُّوَافيِ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ  يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَنِكَ

    رَبِّ اَوْزِعْنَا اَنْ نَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي اَنْعَمْتَ عَلَيْنَا وَعَلىَ وَالِدِنَا وَاَنْ نَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَاَدْخِلْنَا بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ

    اَللَّهُمَّ اَنْتَ رَبُّنَا لَااِلَهَ اِلَّا اَنْتَ خَلَقْتَنَا وَنَحْنُ عَبْدُكَ وَنَحْنُ عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَااسْتَطَعْنَا وَنَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّمَا صَنَعْنَا وَنَبُؤُلَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيْنَا وَنَبُؤُلَكَ بِذَنْبِنَا فَاغْفِرْلَنَا فَاِنَّهُ لاَيَغْفِرُ الذُّنُوبَ اِلاَّ اَنْتَ

    اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اِنَّهُ قَرِيْبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَجَاتِ ، اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَاْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالطَّعُونَ وَالْفَخْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالزَّلاَزِلَ وَالشَّدَائِدَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ ، رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ بِفَضْلِ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلاَمٌ عَلىَ الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعاَلَمِيْنَ

    عِبَادَاللَّهِ ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ  فَاذْكُرُوا اللَّهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ  ثُمَّ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

    Untuk mendapatkan teks silahkan Klik Link berikut, semoga bermanfaat:

    Khutbah Jum’at 3 Amalan yang Tidak Terputus

    Link Youtube : https://www.youtube.com/watch?v=d7x8E8UiyzI&list=PLJ_YZi2j28gAWuzyCRvPQ1o4DtCq6EG1r&index=21&t=255s

    Dukung Perjuangan Dakwah MUI Lampung dengan Like, Commet, Share and Subscribe 🛎 Youtube MUI Lampung

  • Opini: Hakekat Tahun Baru Hijriah

    Hakekat Tahun Baru Hijriah
    Dr. H. A. Khumaidi Ja’far, S.Ag., M.H
    Wakil Dekan 1 Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan
    Pengurus MUI Lampung

    Tidak terasa tahun 1441 H akan meninggalkan kita, dan sebentar lagi tahun baru Islam 1442 H akan hadir di tengah-tengah kita. Apa yang sudah kita lakukan, apa yang dapat kita berikan, serta apa yang akan kita lakukan dan berikan? Untuk menjawab hal itu, tentuntanya kita harus senantiasa berinterospeksi  diri  (bermuhasabah), yaitu menghitung-hitung akan kebaikan dan dosa-dosa yang telah kita lakukan selama ini. Apakah kebaikan-kebaikan yang sudah banyak kita lakukan ? ataukah kesalahan/dosa-dosa yang justru telah banyak kita lakukan selama ini. Mengenai hal ini, Umar bin Khattab sebagai pencetus tahun Hijriah sebagai tahun baru Islam telah menjelaskan bahwa untuk mengenang masa lalu dan menyambut tahun baru, ada dua hal yang harus diperhatikan; Pertama, lupakan semua kebaikan yang pernah kita lakukan, sebab dengan melupakan kebaikan-kebaikan yang pernah kita lakukan akan membuat kita menjadi manusia yang tidak sombong dan selalu rendah hati. Kedua, Ingat selalu akan dosa-dosa atau kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan, sebab dengan mengingat dosa atau kesalahan yang pernah kita lakukan pada masa yang lalu, tentunya akan menjadi motivasi bagi kita untuk selalu memperbaiki diri ke depan. Oleh karena itu berdasarkan dua hal  sebagaimana dipesankan Umar bin Khattab tersebut kiranya menjadi motivasi positif bagi kita untuk senantiasa memperbaiki diri demi masa depan yang lebih baik.

    Selanjutnya mengenai hal itu, Rasulullah SAW menjelaskan dalam hadis bahwa tanda-tanda kecelakaan itu ada empat perkara: Pertama, melupakan dosa-dosa yang  pernah dilakukan pada masa  yang lalu, padahal dosa-dosa itu masih tetap tersimpan di sisi Allah Swt. Kedua, mengingat-ingat kebaikan yang pernah dilakukan pada masa yang lalu, padahal belum tentu kebaikan yang dilakukan itu dapat diterima oleh Allah Swt, boleh jadi akan ditolak oleh Allah Swt. Ketiga, memandang seseorang yang lebih tinggi dalam urusan dunia, padahal dunia hanyalah permainan belaka yang sifatnya sementara. Keempat, memandang seseorang yang lebih rendah dalam urusan agama, padahal agama merupakan bekal akhirat yang paling utama.

