Author: muilampungdigital

  • Opini: Sahabat Sejati di Bulan Ramadhan

    Sahabat Sejati di Bulan Ramadhan
    Dr. Agus Hermanto
    Dosen UIN Raden Intan Lampung

    Sahabat berasal dari kata Shaahib yang juga memiliki istilah lain seperti shadiiq, khaliil, dapat diartikan kawan, sahabat, kekasih atau istilah lain yang serupa, yang menunjukkan adanya hubungan ukhuwwah antara satu dengan yang lainnya, sahabat tidak mesti dalam pengertian saudara, namun juga orang lain yang dianggap ada hubungan dekat yang tidak mesti dalam hubungan kekasih, seperti Rasulullah dengan para sahabatnya, misalnya Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan beberapa para sahabat lainnya yang hidup semasa dengan Nabi atau pernah membersamai Nabi dalam perjuangan menyebarkan ajaran Islam.

    Istilah shaahib terdapat dalam beberapa kalimat, misal sabda Rasulullah saw, “Iqra’uu al-Quran, liannahu ya’tii yaum al-qiyaamah syaafii’an liashaabihi (HR. Bukhari Muslim) yang artinya, ” Bacalah al-Quran, karena dia akan datang pada hari kiamat nanti sebagai penolong bagi yang membacanya”. Dalam kalimat lain misalnya “Khair al-Ashaabi maa yadulu ‘alaa khairin” yang artinya (sebaik-baiknya sahabat adalah yang menunjukkan kepadamu pada sesuatu yang baik. Selain dari istilah tersebut juga digunakan dalam kalimat-kalimat lain. Walaupun kata sahahiib juga berarti pemilik, misalnya shahiibul bait”

    Penggunaaan kalimat shadiiq digunakan dalam kalimat “Shdiiquka man abkaaka walaa man adhaakaka” (Sahabat sejatimu adalah mereka yang membuatmu menangis bukan yang membuatmu ketawa)

    Sedangkan penggunaan istilah khaliil digunakan dalam beberapa istilah termasuk ketika Allah memberikan gelar kepada Nabi Ibrahim as, “kaliilullah” (Kekasih Allah), sebagai gelar atas kesabarannya dalam menerima segala ujian dan musibah yang menimpanya, dalam istilah lain misalnya ungkapan yang digunakan oleh Syaikh Al-Mas’uud Najm, “Lam ara khaliilan yarfa’u qadra khaliil ihi ka al-Quran, fatuubaa limanittakhada al-Quran khaliilan” (Saya belum melihat seorang sahabat yang mengangkat derajat sahabatnya seperti dia mengangkat (memulyakan) al-Quran, maka beruntunglah orang-orang yang menjadikan al-Quran sebagai sahabatnya. Begitu mulianya al-Quran, sehingga akan menjadi petunjuk dan penolong.

    Bulan Ramadhan adalah bulan penuh keberkahan, bukan tarbiyah, bulan al-Quran dan nama baik lainnya yang disandarkan kepadanya. Allah swt, akan senantiasa menjadikan pahala yang berlipat ganda dibandingkan ibadah di bulan lainnya. Untuk itu, marilah kita jadikan al-Quran sebagai sahabat baik kita, yang sehingganya akan memberikan pertolongan kelak, dalam suatu hikam dikatakan “khairu jaliisin fi al-zamaani kita abun” (Sebaik-baiknya teman duduk adalah kitab), di bulan Ramadhan yang suci nanti mulia ini, mari kita jadikan al-Quran sebagai sahabat baik kita, yang memberi manfaat, dan nilai pahala di dalamnya, bukan pada setiap kalimat atau ayatnya nilai pahala yang kita baca, namun pada setiap hurufnya, wallahu ‘alam.

