Author: muilampungdigital

  • Ketum DPP LDII: Dukungan ke Palestina Jangan Pernah Lekang

    Jakarta: (17/5). Konflik di Masjidil Aqsa antara warga Palestina dan polisi Israel menyulut perang besar, antara pasukan Israel dengan pejuang Palestina. Perlawanan para pejuang tersebut mengundang simpati dan dukungan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan ormas-ormas Islam di seluruh Indonesia.

    Pada 11 Mei 2021, MUI dan seluruh ormas Islam mengeluarkan pernyataan yang mengutuk keras tindakan Israel dan meminta pemerintah Indonesia dan lembaga-lembaga internasional memberi bantuan dan mendukung perjuangan rakyat Palestina. Dalam pertemuan tersebut, DPP LDII diwakili Ketua DPP LDII Koordinator Bidang Pendidikan Keagamaan dan Dakwah (PKD), Teddy Suratmadji.

    Pertemuan tersebut menghasilkan 10 pernyataan, di antaranya MUI dan ormas-ormas Islam meminta agar negara-negara Arab bersatu melawan Israel dan menuntut penguasanya ke Mahkawah Internasional, serta memutuskan hubungan dengan negara zionis itu. Pertemuan itu juga meminta Amerika Serikat lebih konstruktif dan nyata menekan Israel.

    MUI dan ormas-ormas Islam meminta agar fraksi-fraksi dalam Palestina bersatu, dan terus mendukung perjuangan rakyat Palestina meraih kemerdekaannya dari penjajahan Zionis Israel, dengan melakukan penggalangan dana bantuan bagi rakyat Palestina, khususnya di al-Quds agar mereka tidak terusir dari negerinya sendiri.

    DPP LDII mendorong sikap MUI dan ormas-ormas Islam tersebut, “Semangat antikolonialisme dan anti pendudukan Israel di Palestina, jangan sampai lekang oleh dinamika politik dan luar negeri,” ujar Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso. Menurutnya, resolusi dari PBB untuk Israel sudah mencapai ratusan, untuk itu dukungan kepada Palestina jangan berhenti.

    “Alarm atau pengingat yang terus berbunyi mampu menggugah kesadaran. Artinya, rakyat Indonesia akan terus mendengungkan antipenjajahan dan mendukung perdamaian. Jadi Israel harus terus diingatkan dengan berbagai cara,” imbuhnya.

    Konsistensi Indonesia mendukung Palestina, menurut Chriswanto, sudah dilakukan sejak zaman Presiden Soekarno. Bahkan, sebelum kemerdekaan Indonesia, kumpulan pemuda yang tergabung dalam Jong Islamieten Bond (JIB) memiliki perhatian khusus terhadap bangsa Palestina , “Tokoh-tokoh pergerakan seperti Natsir, Kasman Singodimedjo, Samsurizal hingga KH. Agus Salim konsisten mendukung perjuangan bangsa Palestina,” imbuhnya.

    Bahkan saat mempersiapkan Konferensi Asia Afrika (KAA) sekitar 1952, Presiden Soekarno menentang keras jika Israel dilibatkan dalam konferensi yang bertemakan antikolonialisme tersebut. Keteguhan Presiden Sokerno dipertegas dalam Konferensi KAA tahun 1955, di Gedung Merdeka, Soekarno menekankan dukungan terhadap negara-negara yang belum merdeka termasuk Palestina.

    “Presiden Soeharto pun termasuk tokoh yang konsisten membantu perjuangan Palestina demikian pula para presiden pada era Reformasi. Artinya, bangsa Indonesia jangan mengubah dukungan kepada Palestina, meskipun Israel dan sekutunya dengan kekuatan ekonomi dan politik menekan Indonesia dan negara-negara lainnya. Dukungan itu jangan berubah,” imbuhnya.

    Sementara itu, Ketua DPP LDII Teddy Suratmadji mengingatkan pentingnya umat Islam di tanah air dan dunia, mengarahkan pandangannya ke Palestina, “Masalah Palestina adalah tragedi kemanusiaan. Cukup menggunakan hati nurani bahwa pendudukan dan tindakan yang dilakukan Israel harus segera dihentikan,” ujarnya. Menurut Teddy, tragedi di Masjidil Aqsa dengan korban masyarakat sipil Palestina, telah menunjukkan ketidak-pedulian Israel terhadap nyawa manusia.

    Peduli adalah salah satu ajaran Islam, terutama peduli terhadap lingkungan sekitar. Teddy mengajak umat Islam di Indonesia, untuk memperhatikan saudaranya yang sedang ditimpa musibah, “Bahkan kita mendoakan rakyat Palestina, semoga diberi kesabaran dan kekuatan saja sudah merupakan bentuk kepedulian kita,” imbuhnya.

    Menurut Teddy, seandainya saja tidak dalam suasana pandemi, LDII Insya Allah akan demo turun ke jalan untuk memberikan dukungan moral kepada Palestina, sebagaimana dilakukan LDII bersama MUI dan Ormas-ormas Islam beberapa tahun yang lalu. (Rls)

  • Opini : Tanda Diterimanya Amal Ibadah Ramadhan dan Naiknya Derajat Umat Islam

    Tanda Diterimanya Amal Ibadah Ramadhan dan Naiknya Derajat Umat Islam
    Oleh Dr. KH. Abdul Syukur, M.Ag
    (Wakil Dekan III FDIK)

    Bulan Ramadan tahun ini hampir berlalu. Para malaikat mulai begegas akan kembali ke alam samawat (langit) yang selama Ramadhan turun ke bumi. Selama di bumi, para malaikat Allah selalu mendoakan umat Islam yang tekun dan ikhlas berpuasa dan beribadah lainnya di bulan Ramadhan. Orang – orang saleh, para wali pun menangis karena para malaikat mulai begegas menuju ke langit. Ini tanda bulan Ramadhan yang penuh rahmat, maghfirah, berkah, dan berbagai bonus pahala yang Alloh sediakan bagi siapa saja yang ingin meraup pahala dan kebaikan. Adalah bagi umat Islam yang ikhlas, tekun, istiqamah melakukan amalan ibadah puasa dan ibadah lainnya, baik ivsfsj mahdhah ataupun ibadah ghairu mahdhah. Namun, bentar lagi Ramadhan telah berlalu. Semoga Allah Swt mempertemukan kita pada bulan Ramadan tahun-tahun berikutnya. Aamiin Ya Rahman.