    Dengan demikian jelas bahwa hakekat tahun baru hijriah adalah bagaimana kita mampu melakukan suatu perubahan yang lebih baik. Untuk itu pada masa yang akan datang (1442 H), setiap orang harus mengalami perubahan yang lebih baik, baik dalam urusan dunia maupun urusan akhirat. Ingat…. Amal (perbuatan) seseorang itu dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: Pertama, amal seseorang yang apabila tahun ini lebih jelek dari tahun yang lalu, maka ia digolongkan sebagai orang yang celaka, Kedua, amal seseorang yang apabila tahun ini sama dengan tahun yang lalu, maka ia digolongkan sebagai orang yang merugi, Ketiga, amal seseorang yang apabila tahun depan lebih baik dari tahun ini dan tahun yang lalu, maka ia digolongkan sebagai orang yang beruntung. Wallahu a’lam bishawaaf.                              

     

     

  • Khutbah: “Ibroh dan Makna Kemerdekaan Edisi” 17 Agustus 2020

    Ibroh dan Makna Kemerdekaan
    Oleh : Ust. Abdul Aziz, SH., S.Pd.I., M.Pd.I.
    Sekretaris Umum MUI Kota Bandar Lampung
    Wakil Ketua PCNU Kota Bandar Lampung

    اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَركَاَتُهُ

    بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

    اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيْدًا

    اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَرَسُوْلَ ولاَنَبِيَ بَعْدَهُ

    اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَ سُنَّتَهُ وَجَمَاعَتَهُ مِنْ يَوْمِ السَّبِيْقِيْنَ الْاَوَّلِيْنَ اِلَى يَوْمِ النَّهْضَةِ وَالدَّيْنِ اَمَّابَعْدَهُ

     فَيَا عِبَادَ اللَّهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ وَأَحَثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

    يا معاشر المسلمين وزمرة المؤمنين رحمكم الله

    Marilah kita senantiasa memanjatkan puja dan puji syukur kahadlirat Allah SWT. Karena berkah, taufiq, hidayah dan rahmatNYA pada kesempatan yang mulya dan bahagia ini kita semua bisa melaksanakan ibadah shalat jum’at secara berjama’ah tanpa halangan satu apapun, shalatullah wa salamuhu semoga tetap tercurahkan keharibaannya yang suci nan ma’shum junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW berikut para keluarga, sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in, ulama waratsatul ambiya’ hingga kekita semua, mudah mudahan kita semua senantiasa diakui ummat baginda kita Rasulillah Muhammad SAW dan mendapatkan syafa’atnya di yaumil akhir kelak. Allahumma Amien

    Melalui mimbar khutbah jum’at ini perkenankan kami mengajak seluruh jama’ah shalat jum’at, marilah kita semua senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Yaitu dengan melaksanakan apa yang diperintahkanNYA dan menjauhi apa yang dilarangNYA, dengan segenap jiwa raga, keikhlasan dan kesabaran kita semua.

    يا معاشر المسلمين وزمرة المؤمنين رحمكم الله

    75 yang lalu kita Bangsa Indonesia dengan ikhtiar dan do’a semua anak bangsa ditaqdirkan oleh Allah SWT berhasil meraih kemerdekaan dan menjadi Bangsa dan Negara yang berdaulat yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebuah bangsa yang mendiami kepulauan nusantara yang indah – menawan dengan iklim tropis dan tanah yang subur serta hamparan sumber daya alam yang melimpah ruah, sehingga wajar sekali Syekh Al Azhar Kairo Mesir Mahmud Syaltut dalam kunjungannya ke Indonesia pada tahun 1960-an mengatakan “Indonesia qith’atun minal jannah wudli’at ala wajhil ardli” Inodesia adalah sepotong/potongan syurga yang diletakkan diatas permukaan bumi, semua ini bisa terjadi karena Atas Berkat Rahmat Allah yang Maha Kuasa sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alenia ketiga.

    Kemerdekaan Bangsa Indonesia bukanlah hadiah dari siapapun apalagi para penjajah, kemerdekaan bisa kita raih karena anugerah dan rahmat dari Allah SWT berkat perjuangan, pengorbanan dan do’a para pejuang bangsa, para syuhada’, dan para founding fathers Indonesia, kita yang lahir, tumbuh dan besar di alam kemerdekaan ini harus terus menjaga, merawat dan mengisinya sebagai wujud syukur atas nikmat kemerdekaan tersebut, Allah SWT berfirman;

    وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ ٧

    Artinya :

    Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim : 7)

    Rumah besar Bangsa Indonesia adalah anugerah Allah SWT sekaligus amanah para pendiri bangsa, kita semua wajib hukumnya menolak semua anasir – anasir yang terus berupaya merongrong kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia apapun alasannya. Janganlah kita terjebak merayakan kemerdekaan sebagai ritual tahunan belaka tanpa makna, terjebak kedalam bentuk – bentuk perayaan yang kehilangan substansi, berbagai ritual perayaan kemerdekaan seperti, upacara bendera, pawai, karnaval, jalan sehat, panjat pinang, aneka lomba, pentas seni, budaya, ragam acara, even diberbagai media  dan seterusnya memang perlu namun bukan yang utama.