  • Opini: Iman Sebagai Kokohnya Taqwa

    IMAN SEBAGAI MODAL KOKOHNYA TAQWA
    Dr. Efa Rodhiyah Nur, M.H.
    Dekan Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung

    Bulan ramadhan adalah wadah kebaikan, dan merupakan lahan bagi setiap insan unuk berlomba-lomba dalam melakukan amal shalih. Dalam hal ini Allah swt., firmannya: “Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana puasa itu telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (al-Baqarah: 183). Ayat ini mengisyaratkan kepada seluruh umat Islam untuk meneguhkan keimanannya, dengan sapaan “wahai orang-orang yang beriman” sapaan ini seharusnya dirasakan oleh seluruh umat Islam yang beriman, namun senyatanya, kualitas keimanan tidaklah sama.

    Berbicara tentang keimanan seseorang, maka nabi Muhammad saw, bersabda dalam suatu hadis “Iman seseorang naik dan turun, iman naik disebabkan karena ketaatan dan turun karena kemaksiatan”(al-Hadis). Menelaah hadis tersebut, bahwa keimanan seseorang akan istiqqamah dan senantiasa konsisten, sehingga secara serentak hatinya menerima seruan tersebut dan melaksanakan atas inti dari perintah untuk menjalankan suatu kewajiban, yaitu ibadah puasa.

    Namun di sisi lain, iman seseorang juga mengalami masa mengurang, bila mana selalu menjalankan bentuk-bentuk kemaksiatan, yang sehingganya akan dapat menutup relung hatinya, dan bahkan mengikis spirit keagamaannya serta melemahnya aktivitas ibadah yang seharusnya dilakukan, termasuk dalam hal menjalankan ibadah puasa, sehingga mengabaikan dan mengingkari atas kebenaran dari perintah tersebut dengan meninggalkannya.

    Spirit ibadah puasa sejatinya adalah tercapainya derajat ketaqwaan kepada Allah swt. Ibadah puasa juga merupakan salah satu syari’at yang telah diperintahkan kepada para umat terdahulu (syar’u man qablana), dan kemudian syari’at ini diperintahkan kembali kepada umat Nabi Muhammad untuk menjalankan iadah puasa, sebagaimana termaktub dalam ayat “kutiba ‘alaikum al-shiyam” lafadz kutiba yang bermakna adalah diwajibakan, artinya perintah tersebut telah termaktub pada kitabnya para Nabi terdahulu “kama kutiba ‘alaikum al-shiyam” sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian.

    Target dari ibadah puasa yang merupakan jihad, sekaligus ujian bagi orang-orang yang benar-benar beriman akan dibuktikan dengan melaksanakan atau tidaknya ibadah puasa, padahal ibadah puasa sejatinya untuk menjadi orang yang bertaqwa ,”la’allakum tattaquun”.

    Maka sesungguhnya taqwa bukanlah menjadi jaminan bagi orang yang berpuasa kecuali ia berpuasa dengan sungguh-sungguh, yang dibarengi dengan rasa keimanan, sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Barang siapa yang berpuasa ramadhan dengan penuh rasa keimanan, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang akan datang dan yang telah lalu” (HR. Bukhari Muslim). Puasa yang benar akan terpenuhinya target, yaitu terjaga dari kemaksiatan, menjadi lemah syahwatnya, serta dapat terhindar perbuatan yang dilakukan oleh umat-umat sebelum kita. Semoga kita selalu mendapatkan bimbingan Allah dan dapat tercapai ketaqwaan di bulan suci Ramadhan ini. Amin.

  • Opini: Ramadhan Sarana Melatih Akhlak

    Ramadhan Sarana Melatih Akhlak
    Oleh: Prof. Wan Jamaluddin, M. Ag., Ph. D
    Rektor UIN Raden Intan Lampung

    Ramadhan sering disebut sebagai bulan yang penuh keberkahan karena pada bulan ramadhan Allah swt, melipat gandakan pahala pada siapa saja yang mengerjakan amal shalih, tidak hanya pada ibadah puasanya dan shalat malamnya, namun juga segala kebaikan yang kita lakukan akan Allah lipat gandakan dibulan yang penuh keberkahan ini. Menyegerakan dalam berbukan merupakan fadhilah, dan melaksanakan sahur di malam harinya juga merupakan fadhilah. Lebih dari itu, puasa ramadhan yang dilakukan oleh setiap orang yang beriman, senantiasa tidak terasa berat, walaupun dikerjakan selama satu bulan lamanya, hal itu tentunya atas dasar spririt untuk menggapai ridha Allah, yaitu nilai derajat tertinggi di sisinya adalah ketaqwaan.