    Bulan Ramadhan memiliki ciri-ciri utamanya adalah mengamalkan ibadah puasa seperti tertera dalam QS. Al-Baqarah:183 disebut shiyam (الصيام). Tetapi, masih banyak ibadah-ibadah lainnya di bulan Ramadan yang begitu dikenal seperti shalat tarawih, tadarus, i’tikaf, dzikir, dan qiyamul lail, atau yang disebut ibadah mahdhah. Namun ada juga ibadah sosial yang disebut ibadah ghairu mahdhah seperti memberi bukaan puasa (takjil), nasi bungkus, membagi bingkisan/THR, infaq atau sodaqoh lainnya, menjaga prokes Covid-19 untuk menjaga kesehatan dan keselamatan diri kita dan keluarga serta masyarakat, me. Nshsn diri untuk tidak mudik sebagsi ikhtiar menghindari Penilaian pandemi Covid-19, memberi senyum sekalipun untuk membshsgiasn orang lain serta membantu dan menolong denga harta dan tenaga serta nasehat atau mematuhi fatwa ulama dan edaran pemerintah tentang mudik dan shakat idul fitri, serta ibadah lainnya untuk kemanusiaan dan kebersamaan dengan niat karena Allah dan ibadah kepada-Nya.

    Bahkan ibadah lainnya seperti menjaga ukhuwah, mendatangkan maslahah, mencegah maksiat, dan menghindari fitnah, adu domba, hoaks, serta ujaran kebencian, menjaga ketertiban dan keamanan dalam suasana idul fitri dan di luar Ramadhan, menjaga NKRI, memelihara persatuan dan persaudaraan atsu ukhuwah itu juga ibadah. Jadi, apapun dan di mana pun bentuk perbuatan dan ucapan kebaikan, kalau diniati karena Allah, maka semua itu ibadah.

    Petunjuk Allah Swt, antara lain ayat-ayat terkait ibadah Ramadan tentang puasa (QS. 2: 183), Berpuasalah atas dasar Iman kepada Allah, sebab Allah hanya memanggil dan mewajibkan puasa hanya kepada orang-orang yang beriman (الذين آمنوا), Itu adalah مؤمنين والمؤمنات.

    Orang yang berpuasa dan bersemangat untuk meraih tujuan puasa yaitu meningkatnya taqwa kepada Allah Swt. untuk menaikkan derajat dari Mukmin menjadi Muttaqin, yaitu menjadi Muttaqin yang sebenarnya (متقين حقا).

    Orang yang berpuasa dan berkeinginan kuat mengharap ridha Allah Swt, harapan meningkatnya status dan derajat dari Mukminin (مؤمنين) menjadi Muttaqin (متقين) dan terus meningkat menjadi ahli kebaikan (اهل الخير) dalam QS. 2:184. Ahli kebaikan itu juga disebut Mihsinin (محسنين) yaitu orang yang berpuasa dan setelah selesai berpuasa meningkat akhlaknya (akhlakul karimah) seperti menjadi orang yang selalu pandai bersyukur kepada Allah (لعلكم تشكرون) (QS. 2: 183), dan suka memberikan petunjuk yang benar seperti nasehat, taushiyah, dan fatwa sehingga ahli kebaikan selalu mendapat petunjuk Allah, yaitu لعلهم يرشدون yang artinya “semoga mereka selalu mendapat petunjuk Allah (QS. 2: 186).

    Orang yang berpuasa juga selalu menjaga serta meningkatkan taqwa (QS. 2:187) yaitu لعلهم يتقون. Uji taqwa seseorang yang berpuasa di bulan Ramadhan, digambarkan dalam QS. 2: 187 yaitu: tidak RAFATS ialah tidak bersetubuh suami dan istri di saat puasa (sejak imsak hingga waktu berbuka). Artinya mampu mengendalikan syahwat.

    Uji taqwa orang berpuasa juga tidak tergiur makan dan minum selama saat berpuasa, mampu mengendalikan nafsu kelezatan. Selain itu, perbanyak iktikaf, berzikir, baca Al Qur’an, dan ibadah sosial untuk menepis sifat bakhil, pelit, medit, dan belajar bebagi, sadaqah, dan lainnya.

    Itulah semua di atas merupakan tanda- tanda beribadah yang diterima oleh Allah dari ibadah-ibadah yang diamalkan selama bulan Ramadan. Dalam penghujung QS.2:187 dijelaskan:
    كذالك يبين الله آياته للناس لعلهم يتقون
    “Demikian penjelasan Allah tentang tanda-tanda kebesaran-Nya kepada manusia, semoga mereka selalu bertaqwa kepadaNya.”

    Petunjuk Nabi Saw, dalam Hadis dijelaskan من صام رمضان ايمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه وما تاخر
    “Siapa yang berpuasa dilandasi iman dan ihtisab (mengikuti prosedur, memanej puasa dengan baik, mengharap rahmat, maghfirah dan berkah Allah), maka diampuni dosanya oleh Allah Swt.”

    Petunjuk ulama, berarti mengikuti fatwa ulama, ittiba’ dengan pendapat ulama, dan bukan penceramah yang provokatif, kebohongan dan ujaran kebencian. Ulama, menurut Hadits Nabi Saw, adalah pewaris para Nabi untuk memberi taushiyah, ceramah, atau berdakwah kepada umat.

    Petunjuk umara yaitu taat kepada aturan pemerintah, apalagi situasi pandemi Covid-19 yang masih mewabah di tengah masyarakat, supaya orang yang beribadah di bulan Ramadan menaati umara dan ulama.

    Dengan demikian, tanda-tanda diterimanya ibadah Ramadan bagi orang yang beribadah puasa dan ibadah lainnya untuk meningkatkan iman dak takwa serta derajat umat Islam. Tanda-tanda itu akan tampak baginya adalah di bulan Syawal. Orang atau mereka yaitu umat Islam akan mengalami peningkatan ibadah dan amal salehnya, itu indikator ibadahnya diterima Allah Swt. Indikator tersebut dengan meningkatnya iman dan taqwa yang dirasakan oleh orang yang bersangkutan.

    Kemudian, apa tanda-tanda amal ibadah Ramadan yang diterima oleh Allah Swt, dan meningkatnya derajat umat Islam ? Jawabnya dengan penjelasan sebagai berikut:

    1. Beribadah harus didasari niat karena Allah (ikhlas dan khusyuk, bukan ria);

    2. Beribadah yang bertujuan untuk meningkatkan iman dan taqwa serta akhlakul karimah (sabar dan syukur, rasyidah);

    3. Beribadah yang dapat meningkatkan kesalehan individu sekaligus kesalehan sosial;

    4. Beribadah yang dikelola dengan baik (ihtisab an) seperti hati, lisan, sikap dan perbuatan terhindar dari segala maksiat, sehingga bersih hati, jiwa dan perbuatan, yang selalu cinta dan dekat kepada Allah Swt.

    5. Beribadah yang membuat makin dekat dengan Allah, makin mencintai Allah dan Rasul-Nya, sesama kita umat Islam dan dengan umat non muslim.

    Semoga ada manfaatnya, dan mohon maaf atas kekurangan.

  • IPNU IPPNU Bumirawas Laksanakan Meet Up

    Bandar Lampung: Guna mempererat tali silaturahmi antar anggota, Pimpinan Anak Cabang Ikatan Pelajar Nadhlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nadhlatul Ulama Kecamatan Bumirawas lakukan meet up.

    Kegiatan tersebut dirangkai dengan buka puasa bersama dan pembacaan maulid shimtudurror pada, Minggu 2 Mei 2021 bertempat di TPA Baiturrahman Kelurahan Kangkung. Yang dihadiri oleh jajaran pengurus PC IPNU IPPNU Kota Bandar dan beberapa Pengurus PAC IPNU IPPNU lainnya.

    Arbain selaku Ketua PAC IPNU, kegiatan ini merupakan agenda awal Kami setelah makesta guna meningkatkan hubungan silaturahmi anggota pengurus PAC IPNU IPPNU Bumirawas.

    “Dengan kegiatan ini kami berharap dapat menjadi awal yang baik, untuk kepengurusan PAC IPNU IPPNU Kecamatan Bumirawas, meet up kali ini juga di rangkai dengan membahasan tugas pokok dan fungsi dari jajaran kepengurusan PAC IPNU IPPNU Bumirawas,”ujarnya

    Saibani Selaku Ketua PC IPNU Kota Bandar Lampung, mengapresiasi kegiatan seperti ini. walaupun di era pandemi kita semua dapat aktif melakukan kegiatan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

    “Alhamdulillah kita bersyukur dan berterima kasih kepada jajaran pengurus PAC IPNU IPPNU Bumirawas berhasil melakukan follow up untuk membentuk kepengurusan yang baik. Semoga keberkahan bulan yang suci ini dapat membawa keberkahan untuk kepengurusan PAC IPNU IPPNU Bumirawas khususnya dan kepada keluarga besar IPNU IPPNU Kota Bandar Lampung”ujarnya.

    Dia menambahkan, semoga para PAC IPNU IPPNU yang lainnya dapat melakukan apa yang dilakukan oleh IPNU IPPNU Bumirawas. Dengan melestarikan Amaliyah Nahdlatul Ulama seperti pembacaan maulid dan sholawat. Kita sebagai generasi penerus Nahdlatul Ulama wajib mengamalkan ajaran tersebut. Kalo bukan kita siapa lagi, kalo bukan kita siapa lagi. (Saibani)

  • IPNU IPPNU Teluk Betung Timur berbagi kepada masyarakat sekitar

    Bandar Lampung: PAC IPNU IPPNU Kecamatan Teluk Betung Timur turut berbagi sebuah kebahagiaan dibulan yang penuh berkah ini dengan mengadakan kegiatan bagi-bagi Takjil dan Masker Gratis ke masyarakat sekitar Masjid Asyuhada Kota Karang , sekaligus mengadakan buka puasa bersama di kediaman Ketua IPNU Teluk Betung Timur yang dihadiri perwakilan dari PC IPNU IPPNU Kota Bandar Lampung. (Sabtu, 01/05/2021)

    Acara yang dilaksanakan ini mengusung tema “ Peduli Sesama Dalam Meraih Berkah Ramadhan “. Kegiatan ini juga menjadi salah satu agenda pertama PAC IPNU IPPNU Kecamatan Teluk Betung Timur, yang berlangsung lancar hingga akhir acara.

    Kegiatan ini disetujui oleh Ketua Tanfidziah MWC NU Teluk Betung Timur, Ustadz Afif, pun dapat terlaksana berkat dukungan dari beberapa donatur mulai dari donasi uang, takjil, dan masker yang menjadikannya acara ini berlangsung dengan baik.

    Dilaksanakan disekitar jalan Masjid Asyuhada Kota Karang, dengan memberikannya kepada pengendara yang berlalu lalang. Kata Rifda selaku Ketua IPPNU Teluk Betung Timur “ Alhamdulillah, dengan wajah senyuman dari masyarakat sekitar dapat menerima pemberian takjil dan masker dari kami, setelah ini kami akan kembali ke rumah Ketua PAC IPPNU Rekan Adjie Surahman untuk melakukan buka puasa bersama.“ jelasnya.

    Diakhir acara terdapat evaluasi yang dibuka oleh Ketua PAC IPNU Teluk Betung Timur, yaitu Rekan Adjie Surahman, yang mengucapkan Terima Kasih atas kerjasama yang telah dilakukan dan ia pun mengatakan bahwa acara ini dilaksanakan bertujuan untuk menjalin silaturahmi antara warga Nahdliyyin khususnya Rekan-Rekanita IPNU IPPNU yang ada di Kecamatan Teluk Betung Timur.

    “ Alhamdullilah acara kita telah terlaksana, sekali lagi saya ucapkan terima kasih banyak atas kerjasama dari rekan dan rekanita semuanya, dengan acara bagi-bagi takjil dibulan yang penuh berkah ini dan sekaligus buka puasa bersama yaitu bertujuan untuk menjalin silaturahmi dan mempererat hubungan persaudaraan antara warga Nahdliyyin khususnya Rekan-Rekanita IPNU IPPNU yang ada di kecamatan Teluk Betung Timur.” ucap Adjie Surahman selaku Ketua IPNU Teluk Betung Timur.

    Adapun Gus Aqil perwakilan dari PC IPNU IPPNU Kota Bandar Lampung, yang berkenan hadir, Menambahkan, untuk tetap menjaga kekompakan dan saling membantu, mulai dari niat dan belajar terus untuk menjadi pejuang yang bertakwa.

    “ harus saling backup dari anggota ke ketua, maupun ketua ke anggota, semua itu berawal dari niat kita dan kemauan klo kita mau insyaAllah selalu ada jalan, saling percaya, jangan takut mencoba atau belajar, karna klo kita udh belajar kita bisa berjuang dan kalo kita sudah berjuang sudah pasti bertakwa,” jelas Gus Aqil.

    Lanjut Ketua IPNU TBT Rekan Adjie Surahman berharap kegiatan berbagi ini terus diagendakan kedepannya. Mengingat berbagi terhadap sesama merupakan salah satu dari bentuk kepedulian sosial dan ia pun berharap untuk Rekan-Rekanita IPNU IPPNU Teluk Betung Timur terus kompak.

    “Harapan saya semoga kegiatan berbagi ini terus berlanjut kedepannya, mengingat berbagi terhadap sesama merupakan salah satu dari bentuk kepedulian sosial dan juga saya berharap semoga rekan-rekanita IPNU IPPNU di Kecamatan Teluk Betung Timur semakin kompak”. Tuturnya. (Rifda/Adjie)

  • Opini: Mensunyi-Senyapkan Idul Fitri, Meramaikan Maaf

    Mensunyi-Senyapkan Idul Fitri, Meramaikan Maaf

    Miftahus Surur

    Sekretaris Umum MUI Kaupaten Lampung Barat

    Hadirnya Kesepakatan Bersama antara Gubernur, Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Lampung, Rektor UIN Raden Intan, MUI Provinsi Lampung dan para Bupati serta Walikota se Provinsi Lampung belakangan ini terasa mengejutkan banyak pihak. Bagaimana tidak, setelah terbit larangan mudik pada lebaran tahun 1442 H ini, lalu publik tersajikan oleh kesepakatan itu. Pro kontra, celoteh, cemooh, kutukan, juga dukungan meruyak membanjiri dunia maya.

    Kita mengerti dan juga maklum bahwa kesepakatan yang dibuat itu tentu saja tidak mudah. Bukan hanya karena situasi saat ini yang – seolah-olah – dianggap biasa saja, melainkan juga ini menyasar ranah tradisi keagamaan masyarakat yang sudah berjalan puluhan tahun. Masyarakat belum terbiasa, dan tampaknya sulit membayangkan bahwa 1 Syawal dilalui tanpa shalat id berjamaah di masjid atau di lapangan terbuka. Pertanyaannya; apakah Idul Fitri itu hanya absah dengan adanya shalat Id?

    Tentu saja tidak. Siapapun mengerti bahwa dalam tataran yang normatif, Shalat Id bukanlah masuk dalam kategori ibadah mahdlah, bukan ke-fardlu-an yang harus. Tetapi harus diakui selalu ada luapan keriangan di sana. Entah karena ia hanya dilaksanakan setahun sekali, atau mungkin karena ia merupakan penghilang dahaga bagi orang-orang yang sebulan penuh menjalankan puasa. Tetapi yang tampak lebih kentara adalah karena shalat Id itu dilaksanakan beriring dengan momentum lebaran; ada pertemuan keluarga, si perantau yang pulang, pakaian baru yang bertebaran, juga angpaw yang selalu dinanti. Jadi shalat Id menjadi bermakna karena ada lebaran itu, dan kita pasti sulit membayangkan seandainya shalat Id tanpa lebaran.

    Dua momentum itu – shalat Id dan lebaran – saat ini terancam tidak tersajikan, bukan hanya karena pelaksanaan shalat Id itu yang “harus” dikerjakan di rumah, juga larangan mudik membuat pertemuan si perantau dengan keluarga di kampung halaman tidak termungkinkan. Banyak yang memekik karena larangan mudik itu. Mereka yang terbiasa mudik sudah membayangkan untuk kembali membuat parade panjang tentang nostalgia. Bagi yang sukses di negeri orang, kepulangan mereka adalah sebagai pembuktian diri bahwa mereka sudah menjadi “orang” atau wis dadi wong, kata orang Jawa. Bagi mahasiswa yang lulus di kampus ternama, maka pulang berarti sebuah himbauan bahwa ia adalah mahasiswa yang mumpuni dan perlu diperhitungkan.

    Sementara bagi yang biasa-biasa saja, pulang ke kampung halaman tetap menyisakan harapan untuk sekedar berkumpul dengan keluarga dan menghela nafas sejenak dari penatnya kehidupan. Dan mungkin juga ada yang sekedar ingin menunjukkan ke orang-orang kampung bahwa dirinya telah menjadi “orang kota.” Tetapi juga disana ada yang ingin pulang untuk merajut kebahagiaan melalui penumpahan air mata saat ia njelepok sungkem di hadapan sang ayah-ibu.

    Kini, kesepakatan telah dibuat, kebijakan sudah ditebar. Maka tampaknya tidak perlu lagi hiruk dan terus-menerus menghujat, nggerundel, dan mencemooh sana-sini. Peraturan yang sudah diambil – sebagaimana kerap dinyatakan oleh para ahli dan analis kebijakan – tidak akan mampu memuaskan semua orang. Kebijakan yang ingin memutus rantai dan tali-temali penularan Covid-19 tetap harus diterima, bukan lagi dengan kebencian melainkan dengan penuh permakluman bahwa bertambahnya tubuh-tubuh yang mengalami sesak dan lunglai akibat Covid-19 akan terus berpotensi besar terjadi, yang mungkin akan menimpa orang-orang terkasih di sekitar kita.

     

    Merenungkan Kembali Makna Idul Fitri

    Dengan adanya kebijakan itu, maka hampir pasti Idul Fitri tahun ini akan sunyi senyap. Tiada lagi sajian berita arus mudik dan arus balik yang selama bertahun-tahun ingin disaksikan. Entah dimana daya tariknya, tetapi hampir setiap orang selalu menyaksikan tontonan di televisi tentang hal ihwal seputar mudik. Penonton tak hendak “ikut serta” merasakan kondisi para pemudik, bagaimana panasnya, seperti apa lelahnya, dan bagaimana pahit getirnya selama di perjalanan. Penonton televisi telah berubah sikap dimana kenyataan yang menggelisahkan itu menjelma menjadi “keasyikan-keasyikan” yang meletup-letup, sehingga dengan itu sulit untuk tidak disaksikan.

    Pada konteks ini, seyogyanya kebijakan itu tidak lagi diarahkan maknanya pada penting atau tidaknya mudik ke kampung halaman, tetapi difokuskan pada perayaan hakiki dari Idul Fitri, yaitu suatu keinginan diri untuk kembali menjadi pribadi yang kosong dari cela (fitri). Pengosongan diri dari noda dan khilaf itu hanya dapat dilakukan melalui dua hal; pertama, jika ia berkhilaf kepada Allah swt, maka cara penyuciannya melalui permohonan ampunan (istighfar). Kedua, jika ia berdosa kepada sesama, maka satu-satunya cara pembersihannya hanyalah melalui permohonan maaf.

    Lebih jauh, cara yang kedua inilah yang sejak lama dihembuskan oleh para ulama dan sesepuh kita bahwa permohonan maaf itu bukan hanya sebagai cara penghapusan noda dari khilaf, melainkan juga sebagai pengakuan bahwa “saya salah.” Dan pengakuan atas kesalahan itu akan memaklumkan seseorang bahwa dirinya adalah makhluk lemah, tak bernilai di hadapan orang yang ia sakiti, dan karena itulah ia kehilangan eksistensi. Maka permohonan maaf juga dilakukan dalam rangka mengembalikan eksistensi diri sendiri di hadapan orang lain.

    Sebegitu pentingnya permohonan maaf itu, sampai-sampai Allah swt mengabadikannya dalam Al-qur’an sebagai salah satu ciri dan sifat hamba-Nya yang bertakwa, yang dalam kalam Allah disebut dengan wal ‘aafiina ‘an al-naas (lihat QS. Ali Imran, 134). Menariknya, posisi hamba yang bertakwa itu pula yang menjadi tujuan puasa Ramadhan. Maka seolah-olah ada kesan bahwa untuk menyandang predikat takwa harus dilalui dengan dua jalan yang saling terhubung, yaitu puasa Ramadhan, dan setelah itu dibarengi dengan permohonan maaf antar sesama.

    Nah pada titik itulah, kehadiran Idul Fitri menjadi sangat penting. Ia tiadalah berarti apa-apa jika kehilangan nuansa dan suasana permohonan maaf. Dan tampaknya Allah swt telah mendesain Idul Fitri sebagai salah satu ruang yang paling tepat untuk mengurai rasa bersalah setiap orang. Meskipun benar bahwa “minta maaf” itu dapat dilakukan kapan saja, tetapi pada satu kondisi atau situasi psikologis tertentu, tidak sedikit orang yang membutuhkan saat-saat yang sangat khusus untuk mengurai kekeliruannya.

    Jika sudah demikian, maka Idul Fitri tahun ini cukup digegap gempitakan dengan beramai-ramai memohon maaf, tanpa harus hadir secara wadag di hadapan orang-orang terdekat kita. Kecanggihan teknologi dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan maaf, meskipun belum mampu menyalurkan hasrat dan rasa secara sempurna. Tetapi setidaknya kita menjadi yakin bahwa permohonan maaf itu lebih penting dari sekedar perayaan Idul Fitri atau lebaran yang tidak jarang justru mempertontonkan keangkuhan dan glamourisme melalui kompetisi sajian jajanan dan kerlap-kerlip pakaian baru.

    Idul Fitri boleh sunyi, tetapi permohonan maaf tetap harus ramai. Karena permaafan itu bukan hanya akan menggiring manusia pada predikat takwa, melainkan juga dari permaafan itulah suatu peradaban bangsa dibentuk. Bukankah peradaban Islam ini pun dibentuk, sebagian besarnya bermula dari permaafan Nabi Muhammad saw atas kekejaman kaum kafir? Tampaknya memang demikian. Wallahu a’lam bisshawab.

     

     

  • Bulan Suci Ramadhan, Keluarga Besar IPNU IPPNU Bandar Lampung Gelar Bakti Sosial ke Panti Asuhan

    Bandar Lampung: Dalam rangka mengisi Bulan Suci Ramadhan 1442 H, Keluarga Besar IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) – IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama) Kota Bandar Lampung gelar kegiatan bakti sosial di Panti Asuhan Budi Asih, Bandar Lampung. Selasa (4/5/2021).

    Arbain selaku Ketua Pelaksana, sampaikan kegiatan diikuti Puluhan anak Panti Asuhan, Pengurus Panti Budi Asih, PC IPNU IPPNU Kota Bandar Lampung, Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU IPPNU Kecamatan Panjang, PAC Kecamatan Bumi Waras, PAC Kecamatan Kedamaian, PAC Kecamatan Rajabasa, PAC Kecamatan Teluk Betung dan kecamatan lainnya.

    “Kegiatan di isi pemberian santunan, kuis untuk anak-anak panti, motivasi dan ditutup buka bersama” ungkap Arbain.

    Sementara itu, dalam kegiatan ini, melalui PC IPNU IPPNU menyerahkan hasil donasi bakti sosial berupa uang tunai Rp. 1.000.000,– dan bingkisan yang diterima langsung Pengurus Panti Asuhan Budi Asih

    “Tadi kita sudah berikan santunan hasil dari donasi, semoga bermanfaat dan jadi motivasi kita semua untuk selalu saling berbagi” jelas Tira Pitri Yantika, Ketua IPPNU Kota Bandar Lampung.

    Selain itu, Saibani Ketua IPNU Balam, harapkan semakin banyak pelajar yang turut bersama mengurus NU

    “Semoga kedepannya, banyak pelajar khususnya bandar lampung, ikut bergabung menjadi bagian IPNU IPPNU” tutupnya. (RFz)

  • Meskipun Pandemi Belum Usai, LAZISNU Lampung Tengah Saling Peduli dan Saling Berbagi

    Lampung Tengah: Masih dalam situasi musibah global Covid 19, jajaran pengurus Lembaga Amil Zakat Infak dan Shadaqah NU (LAZISNU) Kabupaten Lampung Tengah terus melakukan gerakan sosial kemanusiaan.

    “Kita maksimalkan untuk berbagi kepada masyarakat, meskipun hanya ala kadarnya. Momentum Ramadhan 1442 H yang istimewa ini mari kita saling peduli dan berbagi sebanyak-banyaknya,”

    Demikian disampaikan Ketua PC LAZISNU Kabupaten Lampung Tengah, Kiai Imam Rofi’i, di gedung PCNU Kabupaten Lampung Tengah, Jalan Proklamator Raya No 134, Seputih Jaya, Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah, Jum’at (7/5/2021) siang.

    “Dampak pandemi ini berimbas kepada semua lapisan masyarakat, kehadiran LAZISNU sangat dibutuhkan mereka, maka kita bekerjasama saling bersinergi dengan antar Pesantren, MWC NU, Lembaga NU, Badan Otonom NU, dan lain-lain yaitu dengan memaksimalkan potensi infak, shadaqah,” tambah alumni Pesantren Nurul Ulum Kotagajah, Lampung Tengah ini.

    “Kami atas pengurus LAZISNU Kabupaten Lampung Tengah mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mempercayakan Infak dan Shadaqah nya kepada LAZISNU Lampung Tengah, kita distribusikan kepada para mustahiq, yang membutuhkan, semoga bantuan ini bisa dimaksimalkan dalam rangka memutus mata rantai persebaran Covid-19, mari berbagi nikmat bersama umat dunia akhirat” tutupnya.

    Mari warga Kabupaten Lampung Tengah dan sekitarnya, donasi infaq dan shadaqahnya bisa disalurkan ke Nomor Rekening BRI 035701020769530. a/n Lazisnu Lampung Tengah. Narahubung Donasi : 0823-0695-8777.

    Atau datang langsung di Sekretariat LAZISNU Kabupaten Lampung Tengah, gedung PCNU Kabupaten Lampung Tengah, Jalan Proklamator Raya No 134 Seputih Jaya, Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah. (Akhmad Syarief Kurniawan)

  • Program Ramadhan Bahagia BAZNAS Kota Bandar Lampung Berikan Santunan  Yatim Piatu dan Kaum Dhuafa

    Bandar Lampung: BAZNAS Kota Bandar Lampung menyelenggarakan agenda “Ramadhan Bahagia” yaitu Bahagia Bersama Yatim Piatu dan Kaum Dhuafa pada bulan Ramadhan 1442 H. Agenda ini dilakukan dalam rangka memberikan santunan kepada Anak Yatim Piatu dan penyaluran paket sembako kepada Kaum Dhuafa.

    Agenda ini dilaksanakan di Central Plaza Lampung yang dihadiri oleh Ketua dan Pengurus BAZNAS Kota Bandar Lampung serta Kepala Manager Central Plaza Lampung.

    Ketua BAZNAS Kota Bandar Lampung H. A. Rahman Mustafa mengatakan bahwa agenda santunan diberikan kepada 50 Anak Yatim Piatu dan paket sembako diberikan kepada 30 orang kaum dhuafa.

    Santunan anak Yatim Piatu dan Kaum Dhuapa ini merupakan rangkaian agenda penyaluran 800 paket sembako kepada Kaum Dhuafa menjelang puasa Ramadhan yang penyerahan dilakukan secara simbolis oleh Walikota Bandar Lampung Hj. Eva Dwiana bertempat di Kantor Baznas Kota Bandar Lampung pada tanggal 12 April 2021 yang lalu.

    H. A. Rahman Mustafa mengucapkan terimakasih kepada para muzaki yang sudah membayarkan Zakat Infaq dan Shodaqoh melalui BAZNAS Kota Bandar Lampung.

    “Kami ucapkan terimakasih kepada para Muzaki yang sudah membayarkan zakat, infaq dan shodaqohnya melalui BAZNAS Kota Bandar Lampung. insyaAllah dana ZIS ini akan disalurkan kepada mustahiq yaitu orang yang berhak menerima.” jelasnya (Riski)

  • BAZNAS Kota Bandar Lampung Menyalurkan Bantuan 120 Ton Beras Kepada 24 ribu Masyarakat Kurang Mampu

    Bandar Lampung: BAZNAS Kota Bandar Lampung menyalurkan bantuan berupa beras kepada 24 ribu masyarakat kurang mampu pada 20 kecamatan se-Kota Bandar Lampung. Penyaluran bantuan beras ini bekerja sama dengan Pemerintah Kota Bandar Lampung dan secara simbolis penyerahannya oleh Walikota Bandar Lampung Hj.Eva Dwiana.

    Walikota Bandar Lampung Hj. Eva Dwiana dalam sambutannya pada saat penyerahan beras secara simbolis, mengucapkan terimakasih kepada Pegawai Kota Bandar Lampung dan Masyarakat yang mampu, yang menyisihkan sebagian hartanya membayar Zakat, Infak dan Shodaqoh (ZIS) melalui BAZNAS Kota Bandar Lampung.

    “Bantuan ini merupakan Zakat, Infaq dan Shodaqoh dari Pegawai Kota Bandar Lampung dan Masyarakat yang mampu. Terimakasih sudah menyisihkan sebagian hartanya untuk membantu masyarakat kurang mampu di Kota Bandar Lampung” ujar Bunda Eva di Gedung Aula PTPN 7 Kecamatan Kedaton, Sabtu pagi (5/1/2021).

    Menurutnya bantuan beras disalurkan kepada 24 ribu warga kurang mampu yang tersebar di seluruh Kecamatan se Kota Bandar Lampung.

    “Bantuan beras disalurkan kepada 24 ribu warga kurang mampu di seluruh kecamatan. Semoga bantuan ini dapat bermanfaat dan kedepannya bisa lebih banyak lagi yang kita salurkan” kata dia

    Sementara itu Ketua BAZNAS Kota Bandar Lampung H. A Rahman Mustafa mengatakan bahwa beras yang disalurkan secara keseluruhan yaitu sebanyak 120 ton.

    “Bantuan beras yang kami salurkan sebanyak 120 ton untuk 24.000 masyarakat kurang mampu pada 20 kecamatan se-kota Bandar Lampung, masing-masing mendapatkan bantuan beras 5 kg” ujar dia.

    Menurutnya sumber dana bantuan beras berasal dari para muzaki yang sudah menyisihkan sebagian hartanya dalam bentuk zakat, infaq dan shodaqoh melalui BAZNAS Kota Bandar Lampung.

    “Dana bantuan beras berasal dari para muzaki yang menyisihkan sebagian hartanya melalui BAZNAS Kota Bandar Lampung yang kemudian kita salurkan kepada mustahiq yaitu orang yang berhak menerima” kata dia. (Riski)

  • Opini: Keistimewaan Ramadhan Bagi Umat Islam

    Keistimewaan Ramadhan Bagi Umat Islam
    Dr. Agus Hermanto, MHI
    Komisi Dakwah MUI Lampung

    Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, penuh ampunan, malam Lailatul Qadar ada di dalamnya, di bulan ini juga saat diturunkannya Al-Qur’an. Bulan suci Ramadhan merupakan kesempatan bagi setiap hamba Allah untuk lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Sebagaimana hadist Rasulullah Saw bersabda,”Barangsiapa berpuasa karena keimanan dan semata-mata mengharap pahala, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

    Selama bulan Ramadhan, umat Islam akan melaksanakan puasa dengan menahan rasa haus, lapar dan hawa nafsu dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Dan jika kita berpuasa, maka puasakanlah juga pendengaran, penglihatan, lisan dan seluruh anggota badan. Puasa Ramadhan dilaksanakan selama sebulan penuh, kewajiban tersebut sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 183 yang artinya,”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

    Seperti yang diketahui puasa Ramadhan menjadi salah satu ibadah utama yang dijalankan oleh umat muslim, juga segala amal ibadah di bulan Ramadhan termasuk membaca Al-Qur’an, bersedekah, shalat sunah tarawih, shalat Tahajjud, dan amal ibadah lainnya yang mendatangkan pahala berlipat dibanding bulan-bulan lainnya. Berbagai macam keistimewaan yang dimiliki oleh bulan Ramadhan menjadikannya berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa umat Islam mendapatkan lima keistimewaan dengan datangnya bulan Ramadhan sebagaimana beliau tegaskan berikut ini: “Di bulan Ramadhan umatku diberi lima keistimewaan yang tidak diberikan kepada umat-umat sebelumnya.”

    Kelima keistimewaan tersebut adalah sebagai berikut:

    1. Bau mulut orang yang berpuasa di hadapan Allah lebih baik dari pada minyak misik

    Secara jujur kita mengakui bahwa bau mulut orang berpuasa tidak sedap. Hal ini terjadi karena produksi air liur dalam mulut dan dalam saluran pencernaan berkurang, sehingga menjadi lebih kering. Akibatnya timbul halitosis atau bau mulut yang khas yang tak jauh berbeda dengan ketika kita bangun tidur. Salah satu kiat kita adalah memperbanyak mengkonsumsi air putih selama berbuka hingga sahur. Kiat lain adalah menggosok gigi sehabis sahur atau paling akhir sebelum masuk waktu dzuhur. Setelah dzuhur, menggosok gigi ataupun bersiwak tidak dianjurkan karena hukumnya makruh. Oleh karena itu setelah dzuhur bau mulut yang tak sedap itu tidak perlu dirisaukan karena bagi Allah SWT bau seperti itu lebih baik dari pada bau minyak misik.

    Selain itu, perlu kita sadari bahwa bau mulut yang tak sedap itu sesungguhnya memiliki hikmah atau manfaat tertentu. Misalnya, bau itu menjadi salah satu pembeda antara orang yang berpuasa dengan orang yang tidak berpuasa. Dengan bau seperti itu orang yang berpuasa akan cenderung lebih banyak diam dari pada bicara yang tidak perlu. Apalagi berkata jorok atau misuh-misuh, jelas hal seperti itu sangat tidak pantas keluar dari mulut orang yang berpuasa karena hanya akan mengurangi kualitas ibadah puasanya. Maka dengan bau tak sedap itu orang-orang yang berpuasa diharapkan dapat menyadari keadaannya sehingga bisa menjaga mulutnya dengan baik dari kata-kata kotor, misalnya dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an, membaca dzikir, istighfar, shalawat dan sebagainya. Dengan memperbanyak ibadah lisan seperti itu sudah pasti bau tak sedap itu akan mendapat perimbangan dan kemudian diganti oleh Allah dengan bau-bau wangi yang bahkan lebih wangi dari pada minyak misik atau yang dikenal juga dengan minyak kasturi yang berasal dari rusa jantan.

    1. Orang-orang yang berpuasa semuanya dimintakan ampunan oleh para malaikat hingga mereka berbuka

    Keistimewaan kedua ini, menjadi keutamaan besar bagi orang-orang yang berpuasa. Kita semua tahu bahwa malaikat adalah makhluk yang tak kenal maksiat kepada Allah SWT sehingga doa-doanya mudah dikabulkan. Para malaikar itu dari saat imsak hingga berbuka senantiasa memintakan ampunan kepada Allah SWT agar orang-orang yang berpuasa diampuni dosa-dosanya. Oleh karena itu, di bulan puasa ini kita mendapat anugerah yang luar biasa dimana para malaikat mendoakan orang-orang yang berpuasa secara terus menerus dari saat imsak hingga saat berbuka yang durasinya mencapai kira-kira 14 jam. Kita sendiri tak mampu melakukan istighfar secara terus menerus hingga selama itu.

    1. Di bulan Ramadhan para setan dibelenggu yang semuanya tidak bisa lepas seperti di bulan lainnya

    Kita semua tentu merasakan di bulan puasa, kita menjadi seperti malas untuk berbuat apa saja kecuali ibadah. Semangat kita untuk beribadah meningkat dibandingkan dengan di luar Ramadhan. Hal ini terjadi karena setan-setan dibelenggu hingga selesainya Ramadhan. Ini semua merupakan kemurahan Allah SWT dalam rangka memberi kesempatan kepada kita untuk menambah pundi-pundi amal ibadah kita. Di luar Ramadhan mungkin kita lebih banyak berpikir dan melakukan hal-hal yang bersifat duniawi saja.

    Dengan dibelenggunya setan-setan di bulan Ramadhan, maka secara teori setidaknya kemaksiatan bisa ditekan serendah-rendahnya. Kemaksiatan-kemaksiatan yang ada tentu sulit dikaitkan dengan keterlibatan setan. Mereka alibi dalam hal ini. Jika demikian halnya, maka kemaksiatan-kemaksiatan itu timbul karena kesalahan kita yang tidak mampu mengendalikan nafsu yang ada dalam diri kita sendiri.

    1. Setiap hari di bulan Ramadhan Allah memperindah surga untuk orang-orang yang berpuasa

    Keistimewaan keempat ini dimana Allah menghiasi surga dengan indahnya untuk menyambut para hamba-Nya yang berpuasa memiliki nilai spiritualitas yang sangat tinggi. Kepada surga Allah berfirman,”para hamba-Ku yang berpuasa hampir menemukan hasil dari jerih payahnya hingga sampai kepadamu.” Kalimat ini mengandung arti bahwa tak ada balasan bagi orang-orang yang berpuasa kecuali surga karena ibadah puasa memang untuk Allah, sehingga Allah sendiri yang akan membalasnya.

    1. Di akhir malam bulan Ramadhan Allah memberikan ampunan

    Dalam keistimewaan kelima ini, Allah mengampuni orang-orang berpuasa pada setiap akhir malam, dan itu bukan merupakan lailatul qadar. Lailatul Qadar adalah satu hal dan ampunan Allah pada setiap akhir malam dibulan Ramadhan merupakan hal lainnya. Artinya orang-orang berpuasa berhak mendapatkan ampunan sebagai imbalan ibadahnya kepada Allah SWT. Sedangkan Lailatul Qadar diberikan kepada orang-orang tertentu sesuai dengan pilihan Allah sendiri. Maka beruntunglah mereka yang selain mendapatkan ampunan dari Allah tetapi juga mendapatkan kebaikan lailatul qadar yang nilainya lebih tinggi dari pada kebaikan seribu bulan.

    Kelima hal diatas sebagaimana telah diuraikan merupakan keistimewaan bulan Ramadhan yang hanya diberikan kepada umat Nabi Muhammad  Saw. Kita bersyukur bahwa kita semua menjadi umat beliau. Untuk itu semoga kita semua dapat menjalankan ibdah puasa tahun ini dan tahun-tahun berikutnya dengan sebaik-baiknya sehingga kelima keistimewaan diatas dapat kita raih seluruhnya. Aamiin yaa rabbal alamiin