    Tujuan Negara Republik Indonesia tertuang secara jelas dalam Pembukaan UUD 1945 pada alenia keempat, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,  perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa tujuan Negara Republik Indonesia adalah perlindungan, kesejahteraan, pencerdasan, dan pedamaian.

    يا معاشر المسلمين وزمرة المؤمنين رحمكم الله

    Konsep Hubbul Wathon Minal Iman, mencintai tanah air sebagian dari iman, adalah gagasan brilian seorang ulama pendiri bangsa KH. Wahab Chasbullah yang digali dari khazanah ke-Islaman untuk menjaga dan merawat rumah besar Indonesia.

     بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللَّهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

    KHOTBAH

    JUM’AT KEDUA

    حَمْدًا وَشُكْرًا لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ ونَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ سُرُوْرُ اَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلاَمُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

    أَشْهَدُ أَنْ لَآإِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ رَسُوْلَ وَلاَ نَبِيَ بَعْدَهُ ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللَّهِ اِبْنِ عَبْدِ اللَّهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَلَىهُ.

     أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللَّهِ اِتَّقُوْااللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

    إِنَّ اللَّهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلَى سَيَّدِناَ اِبْرَهِيْمِ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ اِبْرَهِيْمِ وَباَرِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ كَماَ باَرَكْتَ عَلَى سَيَّدِناَ اِبْرَهِيْمِ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ اِبْرَهِيْمِ فِي الْعَالَمِينَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيدٌ

     

    اَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ،  بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

    يَااللَّهُ يَارَحْمَنُ يَارَحِيْمُ  يَاذَاالْجَلَالِ وَالْاِكْرَامِ  اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ فِي الْاَوَّلِيْنَ وَاْلَاخِرِيْنَ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُولِ اللَّهِ اَجْمَعِيْنَ

    اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ عَلَى نِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلاَمِ وَالْاِحْسَانِ  يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الْمُلْكُ وَلَكَ الشُّكْرُ يَامَعْبُودُ حَمْدًا الشَّاكِرِينَ حَمْدًا النَّاعِمِينَ حَمْدًا اليُّوَافيِ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ  يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَنِكَ

    رَبِّ اَوْزِعْنَا اَنْ نَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي اَنْعَمْتَ عَلَيْنَا وَعَلىَ وَالِدِنَا وَاَنْ نَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَاَدْخِلْنَا بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ

    اَللَّهُمَّ اَنْتَ رَبُّنَا لَااِلَهَ اِلَّا اَنْتَ خَلَقْتَنَا وَنَحْنُ عَبْدُكَ وَنَحْنُ عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَااسْتَطَعْنَا وَنَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّمَا صَنَعْنَا وَنَبُؤُلَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيْنَا وَنَبُؤُلَكَ بِذَنْبِنَا فَاغْفِرْلَنَا فَاِنَّهُ لاَيَغْفِرُ الذُّنُوبَ اِلاَّ اَنْتَ

    اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اِنَّهُ قَرِيْبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَجَاتِ ، اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَاْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالطَّعُونَ وَالْفَخْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالزَّلاَزِلَ وَالشَّدَائِدَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ ، رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ بِفَضْلِ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلاَمٌ عَلىَ الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعاَلَمِيْنَ

    عِبَادَاللَّهِ ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ  فَاذْكُرُوا اللَّهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ  ثُمَّ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

    Untuk mendapatkan teks silahkan Klik Link berikut, semoga bermanfaat:

    Khotbah, Ibroh dan Makna Kemerdekaan

    Link Youtube : https://www.youtube.com/watch?v=1xiC3at2vUc

    Dukung Perjuangan Dakwah MUI Lampung dengan Like, Commet, Share and Subscribe 🛎 Youtube MUI Lampung

  • Khutbah Jum’at: Sejarah Wakaf Produktif

     

    Sejarah Wakaf Produktif
    Oleh : Ust. Abdul Aziz, SH., S.Pd.I., M.Pd.I.
    Sekretaris Umum MUI Kota Bandar Lampung

    اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَركَاَتُهُ

    بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

    اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَّعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

    اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَرَسُوْلَ ولاَنَبِيَ بَعْدَهُ

    اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَ سُنَّتَهُ وَجَمَاعَتَهُ مِنْ يَوْمِ السَّبِيْقِيْنَ الْاَوَّلِيْنَ اِلَى يَوْمِ النَّهْضَةِ وَالدَّيْنِ اَمَّابَعْدَهُ

     فَيَا عِبَادَ اللَّهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ وَأَحَثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

    يا معاشر المسلمين وزمرة المؤمنين رحمكم الله

    Marilah senantiasa kita panjatkan puja dan puji syukur kahadlirat Allah SWT. Karena berkah, taufiq, hidayah dan ma’unahNYA pada kesempatan yang mulya dan bahagia ini kita semua bisa melaksanakan ibadah shalat jum’at secara berjama’ah tanpa halangan satu apapun, shalatullah wa salamuhu semoga tetap tercurahkan keharibaannya yang suci nan ma’shum junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW berikut para keluarga, sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in, ulama waratsatul ambiya’ hingga kekita semua, mudah mudahan kita semua mendapatkan syafa’at di yaumil akhir kelak. Allahumma Amien .

    Salah satu wujud syukur kita kepada Allah SWT. Marilah kita semua senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Yaitu dengan melaksanakan apa yang diperintahkanNYA dan menjauhi apa yang dilarangNYA, dengan segenap jiwa raga, keikhlasan dan kesabaran.

    يا معاشر المسلمين وزمرة المؤمنين رحمكم الله

    Pada awal awal ummat Islam hijrah bersama Rasulullah Muhammad SAW dari Mekah ke Yatsrib yang kelak dikemudian hari dirubah menjadi Al Madinah Al Nabawiyah atau Madinatunnabi, ummat Islam mengalami musin kering yang cukup panjang (paceklik), salah satu dampaknya adalah kesulitan airbersih, Saat itu, hanya ada beberapa sumur di Madinah yang mengandung debit air, diantaranya adalah milik seorang yahudi yang terkenal kikir dan menjual air sumurnya diatas harga pasar (mahal sekali). Ummat Islam pun mengadu kepada Rasulullah SAW tentang kondisi tersebut, Rusulullah Muhammad SAW kemudian memanggil para sahabat utamanya dan memaklumkan harapannya. Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian bersabda, “Wahai Sahabatku, siapa saja di antara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat maka akan mendapat surga-Nya Allah Ta’ala.” (HR Muslim).

    Ustman bin Affan ra. adalah salah satu sahabat Nabi yang penuh kasih saying, lemah lembut, cerdas, kaya dan juga dermawan, banyak menyumbangkan hartanya untuk perjuangan Islam, contoh pada Perang Tabuk pasukan Islam melawan pasukan Romawi, Ustman bin Affan menyumbangkan 300 ekor unta dan 1000 dinar keeping emas untuk biaya perang, pun ketika mendengar berita ummat Islam kesulitan air bersih dan harapan besar Rasulullah SAW terhadap sumur seorang yahudi tersebut, Sayyidina Utsman bin Affan ra. Segera bergegas menemui dan bernegosisasi dengan seorang yahudi pemilik sumur itu, awalnya si yahudi menolak mentah mentah tawaran Utsman bin Affan karena berpotensi menghilangkan pendapatannya dari penjualan air sumur tersebut, Setelah terjadi diskusi yang panjang dan alot, akhirnya pihak yahudi bersedia menjual sumurnya dengan harga 12.000 dirham, namun hanya separuh saja yang dijual kepada Utsman bin Affan, artinya separuhnya masih hak milik si yahudi, dengan pengaturan kepemilikan sumur secara bergantian, sehari miliki Utsman bin Affan hari berikutnya milik si yahudi, dan begitu seterusnya.

    Sayyidina Utsman bin Affan melaporkan kepada Rasulullah Muhammad SAW dan mengumumkan kepada ummat Islam, agar mengambil air pada saat kepemilikan ditangan beliau dan cukup persediaan untuk dua hari, karena hari berikutnya milik si yahudi, baru pada hari yang ketiga ummat Islam mengambil air lagi dari sumur tersebut, begitu seterusnya, kondisi seperti ini berjalan beberapa saat saja, karena begitu sumur berada dibawah kepemilikan si yahudi tidak ada seorangpun ummat Islam yang datang untuk membeli air, akhirnya si yahudi menawarkan kepada Utsman bin Affan untuk membeli secara penuh, setelah negosisasi disepakatilah harga 8.000 dirham untuk membeli separuh kepemilikan si yahudi. Dengan demikian, sumur sudah dimiliki Utsman bin Affan secara penuh, sumur ini lantas diwakafkan sehingga umat Islam bebas mengambil air kapan pun mereka butuh, sumur tersebut dikenal dengan nama sumur Raumah.

    Pada perkembangannya sumur raumah terus berkembang dengan sangat produktif, lokasi disekitar sumur berubah menjadi kebun kurma yang subur dengan irigasi dari sumur raumah, hasilnya lima puluh persen ditasharrufkan kepada fakir, miskin, anak yatim dll. Sedangkan lima puluh persennya lagi terus diinvestasikan ke sektor sektor bisnis produktif, tercatat rekening tertua di Arab Saudi atas nama Utsman bin Affan yang berupa rekening penampungan hasil investasi harta benda wakaf yang sudah sudah berusia 14 abad lebih, hari ini sudah ada masjid, hotel bintang lima atas nama wakaf Utsman bin Affan serta sektor bisnis lainnya, hasil nya lima puluh persen ditasharrufkan kepada fakir, miskin, anak yatim dll. Sedangkan lima puluh persennya lagi terus diinvestasikan ke sektor sektor bisnis produktif, demikian seterusnya.

    يا معاشر المسلمين وزمرة المؤمنين رحمكم الله

    Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an

    مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنۢبُلَةٖ مِّاْئَةُ حَبَّةٖۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٢٦١

    Artinya :

    Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (QS Al Baqarah : 261)

     بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللَّهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

    KHOTBAH

    JUM’AT KEDUA

    حَمْدًا وَشُكْرًا لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ ونَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ سُرُوْرُ اَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلاَمُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

    أَشْهَدُ أَنْ لَآإِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ رَسُوْلَ وَلاَ نَبِيَ بَعْدَهُ ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللَّهِ اِبْنِ عَبْدِ اللَّهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَلَىهُ.

     أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللَّهِ اِتَّقُوْااللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

    إِنَّ اللَّهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلَى سَيَّدِناَ اِبْرَهِيْمِ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ اِبْرَهِيْمِ وَباَرِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ كَماَ باَرَكْتَ عَلَى سَيَّدِناَ اِبْرَهِيْمِ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ اِبْرَهِيْمِ فِي الْعَالَمِينَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيدٌ

     

    اَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ،  بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

    يَااللَّهُ يَارَحْمَنُ يَارَحِيْمُ  يَاذَاالْجَلَالِ وَالْاِكْرَامِ  اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ فِي الْاَوَّلِيْنَ وَاْلَاخِرِيْنَ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُولِ اللَّهِ اَجْمَعِيْنَ

    اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ عَلَى نِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلاَمِ وَالْاِحْسَانِ  يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الْمُلْكُ وَلَكَ الشُّكْرُ يَامَعْبُودُ حَمْدًا الشَّاكِرِينَ حَمْدًا النَّاعِمِينَ حَمْدًا اليُّوَافيِ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ  يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَنِكَ

    رَبِّ اَوْزِعْنَا اَنْ نَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي اَنْعَمْتَ عَلَيْنَا وَعَلىَ وَالِدِنَا وَاَنْ نَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَاَدْخِلْنَا بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ

    اَللَّهُمَّ اَنْتَ رَبُّنَا لَااِلَهَ اِلَّا اَنْتَ خَلَقْتَنَا وَنَحْنُ عَبْدُكَ وَنَحْنُ عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَااسْتَطَعْنَا وَنَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّمَا صَنَعْنَا وَنَبُؤُلَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيْنَا وَنَبُؤُلَكَ بِذَنْبِنَا فَاغْفِرْلَنَا فَاِنَّهُ لاَيَغْفِرُ الذُّنُوبَ اِلاَّ اَنْتَ

    اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اِنَّهُ قَرِيْبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَجَاتِ ، اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَاْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالطَّعُونَ وَالْفَخْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالزَّلاَزِلَ وَالشَّدَائِدَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ ، رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ بِفَضْلِ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلاَمٌ عَلىَ الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعاَلَمِيْنَ

    عِبَادَاللَّهِ ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ  فَاذْكُرُوا اللَّهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
    وَاللَّهُ الْمُوَافِقُ اِلَى اَقْوَامِ الطَّرِيْقِ ، ثُمَّ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

    Untuk mendapatkan teks silahkan Klik Link berikut, semoga bermanfaat:

    Khotbah, Sejarah Wakaf Produktif 

    Link Youtube : https://www.youtube.com/watch?v=-AfjwQw5ebc&list=UU6DKAC4qwQepSrf88iGYy5g&index=34

    Dukung Perjuangan Dakwah MUI Lampung dengan Like, Commet, Share and Subscribe 🛎 Youtube MUI Lampung

  • Opini: Qurban dan Nilai Kemanusiaan

    Qurban dan Nilai Kemanusiaan

    Ustaz. Ichwan Adji Wibowo, S.Pt., MM

    Ketua PCNU Kota Bandar Lampung dan Camat Telukbetung Selatan

    Seperti dimahfumi kaum beragama, sejatinya Qurban sebagai ibadah adalah ritual yang secara simbolik  membawa pesan, makna sekaligus memiliki tujuan dalam dua dimensi, persis seperti ibadah mahdoh yang lain.

    Ia tidak saja hendak membimbing pelakunya untuk taqarub (mendekatkan diri) kepada Allah, dengan sejumlah instrumen ekspresi penghambaan seperti keikhlasan, ketaatan, kepasrahan, ketabahan, dan pada saat yang sama, ibadah Qurban juga secara simbolik membawa pesan dimensi sosial seperti mengembangkan kepedulian dan kepekaan sosial, membimbing simpati dan empati kemanusia, dst..

    Sebagai ibadah tentu qurban juga diatur dan terdapat seperangkat ketentuan rukun syaratnya, dalam hal ini secara syareat fiqh menyediakan pedoman pelaksanaannya.

    Sebagai ritual ibadah ia telah berlangsung lama berabad abad, sejak mula disyareatkan Qurban tidak saja dipahami sebagai ibadah yang waktu pelaksanaanya ajeg saban tahun, lebih dari itu ritual Qurban juga secara simbolik telah menjadi bagian laku budaya menjadi tradisi perayaan umat manusia, terlebih di jagat nusantara.

    Umat Islam Indonesia dengan tipologi utamanya yang dicirikan dengan sifat komunalnya, tentu juga turut mewarnai pelaksanaan ibadah Qurban. Sebagai ibadah individual Qurban dalam pelaksanaannya selalu membutuhkan keterlibatan banyak orang, maka tidak heran jika di Indonesia ritual Qurban telah menjadi ritual kolektif, menjadi jauh lebih semarak, Qurban sudah menjadi tradisi yang tidak saja dilaksanakan oleh pengurus masjid, mushola tapi juga menjadi kegiatan organisasi, jamiyyah, yayasan, institusi, perkantoran, komunitas, lembaga sosial dan sebagainya.

    Khasanah perayaan Qurban tidak saja telah menjelma menjadi laku sosial, tetapi juga nyata membawa dampak ekonomi bagi masyarakat, misalnya momentum Qurban menjadi panen raya bagi para peternak baik peternak skala usaha bisnis maupun skala usaha tradisional,  disana juga ada rezeki para jagal (juru sembelih), penjual daging di lapak.lapak pasar, penjual sarana pelaksanaan Qurban bahkan penjual arang dan tusuk sate, Perputaran uang bergerak cepat di level bawah.

    Sebagai ibadah yang telah berlangsung lama, ritual perayaam Qurban sebagai laku sosial umat, harus bersedia untuk terus menerus dikoreksi, diperbaiki, ditingkatkan kualitasnya, setidaknya agar esensi utamanya sebagai pembawa pesan keagamaan tidak tercerabut spriritualitasnya.

    Pelaksanaan Qurban hendaknya harus dimaknai secara kokektif untuk memunculkan banyak karakter ibrahim dan ismail baru di masyarakat, di tengah dinamika zaman yang terus berubah.

    Qurban juga secara individual oleh para pelakunya harus dijadikan sebagai wasilah atau jalan untuk menempuh perjalanan ruhaniyah, menuju mabuk kepayang menikmati hakekat cinta kepada Robbul izzati, cinta tak bersyarat, laksana totalitas ketaatan ibrahim dan kepasrahan ismail.

    Hari raya Qurban juga harus didorong sebagai serupa momentum teaterikal upaya bersama sama menjadi laku kolosal secara simbolik membunuh watak kebinatangan, sifat tamak, sombong, rakus dst.

    Upaya membumikan spiritualitas Qurban seharusnya tidak saja diorientasikan bagi pengurban, tapi juga bagi sesiapapun yang turut terlibat dalam kegiatan Qurban termasuk para panitia Qurban di banyak tempat itu.

    Sebelum mengakhiri tulisan ini saya hendak menyampaikan keprihatinan saya yang sudah sejak lama terlibat dalam urusan kegiatan Qurban baik sebagai ASN yang bertugas di bidang peternakan, maupun sebagai penggiat kegiatan kemasjidan dan aktifis jamiyyah.

    Saya mengamati antusiasme berQurban pagi para agnia sangat besar khususnya pada masyarakat kota, tapi pada saat yang sama terdapat paradok dalam hal ritual Qurban sebagai upaya membangun kesalehan sosial dan menguji serta mengasah kepekaan sosial umat beragama.

    Misalnya kegiatan penyembelihan hewan Qurban di komplek-komplek elit, di perumahan menengah ke atas Qurban begitu berlimpah ruah, terdapat situasi yang njomplang di perkampungan pinggiran kota, di perkampungan padat penduduk, di kampung kawasan pesisir, dst..

    Situasi seperti ini tidak menjadi soal jika diimbangi dengan upaya distribusi daging yang lebih merata, lebih berkeadilan, dan berorientasi mengutamakan si lemah.

    Lagi lagi pelakasanaan Qurban masih banyak didominasi pada laku ritual perayaan, bagi pengurban rasanya belum afdol jika tidak disebut namanya, tidak menyaksikan pemotongannya, tidak foto selfi bersama hewan Qurbannya, mungkin saja soal ini menjadi musabab keengganan orang menyerahkan hewan qurban di tempat lain yang ia tidak ketahui tempatnya

    Masih mungkin juga ada shohibul Qurban maupun panitia belum sampai pada situasi memiliki hasrat memakan daging Qurban sebatas mengejar keberkahannya, tapi ruang kulkas kita yang terbatas, dan kantong perut kita yang relatif sama belum mampu membunuh keinginan memiliki daging Qurban yang lebih banyak.

    Dan untuk Qurban kali ini saya tetiba teringat warga saya yang tinggal di gang gang sempit dan padat…

    Semoga tahun depan ada muncul Ibrahim dan Ismail baru  yang berkenan mengunjungi kaum dhuafa dan mustadhaifin yang tinggal di kampung kampung pinggiran dan kumuh, sekedar memberi kejutan kecil membagi sekerat daging.

    Wallahu A’lam Bishawab 

  • Opini: Berkurban Di Tengah Pandemi Covid 19

    Berkurban Di Tengah Pandemi Covid 19

    Dr. H. A. Khumaidi Ja’far, S.Ag., M.H.
    Dosen Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung
    Pengurus MUI Provinsi Lampung

    Perayaan hari raya idul adha tahun ini tentunya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, sebab perayaan hari raya idul adha tahun ini  berbarengan dengan mewabahnya virus corona atau covid 19 yang tak kunjung berakhir. Meskipun saat ini sudah memasuki masa new normal, tetapi kenyataannya hampir semua ruang dan gerak kita masih dibatasi, baik dalam bergaul, berkomunikasi, bersekolah, bekerja, bahkan beribadah. Sehingga kita tidak leluasa atau bebas lagi beraktivitas sebagaimana biasanya. Tetapi yakinlah bahwa semua itu merupakan ujian dari Allah SWT yang apabila kita sikapi dengan positif, niscaya akan mendatangkan kebaikan-kebaikan untuk kita semua.

    Lantas apa yang bisa kita lakukan dalam kondisi seperti ini, dan apa yang bisa kita persembahkan? Tentunya senantiasa berusaha menolong orang lain, meringankan beban orang lain dan peduli terhadap orang lain, yang dalam hal ini salah satunya bisa kita lakukan dengan berkurban.

    Hari raya idul  adha  disebut juga hari raya kurban,  karena     pada    hari   itu   seluruh   umat   Islam    melakukan   kegiatan   penyembelihan    hewan    kurban    sebagai    ibadah    kepada Allah  SWT.

    Menurut para pakar bahasa Arab, bahwa kurban berarti suatu sarana untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah. Kurban juga bisa didefinisikan sebagai penyembelihan hewan ternak yang dilaksanakan atas perintah Allah SWT pada hari raya idul adha dan hari-hari tasyriq (ayyam al-tasyriq). Dalam fiqh,  kurban dikenal dengan istilah udhhiyyah yang berarti hewan yang disembelih dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT pada hari raya idul adha sampai dengan akhir-hari tasyriq.

    Adapun hukum ibadah kurban menurut para ahli hukum Islam adalah sunah muakadah, yaitu ibadah yang sangat dianjurkan bagi orang muslim yang mampu. Ketentuan mampu di sini tidak selalu identik dengan orang kaya, artinya orang yang berkurban tidak musti harus  kaya. Dalam pandangan mazhab Syafii, apabila seseorang masih mempunyai sejumlah uang di luar kebutuhan dan biaya hidupnya pada hari raya idul adha  dan tiga hari berikutnya, yakni hari-hari tasyriq (ayyam al-tasyriq), maka baginya telah berlaku kewajiban untuk berkurban. Dan perlu diperhatikan bahwa berkurban tidak hanya cukup sekali dalam seumur hidup, tetapi selama memiliki kemampunan, maka setiap tahun kita berkewajiban untuk berkurban.

    Berkurban merupakan wujud syukur kita kepada Allah SWT atas segala kenikmatan yang telah diberikan kepada kita semua, bahkan apabila ingin menghitung nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita, tentunya kita tidak akan sanggup untuk menghitungnya, hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nahl ayat 18 yang artinya “Dan jika kalian  menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan sanggup untuk menghitungnya”.

    Ayat ini jelas bahwa kita diperintahkan untuk mensyukuri akan nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita. Salah satu wujudnya, kita diperintahkan untuk berkurban, hal ini sebagaimana  firman Allah dalam surat al-Kautsar ayat 1-2 yang artinya “Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak, maka dirikanlah sholat karena tuhanmu dan berkurbanlah”. Dengan demikian jelas bahwa sebagai wujud syukur atas nikmat yang telah diberikan, kita diperintahkan untuk mendirikan sholat sembari berkurban. Sehingga dengan kata lain dapat dipahami bahwa belum sempurna sholat seseorang sebelum ia berkurban.

    Berkurban juga sebagai bukti syiarnya agama Islam, hal ini terbukti seluruh umat Islam menyelenggarakan pemotongan hewan kurban, bahkan berkurban juga sebagai wujud kepedulian kita terhadap sesama manusia, di mana hasil pemotongannya  dibagikan kepada orang lain, khususnya fakir dan miskin.  Berkurban juga sebagai bukti ketaatan kita kepada Allah SWT, hal ini sebagaimana gambaran yang dikisahkan nabi Ibrahim dan Ismail, di mana nabi Ibrahim sampai tega mengorbankan anak kesayangannya untuk disembelih (dikorbankan) demi mewujudkan ketaatannya kepada Allah SWT. Berkurban juga bisa berfungsi sebagai  sarana untuk mengurangi akan keburukan-keburukan atau dosa-dosa kita, hal ini sebagaimana hadis Rasulullah SAW yang artinya “Ketahuilah sesungguhnya kurban-kurban yang kalian lakukan (kurbankan) akan menjadi penyelamat bagi kalian (pelaku kurban) dari keburukan dunia dan keburukan akhirat ”.

    Di sisi lain Rasulullah sangat membenci  dan mengancam orang-orang yang tidak mau berkurban, hal ini sebagaimana hadis Rasulullah SAW yang artinya“Barangsiapa yang memiliki kemampuan untuk berkurban  tetapi tidak mau berkurban, maka mati sajalah ia sebagai orang Yahudi atau orang Nasrani”. Demikian juga dalam hadis yang lain Rasulullah SAW bersabda yang artinya “ Barangsiapa yang memiliki kemampuan untuk berkurban tetapi tidak mau berkurban, maka jangan sekali-kali mendekati tempat sholat kita ”.

    Berdasarkan ayat dan hadis Rasulullah SAW tersebut, jelaslah bahwa berkurban memiliki rahasia yang sangat luar biasa, di mana di satu sisi berkurban bisa menjadi penyelamat dari keburukan dunia dan akhirat, dan di sisi lain berkurban juga bisa menjadi sarana penyempurna ibadah (sholat). Dengan demikian jelas bahwa berkurban bisa menjadi sarana sosial sekaligus menjadi sarana ibadah.

    Lebih jauh berkurban jangan hanya dipahami secara tekstual saja, tetapi juga harus dipahami secara konstekstual. Artinya berkurban tidak serta merta hanya dapat diwujudkan dalam bentuk pemotongan hewan sebagaimana yang biasa dilakukan setiap hari raya idul adha dan hari-hari tasyriq, tetapi berkurban juga bisa diwujudkan dalam bentuk-bentuk yang lain, seperti harta, tenaga, pikiran/ide, waktu, dan lain-lain.   Namun kenyataan dalam masyarakat masih banyak orang-orang yang enggan untuk berkurban, hal ini bukan saja karena mereka tidak tahu akan rahasia pentingnya berkurban, tetapi juga karena memang mereka pelit. Untuk itu perlu adanya sosialisasi yang optimal tentang kesadaran berkurban,  baik berkurban dalam bentuk hewan (yang waktunya telah ditentukan), maupun berkurban dalam bentuk-bentuk yang lain (harta,  jasa, pikiran, ide, tenaga, waktu, dan lain-lain),  sehingga tidak ada lagi orang yang pelit atau enggan untuk berkurban, yang akhirnya kepedulian antar sesama dapat diwujudkan dan dirasakan bersama.

    Selain itu ibadah kurban juga bisa sebagai ritual ketundukan sekaligus inspirator pengembangan kesalehan sosial bagi orang muslim, sehingga ibadah kurban jangan hanya menjadi kegiatan rutinitas yang sifatnya sekedar bagi-bagi daging, melainkan ibadah kurban harus dapat mengandung 3 (tiga) makna yang dalam; Pertama, ibadah kurban merupakan bentuk kesediaan manusia untuk mengorbankan harta bendanya demi menuju jalan Allah. Kedua, ibadah kurban dilakukan demi membela dan membantu kaum dhuafa’, khususnya fakir dan miskin. Ketiga, ibadah kurban dapat dijadikan spirit atau motivasi untuk menuju kehidupan yang lebih baik.

    Dengan demikian berkurban mengandung pesan substansial agar selalu termotivasi untuk membantu dan meringankan penderitaan orang lain, atau dengan kata lain berkurban berarti bagaimana kita bisa berbagi kepada sesama. Wallahua’lam Bishawaf.