    Selain banyaknya keberkahan di bulan tersebut, bulan ramadhan juga kerap disebut sebagai bulan al-Qur’an (syahrul qur’an) yaitu bulan diturunkannya al-Qur’an. Karena pada bulan ramadhan tersebut diturunkannya al-Qur’an, pada saat Rasulullah saw menyendiri di sebuah gua Hira, yang merupakan tradisi yang dilakukan oleh para nenek moyang tersebut, maka ketika itulah Allah mengutus Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu pertama, yaitu surat al-Alaq. Nabi bergetar hatinya antara sadar dan penuh rasa ketakutan diajarilah oleh Malaikat Jibril untuk melafadzkan wahyu Allah tersebut.

    Bulan ramadhan acap dikenal juga dengan bulan penuh ampunan (syahrun maghfirah), hal itu karena Allah swt., senantiasa mengampuni dosa setiap hamba yang senang menyambut datangnya bulan ramadhan dan menjalankan ibadah puasa penuh dengan keimanan kepada Allah swt. hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadis Nabi Muhammad saw, Barang siapa menjalankan ibadah puasa dengan penuh keimanan, maka Allah akan mengampuni dosanya yang akan datang” (HR. Bukhari Muslim)

    Bulan ramadhan juga sering disebut bulan persaudaraan (syahrul ukhuwwah), yang mana pada bulan ramadhan kaum muslimin diharapkan untuk dapat menjaga persaudaraan dengan cara memberikan zakat, dan bersama-sama melestarikan tradisi shalat tarawih bersama dengan dipandu oleh para muadzin serta bersama-sama bertadarus al-Qur’an serta bersilaturahmi sebagai upaya untuk meraih keberkahan.

    Di bulan ramadhan yang suci dan penuh kemuliaan, umat Islam senantiasa berlomba-lomba untuk melaksanakan ibadah, sehingga kerap kali disebut sebagai bulan ibadah (syahrul ibadah), yaitu bulan yang membuka peluang bagi kaum muslimin untuk beribadah sebanyak-banyaknya, karena Allah akan senantiasa melipat gandakan segala pahala dari ibadah hamba-Nya pada bulan ramadhan, bahkan orang yang membaca al-Qur’an akan mendapatkan nilai pahala, bukan hanya pada setiap kalimat atau ayatnya, bahkan setiap huruf mendapatkan nilai pahala di dalamnya, masya Allah.

    Menjalankan ibadah puasa berarti mengalami suatu ujian yaitu menahan dari lapar dan dahaga serta segala yang membatalkannya, sehingga membutuhkan keseriusan, dan kesungguhan, yang kemudian disebut sebagai bulan jihad (Syahrul Jihad), artinya bahwa puasa merupakan jihad untuk menahan hawa nafsu, menjaga dari lapar dan dahaga mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari dan dari segala hal yang membatalkannya. Sayhrut tarbiyah, bahwa bulan ramadhan merupakan bulan untuk melatih diri kita dan anak-anak kita agar belajar berpuasa, beribadah, membaca al-Qur’an, berdzikir dan sebagainya.

    Pada bulan ramadhan ini ada satu kemuliaan dimana pada bulan tersebut lebih mulai daripada seribu bulan, malam itu disebut sebagai lailatul qadr. Pada bulan ini juga dibukanya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka, hal ini senagaimana disampaikan oleh hadist Rasulullah saw., “Apabila ramadhan datang maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan syaithan-syaithan dibelenggu” (HR. Bukhari). Dalam hadist yang lain dikatakan “Telah datang kepadamu Ramadhan, bulan yang penuh barakah”(HR. Nasa’i dan Ahmad).

    Semoga kita semua senantiasa diberikan kesehatan, kekuatan untuk senantiasa menjalankan ibadah dibulan ramadhan dengan ikhlas, khusyu dan penuh kepasrahan secara totalitas, sehingga dengan inilah nilai ketaqwaan akan senantiasa kita dapati. Wallahu ‘alam.

  • Opini: Menyongsong 10 Hari Kedua Bulan Ramadhan Penuh Maghfirah

    Menyongsong 10 Hari Kedua Bulan Ramadhan Penuh Maghfirah

    Dr. Hj. Siti Nurjanah, M. Ag

    Rektor IAIN Metro

    Bulan ramadhan terdiri dari beberapa fase, fase pertama disebut rahmah yaitu Allah swt, memberikan kasih sayangnya kepada hamba dalam segala lini. Terlebih adalah orang-orang yang beriman, yang secara khusus mendapatkan perintah agung dan mulia sekaligus menguji dengan rasa kasih sayangnya dengan sapaan yang penuh perhatian, yaitu sebutan khusus yaitu “wahai orang-orang yang beriman”. Pada fase sepuluh hari kedua ini, adalah fase transisi setelah Allah menurunkan rahmat-Nya, kemudian Allah memberikan maghfirah dengan dijanjikannya dalam sebuah hadis nabi Muhammad saw, “Barang saiap yang berpuasa dengan penuh rasa keimanan, maka Allah akan senantiasa mengampuni dosa-dosanya yang akan datang” (HR. Bukhari Muslim).

    Pada fase pertama biasanya masjid, mushala dipenuhi dengan jama’ah shalat tarawih, mereka berbondong-bondong untuk berangkat menuju tempat-tempat ibadah dengan ukhuwah islamiyyah dan hati yang tulus ikhlas yang dibarengin dengan rahmah Allah yang Maha Kasih dan Sayang. Fase pertama ini memberikan peluang kepada kaum muslimin untuk diuji keimanannya sehingga mampu memasuki fase kedua yang juga mengandung nilai ibadah yang tinggi hasilnya

    Kemudian masuklah pada fase kedua, yakni suatu fase pengampunan (maghfirah), maksudnya adalah barang siapa yang dapat melewati fase sepuluh hari kedua, maka Allah swt., senantiasa akan memberikan maghfirahnya kepadanya. Betapa mulianya Allah sang Maha Pengampun, yang berkehendak mengampuni setiap hamba-Nya, bahkan dikatakan oleh baginda Rasulullah, bagi siapa saja yang bahagia dengan datangnya bulan Ramadhan, Allah senantiasa mengharamkan jasadnya untuk masuk kedalam api neraka. Begitu mulianya ramadhan, rasa bahagia menyambut datangnya bulan ramadhan saja Allah mengharamkan jasad seorang hamba yang bahagia menyambutnya masya Allah.

    Sebagai manusia yang secara filosofi berasal dari kata nasia yansa, yaitu selalu melekat pada dirinya dosa dan kesalahan, atau dalam filosofi Jawa disebut menungso (menus-menus isine doso), yaitu makhluk yang penuh dengan dosa, bahkan dikatakan setiap anak Adam pasti melakukan kesalahan, dan sebaik-baiknya kesalahan adalah mereka yang bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya taubat, bahkan Rasulullah mengajari kepada kita untuk memperbanyak istighfar, sebagai ikhtiar hamba untuk menghapus segala kesalahan dan dosa. Dan pada saat inilah Allah membuka peluang besar bagi hamba-Nya untuk senantiasa masuk dalam lingkaran keimanan yang menjadi bekal untuk dapat menjalankan ibadah puasa yang merupakan washilah untuk menggapai ketaqwaan di sisi-Nya.

    Semoga dengan spirit iman, amal dan taqwa ini Allah swt, senantiasa memberkahi kita di bulan nan suci dan mulia ini yaitu keberkahan yang tiada berhenti, karena Dialah satu-satunya pemilik kemulyaan dan barang siapa yang mengharapkan kemulyaan, hendaklah mengharapkan dari-Nya. Agar kita semua dapat menjalani fase kedua dengan selamat dan mendapat maghfirah dariNya, sehingga dapat menggapai fase ketiga, yaitu dijauhkan dari siksa api neraka, sehingga kita pada akhirnya mendapatkan kemenangan berupa Idul fitri.

  • Opini: Puasa Dan Ketaqwaan

    Puasa Dan Ketaqwaan

    Oleh : Ahmad Muttaqin, M.Ag

    Pengurus PKMB UIN Raden Intan Lampung

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

    “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)

    Firman Allah SWT diatas merupakan ayat yang menunjukkan pensyaria’atan puasa ramadhan bagi umat Islam. Tujuan puasa yang disyari’atkan Allah SWT tersebut menunjukkan bahwa kewajiban puasa bukanlah perintah yang tidak bermakna apa-apa, tujuan dari perintah kewajiban puasa pada akhirnya adalah agar tercapainya derajat taqwa bagi yang melaksanakannya.

    Ayat diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan ibadah puasa memiliki korelasi dalam pencapaian derajat taqwa, artinya terdapat banyak kandungan hikmah dan penempaan ruhani yang dapat dicapai dalam pelaksannaan ibadah puasa, hingga title taqwa, orang-orany muttaqin bias diraih, orang-orang yang layak mendapat ganjaran Syurga.

    Puasa dalam bahasa arab disebut dengan lafald al-ṣaum/ al-ṣiyām. yang memiliki makna dasar “Menahan dari sesuatu atau, sebagaimana yang kita pahami dalam tuntunan syariat. Yakni, menahan dari segala sesuatu yang awalnya diperbolehkan oleh syariat, dari terbitnya fajar hingga tenggelamnya matahari.

    Para ahli hikmah menyebutkan adanya tingkatan dalam ibadah puasa. Puasa tidak hanya sekedar dimaknai hanya sebagai menahan dari rasa haus dan lapar, atau menahan dari gairah seksual saja. Yakni: ada puasanya ahli syariat. Ada puasanya ahli tarekat. Demikian juga, ada puasanya ahli hakikat.  Mengutip  pesan Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, Puasa memiliki tiga tingkat. Yakni puasanya orang awam, puasanya orang khusus ‎dan puasa khusus buat orang khusus.

    Puasa level pertama disebut sebagai shaumul umum atau puasanya orang awam. Level puasa ini adalah yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang atau sudah menjadi kebiasaan umum. Praktik puasa yang dilakukan di level ini sebatas menahan haus dan lapar serta hal-hal lain yang membatalkan puasa secara syariat.

    Kedua disebut sebagai shaumul khushus atau puasanya orang-orang spesial. Mereka berpuasa lebih dari sekadar untuk menahan haus, lapar dan hal-hal yang membatalkan. Tapi mereka juga berpuasa untuk menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan segala anggota badannya dari perbuatan dosa dan maksiat. Mulutnya bukan saja menahan diri dari mengunyah, tapi juga menahan diri dari menggunjing, bergosip, apalagi memfitnah.

    Adapun level yang paling tinggi menurut klasifikasi Imam Al-Ghazali, disebut shaumul khushusil khushus. Inilah praktik puasanya orang-orang istimewa, excellent, Mereka tidak saja menahan diri dari maksiat, tapi juga menahan hatinya dari keraguan akan hal-hal keakhiratan. Menahan pikirannya dari masalah duniawiyah, serta menjaga diri dari berpikir kepada selain Allah.  Standar batalnya puasa bagi mereka sangat tinggi, yaitu apabila terbersit di dalam hati dan pikirannya tentang selain Allah, seperti cenderung memikirkan harta dan kekayaan dunia. Bahkan, menurut kelompok ketiga ini puasa dapat terkurangi nilainya dan bahkan dianggap batal apabila di dalam hati tersirat keraguan, meski sedikit saja, atas kekuasaan Allah. Puasa kategori level ketiga ini adalah puasanya para nabi, shiddiqin dan muqarrabin, sementara di level kedua adalah puasanya orang-orang shalih.

    Fase-fase tingkatan yang diungkapkan oleh al-Ghazali, tetntu saja bukanlah tingkatan yang didapat begitu saja, melainkan melalui penempaan ruhani, terus bermujahadah melatih daya ruhani, oleh karena itu sangat dianjurkan mengisi bulan ramadhan dengan ibadah-ibadah sunnah lainnya, seperti berzikir, tadarus, tarawih dan sebagainya, sehingga ruhani memilik kemampuan mengontrol dan mengendalikan nafsu agar lebih terarah dan tidak terbawa pada arus nafsu rendah.

    Adapun Taqwa, Secara etimologi takwa berasal dari kata waqa – yaqi – wiqayah yang artinya menjaga diri, menghindari dan menjauhi. Sedangkan pengertian takwa secara terminologi, takwa adalah takut kepada Allah berdasarkan kesadaran dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta takut terjerumus dalam perbuatan dosa. Menurut Quraish Shihab, taqwa, terambil dari akar kata yang bermakna menghindar, menjauhi atau menjaga diri. Jadi orang yang bertaqwa adalah orang yang menghindari, menjauhi atau menjaga diri. Atau dengan kata lain; taqwa adalah upaya sungguh-sungguh untuk memelihara, menjauhkan diri dari siksaan atau adzab Allah dengan cara menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

    Dengan demikian takwa atau sifat ketakwaan, secara ruhani menyiratkan kemampuan untuk menahan, menghindari ataupun menjauhi dari desakan nafsu-nafsu rendah, atau nafsu buruk bahkan lebih terdorong pada  dorongan kebaikan. Watak yang mampu menguasai dan mengontrol dirinya dari keburukan-keburukan, sehingga seseorang tidak jatuh dalam kenistaan dan kehancuran diri.

    Dari sini kita bias mengambil benang merah korelasi antar puasa dan ketaqwaan itu sendiri. Ada ungkapan, ‘ berapa banyak manusia yang hancur kehidupan dirinya karena tidak mampu mengontrol keinginan-keinginannya”,.  Dengan puasa kita dilatih untuk menahan dari keinginan-keinginan yang berlebih, bahkan yang halal sekalipun, . upaya melatih ruhani kita, emosi dan nafsu kita, sehingga menjadi pribadi yang penuh mawas diri, mampu mengontrol dirinya, bukan hanya dari nafsu atau keinginan buruk tapi juga keinginan-keinginan duniawi lainnya yang berlebihan, dan hanya mengarahkan seluruh hidupnya hanya pada Allah SWT.  pribadi muttaqin, pribadi Ketaakwaan.

    Wallahul Muwafieq ila aqwith thariq

    Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

  • PMII Kota Metro, Lampung Tolak Kenaikan Harga Sembako

    Metro: Pengurus Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Metro, Provinsi Lampung, akan turunkan massa menolak kebijakan pemerintah yang membuat masyarakat tersiksa. Tolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), tolak kenaikan harga bahan pokok, sampai tolak kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

    “Saya rasa melihat kondisi hari ini, sudah sangat kongkrit untuk mahasiswa turun kejalan”, terang Amanda Wijaya, Ketua PC PMII Kota Metro, Jum’at (8/4/2022) siang.

    Keterpurukan ekonomi masyarakat akibat Pandemi Covid-19 belum terselesaikan. Pimpinan PC PMII Kota Metro, Amanda Wijaya menganggap Pemerintah seharusnya dapat membuat kebijakan pro-rakyat untuk membuat kebijakan yang dapat memulihkan perekonomian nasional.

    “Dalam Kondisi Seperti ini Pandemi Covid 19 bukanya pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan yang pas malah membuat kebijakan yang imbasnya tidak berpihak kepada rakyat,” ungkapnya.

    Lebih lanjut, Amanda Wijaya memandang masuk bulan April akan jauh lebih baik dari pada sebelumnya, tetapi nyatanya makin diperparah dengan kenaikan harga di berbagai sektor yang terus bermunculan.

    “Pada awal bulan April sendiri kita di sambut dengan Kenaikan BBM yang sebelumnya 9.600 menjadi 12.750, Kenaikan Harga Bahan Pokok, Kenaikan PPN 10% Menjadi 11%,” tambahnya.

    Amanda Wijaya juga menyoroti akan kegagalan pemerintahan dalam prinsip Good Governance.

    “Melihat kondisi seperti ini artinya suatu kegagalan bagi Pemerintah dalam melihat realitas sosial yang ada,” tegasnya.

    Seruan menolak kenaikan BBM, Menolak kenaikan harga bahan pokok dan menolak kenaikan PPN sudah dilontarkannya melalui media sosial. Ia juga akan turun bersama mahasiswa yang tergabung di PC PMII Kota Metro untuk aksi turun ke jalan baik di daerah maupun di pusat nantinya.

    “Disini saya Amanda Wijaya Ketua Umum Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Kota Metro Menolak Kenaikan BBM, Menolak Kenaikan Harga Bahan Pokok, menolak kenaikan PPN dan menolak perpanjangan masa jabatan Presiden Republik Indonesia” Pungkasnya. (Akhmad Syarief Kurniawan)

  • Opini: Ramadhan Sarana Amal Shalih

    RAMADHAN SARANA AMAL SHALIH
    Dr. Agus Hermanto
    Dosen Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung

    Rasulullah SAW bersabda: “Ditanya Rasulullah SAW tentang siapa manusia yang paling banyak masuk surganya Allah? Maka rasul menjawab, taqwa kepada Allah dan berakhlak mulia, kemudian ditanya tentang siapa manusia yang paling banyak dimasukkan ke dalam nerakanya Allah? Maka Rasulullah menjawab, mulut dan kemaluan. (HR. Tirmidzi)

    Taqwa dan akhlakul karimah merupakan jalan menuju surganya Allah SWT, maka daripada itu, kita harus berlomba-lomba untuk senantiasa mendapatkan ketaqwaan kita kepada Allah. Puasa ramadhan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah, dengan spirit inilah semoga kita senantiasa mendapatkan kebwrkahannya (la’allakum tattaqun) yaitu menjadi orang yang bertaqwa.

    Sebaliknya bahwa mulut adalah sarana untuk menghantarkan manusia dimasukkan kedalam nerakanya Allah, manakala manusia tidak mampu mengendalikannya (salaamatul insaani fi hiddzi al lisan) keselamatan manusia ada pada menjaga lisan. Hal ini sangat penting, karena bisa jadi seseorang tergelincir bukan karena kakinya namun ia tergelincir karena lisannya.

    Selain lisan juga kemaluan, yang menjadi sumber bencana, yaitu manakala seseorang tidak mampu mengendalikan syahwatnya., sehingganya ia selalu dalam kemaksiatan, lebih lebih di bulan ramadhan, bahwa ujian yang terbesar selama berpuasa adalah bukan karena menahan dari makan dan minum, melainkan karena menahan syahwat yang merupakan jihad besar selama ramadhan dan di luarnya (asyaddu al-jihad, jihad al-hawaa)

    Kesehatan adalah sarana utama seseorang melakukan amal shalih, sehingga kesehatan dan ketenangan hati lebih berharga dari harta kekayaan (al shihhah wa raahatu al-baali, aghlaa min al-kunuuzi wa al-maali).

    Ketengan hati sangat dibutuhkan dalam beribadah, karena dengan hati yang tenang akan dapat menghadirkan keikhlasan dan kekhusyukan dalam beribadah. Selain itu juga ketenangan hati sejatinya adalah buah dari ketaqwaan kepada Allah, yang dengan ketaqwa tersebut akan menghadirkan ketenangan. Yang terpenting adalah bagaimana dapat menghadirkan ketenangan tersebut dalam kehidupan kita, dan setiap langkah kita?

    Imam Hasan Al Bisri mengatakan, “Sesungguhnya setiap hamba akan selalu dalam kebaikan, manakala nasehat selalu hadir pada dirinya dan ia selalu melakukan muhasabah (introspeksi diri) pada dirinya.

    Mengingat bahwa manusia sumber kelalaian, sehingga setiap saat harus senantiasa adanya nasehat yang datang, karena nasehat merupakan sugesti sekaligus motivasi dalam kehidupan, introspeksi diri adalah kontrol diri agar manusia tidak selalu dalam kesalahan, kelalaian dan kekhilafan. Semoga kita senantiasa mendapatkan keberkahan ramadhan, dan menjadikan ramadhan sebagai sarana untuk memperbanyak amal shalih. Wallahu a’lam.

  • Opini: Iman Sebagai Bekal Puasa

    IMAN SEBAGAI BEKAL PUASA
    Dr. Agus Hermanto
    Dosen Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung

    Marhaban ya ramadhan, bulan penuh keberkahan. Semaraka ramainaya di masjid-masjid, mushola-mushola menjadi ciri khas tradisi Islam di Indonesia yang tidak terlupakan, sentralisasi masjid yang menjadi media beribadah bagi umat muslim, baik meriah tarawih di malam harinya dengan sahutan bilal yang membuka relung-relung hati setiap insan yang beriman untuk tetap semangat membangun kebersamaan dengan sebuah orientasi ketaqwaan kepada Allah SWT.

    Setelah selesainya shalat malam, ditambah kemeriahan tadarus al Qur’an yang saling bersahutan dengan berlomba-lomba untuk dapat mengkhatamkannya, seruan ini tidak lain adalah kemeriahan yang dibangun atas dasar iman kepada Allah SWT., yang telah memberikan kesehatan kepada kita semua, karena kesehatan dan ketenangan dalam hati sesungguhnya lebih mulia daripada harta dan kekayaan (al- shihhatu wa raahatu al-baali, aghlaa min al-kunuuzi wa al-amwaali.)

    Keberkahan ramadhan senantiasa disarasakan setiap insan, tidak hanya yang khusu’ berpuasa di siang hatinya, shalat tarawih di malam harinya, tadarus dan amaliyah lainnya selama bulan Ramadhan, bahkan orang yang belum tentu bagian dari itupun mendapatkan keberkahan ramadhan, pedagang kaki lima menjamur di seluruh sudut sudut kota di sepanjang jalan, dengan keberkahan ramadhan, maka laris manis terjual tanpa sisa di setiap harinya, subhanallah.

    Namun demikian, sebagai orang yang beriman dalam panggilan yang sangat sederhana, secara tidak langsung masuknya kita dalam sebuah lingkaran keimanan, maka kita harus benar-benar mampu mengendalikan diri dengan menahan segala yang membatalkan mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari, dari segala makanan dan minuman serta hubungan seksual.

    Ada kemeriahan tersendiri pada saat berbuka dan sahur, terkadang ada banyak menu makanan yang kita siapkan, namun karena dasar iman yang melekat pada diri kita, segala hal tersebut kita membatasinya agar senantiasa mendapatkan keberkahan ramadhan.

    Kemeriahan ramadhan kali ini, tentu berbeda jauh dengan dua tahun yang lalu, dimana setiap kita dalam kekhawatiran dan kewaswasan karena adanya covid 19, hingga akhirnya aktivitas menjadi terbatas, hingga ibadah shalat tarawih punya sebagian melakukannya berjamaah dengan bersembunyi dan sebagian lainnya shalat sendirian, sungguh keberkahan yang tiada tara ramadhan kali ini, sehingga segala aktifitas dan tradisi selama ramadhan pada tahun tahun lalu dapat dilaksanakan kembali. