Author: muilampungdigital

  • PW IPPNU Lampung bagikan Sembako untuk Masyarakat yang terdampak Pandemi Covid-19

    Bandar Lampung: Dalam situasi pandemi Covid 19, banyak masyarakat yang membutuhkan bantuan. Pengurus Wilayah Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (PW IPPNU) Lampung bersama Yayasan Bakti Bangun Negri lakukan pembagian sembako pada masyarakat Provinsi Lampung, Minggu (15/08).

    Wakil Ketua 4 Bidang Hubungan Pesantren dan Sosial Kemasyarakatan PW IPPNU, Tira Pitri Yantika ungkapkan pembagian sembako dibeberapa titik daerah Bandar Lampung, seperti Teluk Betung, Kedaton, Rajabasa dan lainnya.

    “Target kita untuk yang berhak menerima seperti sopir, penarik becak, pedang kaki lima dan masyarakat yang terdampak PPKM di Bandar Lampung” ungkap Tira, yang kini masih berstatus Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Lampung saat diwawancarai, Minggu (15/08).

    Sementara itu, Ketua PW IPPNU Lampung, Nur Sazaro Tudhur, Jelaskan sembako berasal dari para Donatur untuk masyarakat di Provinsi Lampung yang terdampak Pandemi Covid 19.

    “Semoga dengan kegiatan bakti sosial pembagian sembako ini mampu meringankan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari” ucapnya

    Selain itu juga, Ketua PW IPPNU yang akrab di panggil ‘Ning Sasa’, berharap semoga Pandemi Covid-19 segera usai

    “Semoga pandemi covid 19 segera bisa berlalu sehingga kita bisa berkegiatan seperti sediakala, tentunya untuk melawan covid 19 ini harus ada kontribusi dari masyaraakat yaitu menaati protokol kesehatan dan menjalani Vaksinasi Covid 19” ungkap Sasa, yang juga lulusan Kedokteran Universitas Lampung.

  • Opini: Peran Agama dalam Merperkokoh Persatuan dan kesatuan Bangsa

    Peran Agama dalam Merperkokoh Persatuan dan kesatuan Bangsa
    (Serial Hari Kemerdekaan RI)
    Nirwan Hamid, M.Pd.I
    Pengurus MUI Kota Bandar Lampung
    Sekretaris MWC NU Tanjung Senang Kota Bandar Lampung

    Sejarah adanya persatuan dan kesatuan sudah ada sejak masa perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah. Sejak saat itu, arah perjuangan bangsa Indonesia makin tegas, yaitu mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional. Indonesia, sebagai negara yang mempunyai banyak keberagaman dan perbedaan, perlu mempunyai persatuan dan kesatuan. Keberagaman yang terdapat di Indonesia, antara lain agama, suku, etnis, budaya bahasa, maupun adat istiadat.

    Makna “persatuan Indonesia” dibentuk dalam proses sejarah panjang. Persatuan adalah hal yang terbentuk tidak secara instan, melainkan melalui proses panjang. Sehingga seluruh bangsa Indonesia memiliki persamaan nasib, satu kesatuan kebudayaan, kesatuan wilayah serta satu kesatuan asas kerohanian Pancasila yang terwujud dalam persatuan bangsa, wilayah dan susunan negara. Negara Indonesia sangat besar dan luas sehingga sangat sulit untuk mengaturnya apabila tidak ada persatuan. Maka dari itu, sebuah persatuan sangat penting di dalam negara agar terwujud kesatuan dan persamaan.  Persatuan sangat penting bagi sebuah negara yang ingin hidup sejahtera. Persatuan juga akan mewujudkan kerja sama yang baik dengan negara lain.

    NKRI harga mati merupaka jargon yang kita sematkan pada bangsa kita agar tidak ada yang berani mengganggu keutuhan dan dan kedaulatan Negara kesatuan Republik Indonesia. Bahwa masyarakat kita betul-betul mencintai negaranya lebih dari apapun. Tidak ada yang bisa merenggut negara kita walau hanya sejengkal.

    Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang plural, hal ini dapat dilihat dari keberagaman suku bangsa, bahasa lokal, agama, adat dan budaya yang ada. Masyarakat majemuk (plural society) adalah masyarakat yang terwujud karena komuniti-komuniti suku bangsa yang ada telah secara langsung atau tidak langsung dipaksa untuk bersatu di bawah kekuasaan sebuah sistem nasional. Bagi masyarakat plural, potensi konflik sangat dimungkinkan terjadi. Ragam konflik bisa bersumber dari berbagai hal, seperti: adanya konflik antar agama, konflik antar etnis, konflik antar budaya, konflik antar suku ataupun konflik kepentingan antar masyarakat dari daerah atau propinsi yang berbeda. David A.Nadler (1970) sebagaimana dikemukakan oleh Anoraga dan Thoha yang menyatakan bahwa perilaku manusia adalah sebagai suatu fungsi dari integrasi antara person atau individu dengan lingkungannya. Berbagai karakter yang diperlihatkan oleh individu sesuai dengan jabatanya tentunya akan berbeda-beda. Dan perilakunya adalah ditentukan oleh masing-masing lingkungannya yang berbeda-beda.

    Dalam hal ini keberagamaan yang sangat penting dalam memegang kendali persatuan dan kesatuan bangsa karena bangsa kita majemuk dan sangat plural. Pluralitas agama atau kebhinekaan agama merupakan kenyataan aksiomatis (tidak bisa dibantah), dan merupakan keniscayaan sejarah (historical necessary) atau sunnatullah yang bersifat universal. Pluralitas agama harus dipandang sebagai bagian dari kehidupan manusia, yang tidak dapat dilenyapkan, tetapi harus disikapi dengan bijaksana. Pluralitas agama, budaya dan etnik masyarakat Indonesia pada satu sisi berpotensi melahirkan benturan, konflik, kekerasan, dan sikap anarkis terhadap penganut agama lain, akan tetapi pada sisi yang lain agama adalah wahana pemersatu bangsa.

    Agama dari sudut pandang normatif senantiasa mengajarkan harmoni, kasih-sayang dan kerukunan antara sesama umat beragama, secara internal maupun eksternal. Secara internal terwujud dalam kerukunan dan toleransi diantara sesama pemeluknyadan secara eksternal adanya hubungan yang harmonis diantara pemeluk-pemeluk agama lain.

    Dengan kata lain aktifitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tetapi juga ketika melakukan aktifitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan aktifitas yang tampak dan dapat dilihat mata, juga aktifitas yang tak tampak dan terjadi dalam hati seseorang.

    Diskursus problema sosial adalah memperbincangkan kondisi yang terjadi dan berpengaruh dalam kehidupan manusia di mana sebagian besar dari problema itu tidak disenangi oleh manusia dan bahkan berusaha untuk menghilangkannya, misalnya kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Problema sosial merupakan tantangan hidup yang harus dihadapi oleh manusia baik secara individu maupun secara kelompok sehingga tidak terjadi ketimpangan dalam kehidupan masyarakat.

    Pada era kemajuan tekhnologi dan komunikasi, peran umat beragama seharusnya tidak melulu tertuju pada ruang lingkup internal orang-orang seagama, melainkan mampu menjangkau masyarakat di luar agamanya. Masyarakat yang terus menerus mengalami proses globalisasi, menimbulkan transformasi komunikasi dan informasi sehingga berdampak terhadap perubahan nilai-nilai sosial serta budaya, dan lain-lain. Dan, ketika masyarakat berubah dalam menerima nilai-nilai baru yang didapat akibat bebasnya arus informasi. Pada kondisi seperti ini, umat beragama mengalami pengaruh bebasnya arus informasi dan mereka menggunakannya untuk berhadapan dengan penganut agama lain, hal inilah yang kemudian menjadi triger benturan-benturan serta gesekan-gesekan.

    Mensikapi problematika sosial-keagamaan, agama dan umat beragama seharusnya “ada” dan “hadir”. Konsekuensinya, umat beragama berperan dan harus terlibat serta melibatkan diri untuk mengatasi permasalahan sosial-keagamaan yang terjadi di masyarakat. Jika umat beragama hanya menfokuskan diri pada hal-hal yang hanya berhubungan dengan ibadah rutin, maka peran dan pelibatan diri tersebut tidak terlihat bahkan tak berdampak apa-apa pada orang lain serta masyarakat luas.

    Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berpendapat bahwa, kehadiran agama sebagai “titik strategis” oleh berbagai pihak dalam pembangunan, menunjukkan bahwa “peranan” tersebut lebih bersifat superfisial, atau tampak hanya di permukaan saja. Beliau lebih lanjut mengatakan bhawa kalau memang agama telah berperan cukup dalam pembangunan nasional kita, mengapa arah, wawasan dan moralitas pembangunan itu sendiri sangat terasa belum menyerap nilai-nilai keagamaan secara keseluruhan. Tidak dapat diingkari, justru nilai-nilai keagamaan yang mengalami erosi dahsyat dalam era pembangunan ini. Pola hidup konsumtif yang sebenarnya ditolak agama manapun, justru semakin berkembang, tanpa diimbangi oleh kemampuan yang cukup untuk meningkatkan produktifitas kerja sebagai bangsa, sehingga mendorong semakin meluas dan seriusnya korupsi.

    Dari beberapa uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan:

    Pertama, umat beragama perlu berbuat lebih banyak lagi (karena pada umumnya mereka mempunyai kemampuan untuk itu). Itu berarti membutuhkan kemampuan penyesuaian dan mengatasi masalah serta dukungan lingkungan kondusif untuk berkembangnya nilai-nilai sosial dan budaya yang tanggap terhadap berbagai perubahan. Hal itu harus terjadi, karena adanya permasalahan sosial di/dalam masyarakat (konteks umat beragama berada).

    Kedua, agama memberi kita arah kehidupan, mengajari kebebasan, dan mengerahkan wawasan agar hidup kita damai. Tuhan yang menurunkan agama, dengan tujuan agar kita tidak terjebak dan terperangkap ketegangan sosial dalam relasi antar sesama kita. Tidak juga dalam relasi orang-orang yang berbeda agama,kita pun tak ingin hal itu terjadi.

    Dengan kehadiran agama di muka bumi, diharapkan mampu untuk memperkecil konflik-konflik yang terjadi. Begitu juga dalam bangsa kita Negara Republik Indonesia yang sangat kita cintai ini, agama telah mampu berkontribusi untuk menjembatani konflik yang ada sehingga mampu memberikan sumbangsih yang nyata pada bangsa kita. Agama mampu menjadi solusi untuk kita semua. Jayalah Negeriku hiduplah Bangsa ku. Merdeka!

    Wallahu Al muwafiq Ila Aqwamittarieq

  • Khutbah Jum’at Manusia Khalifah Fil Ardl

    Khutbah Jum’at
    Manusia Khalifah Fil Ardl
    Oleh : Ust. Dr. Abdul Aziz, M.Pd.I.

    Untuk download teks silahkan klik: Khotbah Jum’at, Manusia Khalifah Fiil Ardl

    Dukung Perjuangan Dakwah MUI dengan Like, Commet, Share and Subscribe 🛎 Youtube MUI Lampung

  • Khutbah Jum’at Hikmah Kemerdekaan ditengah Pandemi Covid-19

    Khutbah Jum’at
    Hikmah Kemerdekaan ditengah Pandemi Covid-19
    Oleh : Ust. Dr. Abdul Aziz, M.Pd.I.

    Untuk download teks silahkan klik: Khutbah Jum’at, Hikmah Kemerdekaan Ditengah Pandemi Covid-19

    Dukung Perjuangan Dakwah MUI dengan Like, Commet, Share and Subscribe 🛎 Youtube MUI Lampung

  • Opini: Hakekat Tahun Baru Hijriah

    Hakekat Tahun Baru Hijriah
    Dr. H. A. Khumaidi Ja’far, S.Ag., M.H
    Wakil Dekan 1 Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan
    Pengurus MUI Lampung

    Tidak terasa tahun 1442 H telah meninggalkan kita, dan tahun baru Islam 1443 H telah hadir di tengah-tengah kita. Apa yang sudah kita lakukan, apa yang dapat kita berikan, serta apa yang akan kita lakukan dan berikan? Untuk menjawab hal itu, tentuntanya kita harus senantiasa berinterospeksi  diri  (bermuhasabah), yaitu menghitung-hitung akan kebaikan dan dosa-dosa yang telah kita lakukan selama ini. Apakah kebaikan-kebaikan yang sudah banyak kita lakukan ? ataukah kesalahan/dosa-dosa yang justru telah banyak kita lakukan selama ini. Mengenai hal ini, Umar bin Khattab sebagai pencetus tahun Hijriah sebagai tahun baru Islam telah menjelaskan bahwa untuk mengenang masa lalu dan menyambut tahun baru, ada dua hal yang harus diperhatikan; Pertama, lupakan semua kebaikan yang pernah kita lakukan, sebab dengan melupakan kebaikan-kebaikan yang pernah kita lakukan akan membuat kita menjadi manusia yang tidak sombong dan selalu rendah hati. Kedua, Ingat selalu akan dosa-dosa atau kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan, sebab dengan mengingat dosa atau kesalahan yang pernah kita lakukan pada masa yang lalu, tentunya akan menjadi motivasi bagi kita untuk selalu memperbaiki diri ke depan. Oleh karena itu berdasarkan dua hal  sebagaimana dipesankan Umar bin Khattab tersebut kiranya menjadi motivasi positif bagi kita untuk senantiasa memperbaiki diri demi masa depan yang lebih baik.

    Selanjutnya mengenai hal itu, Rasulullah SAW menjelaskan dalam hadis bahwa tanda-tanda kecelakaan itu ada empat perkara: Pertama, melupakan dosa-dosa yang  pernah dilakukan pada masa  yang lalu, padahal dosa-dosa itu masih tetap tersimpan di sisi Allah Swt. Kedua, mengingat-ingat kebaikan yang pernah dilakukan pada masa yang lalu, padahal belum tentu kebaikan yang dilakukan itu dapat diterima oleh Allah Swt, boleh jadi akan ditolak oleh Allah Swt. Ketiga, memandang seseorang yang lebih tinggi dalam urusan dunia, padahal dunia hanyalah permainan belaka yang sifatnya sementara. Keempat, memandang seseorang yang lebih rendah dalam urusan agama, padahal agama merupakan bekal akhirat yang paling utama.

    Dengan demikian jelas bahwa hakekat tahun baru hijriah adalah bagaimana kita mampu melakukan suatu perubahan yang lebih baik. Untuk itu pada pada tahun ini (1443 H), setiap orang harus mengalami perubahan yang lebih baik, baik dalam urusan dunia maupun urusan akhirat. Ingat…. Amal (perbuatan) seseorang itu dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: Pertama, amal seseorang yang apabila tahun ini lebih jelek dari tahun yang lalu, maka ia digolongkan sebagai orang yang celaka, Kedua, amal seseorang yang apabila tahun ini sama dengan tahun yang lalu, maka ia digolongkan sebagai orang yang merugi, Ketiga, amal seseorang yang apabila tahun depan lebih baik dari tahun ini dan tahun yang lalu, maka ia digolongkan sebagai orang yang beruntung. Wallahu a’lam bishawaaf.

  • Malam ini, Tahlil dan Doa 7 Hari Nyai Hj. Subhianah

    Lampung Tengah: Tanpa mengurangi rasa hormat, bahwasannya, Tahlil dan do’a memperingati 7 hari wafatnya Ibu Ny Hj Subhianah binti Abdurrahman dilaksanakan pada: Kamis malam Jum’at, pukul 20.30 WIB, 5 Agustus 2021 M / 27 Dzulhijjah 1442 H. Bagi yang belum bisa hadir, dimohon dapat mengikuti rangkaian acara secara virtual melalui live streaming di Facebook dan Instagram @terasdarussaadah.

    Demikian undangan yang disampaikan oleh Ketua Pengurus Wilayah Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (PW RMINU) Provinsi Lampung, Gus M.Hisyamudin melalui pesan berantai di group whatsapp KBNU Kabupaten Lampung Tengah, Kamis (5/8/2021) pagi.

    Nyai Hj Subhianah binti Hi.Abdurrohman atau akrab di panggil Bu Nyai Muhsin Abdillah adalah istri KH Muhsin Abdillah Rais Syuriah PWNU Provinsi Lampung masa khidmat 2018-2023, sekaligus pengasuh Pesantren Darussaadah Mojo Agung, Seputih Jaya, Gunung Sugih, Lampung Tengah. yang telah wafat pada Jumat (30/7/2021) bertepatan 20 Dzulhijjah 1442 H lalu.

    Bagi Ketua PCNU Kabupaten Lampung Tengah, KH Imam Suhadi, Nyai Hj Subhianah binti Hi.Abdurrohman atau akrab di panggil Bu Nyai Muhsin Abdillah, adalah orang baik, tirakat, perjuangan, pengabdian yang tak terhingga selama menemani abah Rais Syuriah PWNU Provinsi Lampung, KH. Muhsin Abdillah, dalam membina, mengasuh dan membimbing para santri Darussa’adah, semoga beliau husnul khatimah, alfaatihah.

    Ribuan santri, alumni, dan para takziyah menjadi saksi kepergian beliau untuk selama-lamanya. Nyai Hj. Subhianah binti H. Abdurrohman dimakamkan di komplek Pondok Pesantren Darussa’adah Mojo Agung, Seputih Jaya, Kecamatan Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. (Akhmad Syarief Kurniawan)

  • Maksimalkan Sensus Potensi Jamaah NU Berbasis Data, MWCNU Seputih Agung Tembus 4 Besar Nasional 

    Lampung Tengah: Pendataan warga NU / sensus warga NU ini adalah tanggung jawab kita semua, pengurus NU dari semua tingkatan. Kita jangan terlena bangga dengan sisi jumlah (kuantitas), sensus ini hanya alat untuk memaksimalkan potensi jamaah NU. Kami ucapkan selamat kepada jajaran keluarga besar MWCNU Kecamatan Seputih Agung, Kabupaten Lampung Tengah, yang sukses melaksanakan proses sensus warga berbasis android, sehingga tembus 4 besar Nasional.

    Hal ini disampaikan Wakil Ketua PCNU Kabupaten Lampung Tengah, KH. Slamet Anwar, S.Pd.I, disela-sela silaturahim di kediaman Ketua MWCNU Kecamatan Seputih Agung, Kiai Ihsan, Senin (2/8/2021) malam.

    “Dengan adanya data valid warga NU ini dengan mudah kita maksimalkan potensi jamaah NU dimasing-masing Ranting NU, misalnya ada berapa petani NU, Nelayan NU, saudagar-saudagar NU, sarjana NU, ada berapa guru-guru NU, dan kita gerakkan LAZISNU, dan lain – lain,” tambah pengurus Pagar Nusa Provinsi Lampung ini.

    “Dan yang tak kalah penting, selain pendataan KARTANU Online ini, saya mengajak semua elemen pengurus MWCNU dan Ranting NU, warga nahdliyyin se Kabupaten Lampung Tengah khususnya dan Provnsi Lampung umumnya ini untuk mensukseskan agenda Muktamar ke – 34 NU di Pondok Pesantren Darussa’adah Mojoagung, Seputih Jaya, Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah, Propinsi Lampung pada tahun 2021 ini,” tambah anggota DPRD Kabupaten Lampung Tengah periode 2019 – 2024 ini

    Ketua MWCNU Kecamatan Seputih Agung, Kiai Ihsan, menyampaikan, syukur alhamdulillah MWCNU Kecamatan Seputih Agung, Kabupaten Lampung Tengah untuk kedua kalinya masuk dalam Top 5 MWCNU se Indonesia program pendataan sensus warga NU, informasi ini kami peroleh dari admin KARTANU per 2 Agustus 2021.

    “Proses kerja keras sensus warga NU di wilayah Kecamatan kami melibatkan semua unsur baik MWCNU, hingga Ranting NU, Lembaga NU, Badan Otonom NU, pengasuh Pesantren, yang tersebar di sepuluh Kampung / Desa yaitu; Ranting Harapan Rejo, Ranting Endang Rejo, Ranting Dono Arum, Ranting Seputih Agung, Ranting Bumi Kencana, Ranting Gayau Sakti, Ranting Fajar Asri, Ranting Muji Rahayu, Ranting Sulusuban, dan Ranting Bumi Mas, dengan total sementara pendataan KARTANU Online berjumlah 921,” tutupnya.

    Koordinator Tim admin KARTANU Kabupaten Lampung Tengah, Mustajab Mujahid Mustakim, S.Kom, menambahkan, sensus warga NU berbasis Online ini adalah satu implementasi semangat Menuju 1 Abad NU dan mensukseskan Muktamar ke-34 NU di Kabupaten Lampung Tengah, dan alhamdulillah PCNU Kabupaten Lampung Tengah masuk 4 besar Nasional top PCNU dan MWCNU Seputih Agung masuk 4 besar top MWCNU Nasional pendataan Kartanu.

    “Oleh karena itu sebagai bentuk Apresiasi PCNU Kabupaten Lampung Tengah atas kinerja admin MWCNU Kecamatan Seputig Agung, PCNU Kabupaten Lampung Tengah menyerahkan penghargaan/reward berupa seragam NU, sarung, vitamin untuk warga yang membuat KARTANU sebagai upaya membantu menjaga kesehatan warga dari wabah Covid-19,” tutup Wakil Sekretaris PCNU Kabupaten Lampung Tengah ini.
    (Akhmad Syarief Kurniawan)

  • Pesantren Walisongo, Bumi Ratu Nuban, Lampung Tengah,Tuan Rumah Pelatihan Kader Lanjut (PKL) PMII Metro

    Lampung Tengah: Dengan protokol kesehatan yang ketat, jajaran keluarga besar Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Metro, Provinsi Lampung kembali menggelar proses kaderisasi, yakni Sarasehan Nasional Dan Pelatihan Kader Lanjut (PKL) di komplek Pesantren Wali Songo, Sukajadi, Wates, Bumi Ratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, Senin-Jumat, (26-30/7/2021).

    Demikian disampaikan Ketua Organizing Committee Sarasehan Nasional dan PKL PMII Kota Metro, Singgih Prayogo diselas-sela acara tersebut, Jumat (30/7/2021) siang.

    “Kegiatan Pelatihan Kader Tingkat Lanjut yang diadakan oleh PMII Kota Metro ini diikuti oleh 31 kader-kader PMII terbaik dari utusan 4 Kabupaten / Kota, yaitu; Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Lampung Timur dan Kota Metro,” tambahnya.

    “Kegiatan Pelatihan Kader Lanjut ini merupakan kegiatan formal proses kaderisasi PMII, disaat kondisi saat ini PC PMII Metro melakukan pelatihan ini secara ketat dan mematuhi sesuai protokol kesehatan. Karena kegiatan ini diadakan Se-Lampung, kami berharap pasca dari proses kaderisasi ini, para peserta dapat memberikan perubahan nyata, aksi riil dimasyarakat,” tutupnya.

    Tema besar yang diusung dalam Sarasehan Nasional dan PKL PMII Kota Metro
    Ini adalah Ijtihad PMII Dalam Mengawal Ekonomi Kerakyatan.

    Ketua Umum PC PMII Kota Metro, Ari Kurniawan, menyampaikan, kegiatan ini digelar untuk menjaga mata rantai intelektual pengkaderan PMII agar tumbuh subur dibumi Sai Bumi Ruwai Jurai.

    “Meskipun kegiatan ini dilakukan di tengah pandemi Covid 19, kami pastinya tetap menjaga protokol kesehatan, dengan menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan sebelum memasuki rungan, untuk itu kegiatan ini dilakukan secara dua sesi yaitu daring dan luring, sehingga kegiatan PKL ini tidak mengurangi marwah dan tidak mengurangi proses pengkaderan ditengah pandemi Covid 19 yang melanda negara tercinta Indonesia,” tambahnya.

    “Dengan diadakanya PKL ini dapat melahirkan kader mujtahid dan mereka mampu menjadi pelopor dalam menangani krisis yang sesuai dengan tema kita yakni Ijtihad PMII Dalam Memgawal Ekonomi Kerakyatan”, tutupnya.

    Kegiatan istimewa yang berlangsung secara daring dan luring tersebut dihadiri; pengasuh Pesantren Wali Songo Lampung Tengah, Gus Syaikhul Ulum Syuhada, Majelis Pembina Cabang (Mabincab) PMII Kota Metro, Ketua Umum PB PMII, Muhammad Abdullah Syukri, Ketua Umum PKC PMII Lampung, Ahmad Hadi Baladi Umah, Sekretaris PKC PMII Lampung, Aris Tama, para pemateri, dan lain-lain. (Akhmad Syarief Kurniawan)

  • Katib Syuriah NU Lampung Tengah, Kiai Budi Sriono Yang Visioner dan Enerjik itu Wafat

    Lampung Tengah: “Innalillahi wainnailaihi rojiun telah wafat Kiai Budi Sriono, di RS Harapan Bunda, Bandar Jaya, Lampung Tengah” begitulah pesan berantai yang masuk dalam group whatsapp keluarga besar NU Lampung Tengah, Kamis (29/7/2021) malam lalu, bertepatan 19 Dzulhijjah 1442 H.

    Pengabdian khidmat beliau almarhum Kiai Budi Sriono, S.Ag, M.M, di NU adalah sebagai Katib Syuriah PCNU Kabupaten Lampung Tengah masa khidmat 2017 – 2022.

    Banyak kenangan yang membekas dari beberapa tokoh NU kepada beliau dalam bentuk testimoni kepada almarhum Kiai Budi Sriono.

    Ketua PCNU Kabupaten Lampung, KH. Imam Suhadi, disela-sela pelepasan jenazah menyampaikan, beliau adalah salah satu kader terbaik NU di Lampung Tengah yang rajin silaturahim, bertanggung jawab, hal tersebut terlihat, teruji ketika beliau menjadi Ketua Panitia Pelaksana Konfercab PCNU Kabupaten Lampung Tengah pada 2012 silam di Pesantren Nurul Qodiri Kali Palis, Way Pangubuan. Agenda tersebut berjalan sukses dan lancar.

    Wakil Sekretaris PWNU Provinsi Lampung, KH. Muhyidin Thohir, M.Pd.I, menyampaikan, baginya, sosok Kiai Budi Sriono adalah kader NU yang peduli, berkomitmen dalam berorganisasi selalu menekankan agar para pengurus NU di semua tingkatan untuk memahami dan menjalankan AD dan ART NU.

    “Saya mengenal almarhum sudah 15 tahun lebih. Ia berjuang untuk NU telah dimulai sejak mahasiswa, masa muda dan seterusnya. Beliau aktif di PMII, selanjutnya di GP Ansor, dan berlabuh menjadi pengurus PCNU Lampung Kabupaten Tengah, hingga puncaknya sebagai Katib Syuriah NU Kabupaten Lampung Tengah, semoga Allah SWT memberikan tempat yang terbaik untuk almarhum Kiai Budi Sriono, “ tutup Instruktur PKPNU PWNU Provinsi Lampung ini.

    Wakil Sekretaris PCNU Kabupaten Lampung Tengah, Nanang Susanto, S.Pd.I, menyampaikan kesannya, Kiai Budi Sriono sebagai Katib Suryah PCNU Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kiai yang open (peduli), sering menguatkan internal Pengurus Cabang NU, memotifasi pengurus, memberikan semangat dalam mengamalkan dan menegakkan Akidah Ahlussunah Wal Jama’ah an Nahdliyyah di tengah masyarakat.

    “Disamping itu Kiai Budi Sriono, sering memotifasi kader NU untuk berkreasi di tengah masyarakat, misalnya kader yang ingin menjadi Kepala Kampung, di dukung dan di motifasi, agar bisa menegakkan Akidah Ahlussunah Wal Jama’ah an Nahdliyyah di Kampung / Desa masing – masing yang di pimpinnya,” tutup Koordinator TPP Kabupaten Lampung Tengah ini.

    Ketua PC GP Ansor Kabupaten Lampung Tengah, Saryono, S.E, menyampaikan testimoninya, Kiai Budi Sriono adalah orang tua, sekaligus salah satu dewan penasehat PC GP Ansor Kabupaten Lampung Tengah, beliau ini seorang yang tegas, pemberani dalam memperjuangkan NU, terkadang tanpa memikirkan kondisi kesehatan yang masih sakit, beliau berkarakter visioner juga enerjik dalam segala hal, apalagi kalau berkaitan dengan NU.

    Ketua PC Fatayat NU Kabupaten Lampung Tengah, Hj. Mar’atus Sholikhah, S.Ag, M.M, memberikan kesaksian, mas Kiai Budi Sriono selaku Katib Syuriah PCNU Kabupaten Lampung Tengah, selamat jalan sahabat, senior, kakakku, engkau orang baik di PMII, GP Ansor, dan di NU saksi pergerakan dan perjuanganmu, semoga Allah SWT tempatkan di tempat yang layak, aamiin.

    Ketua PC PMII Kabupaten Lampung Tengah masa khidmat 2018-2019, Muhammad Muflih, S.Pd.I, mempunyai pengalaman tersendiri dengan Kiai Budi Sriono, beliau orang baik, terkadang beliau menjadi kakak, teman, sekaligus orang tua bagi kami aktivis muda NU, khususnya bagi teman teman PMII masa khidmat 2018 – 2019, beliau adalah sosok yang seperti tak pernah kehabisan energi dan tawa untuk dibagikan kepada sahabat sahabat setiap kali bertemu dalam setiap forum.

    Kiai Budi Sriono, S.Ag, M.M, selain aktif di PCNU Kabupaten Lampung Tengah, juga sebagai ASN di Kementerian Agama Kabupaten Lampung Tengah, yakni sebagai Kepala KUA Kecamatan Bumi Nabung, Lampung Tengah.

    Kiai Budi Sriono, S.Ag, M.M, meninggalkan 1 istri dan 3 anak. Kini, beliau di makamkan di TPU Kampung Sendang Agung, Kecamatan Bandar Mataram, Lampung Tengah.
    (Akhmad Syarief Kurniawan)

  • PWNU Provinsi Lampung Instruksikan Shalat Ghaib Untuk Nyai Hj. Subhianah, Istri Rais Syuriah NU Lampung

    Lampung Tengah: Masih dalam suasana duka wafatnya Nyai Hj. Subhianah binti H. Abdurrahman keluarga besar Pesantren Darussa’adah Mojo Agung, Seputih Jaya, Gunung Sugih, Lampung Tengah, jajaran pengurus PWNU Provinsi Lampung menginstruksikan kepada PCNU, Lembaga NU, Badan Otonom NU, dan pimpinan / pengasuh Pesantren dibawah naungan NU se Provinsi Lampung untuk menggelar shalat ghaib, yasin, tahlil untuk almarhumah.

    Hal disampaikan Sekretaris PWNU Provinsi Lampung, H. Aryanto Munawar, Jumat (30/7/2021) malam, di Bandar Lampung, yang dituangkan dalam surat instruksi No. 239/PWNU/A.1/VII/2021.

    “Kami atas nama keluarga besar PWNU Provinsi Lampung menyampaikan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya, semoga beliau husnul khatimah, dan keluarga besar abah KH. Muhsin Abdillah diberikan kesabaran,” tambahnya.

    Nyai Hj. Subhianah binti H. Abdurrohman atau akrab di panggil Bu Nyai Muhsin Abdillah adalah istri KH. Muhsin Abdillah, Rais Syuriah PWNU Provinsi Lampung masa khidmat 2018-2023, sekaligus pengasuh Pesantren Darussa’adah Mojo Agung, Seputih Jaya, Gunung Sugih, Lampung Tengah.

    “Innalillahiwainnailaihirojiun telah wafat (baru saja) Ibu Nyai Muhsin Abdillah di PP Darussa’adah,” begitulah pesan berantai yang masuk dalam keluarga besar NU Lampung, Jumat (30/7/2021) malam, bertepatan 20 Dzulhijjah 1442 H.

    “Bu Nyai Muhsin Abdillah kapundut,” kirim SMS dari Ketua PW RMI NU Provinsi Lampung, Gus Hisyam di group whatsapp KBNU Kabupaten Lampung Tengah, pukul 20.50 WIB.

    Ketua PCNU Kabupaten Lampung Tengah, KH Imam Suhadi, menyampaikan, beliau adalah orang baik, tirakat, perjuangan, pengabdian yang tak terhingga selama menemani abah Rais Syuriah PWNU Provinsi Lampung, KH. Muhsin Abdillah, dalam membina, mengasuh dan membimbing para santri Darussa’adah, semoga beliau husnul khatimah, alfaatihah.

    Ribuan santri, alumni, dan para takziyah menjadi saksi kepergian beliau untuk selama-lamanya. Nyai Hj. Subhianah binti H. Abdurrohman dimakamkan di komplek Pesantren Darussa’adah Mojo Agung, Seputih Jaya, Gunung Sugih, Lampung Tengah. (Akhmad Syarief Kurniawan)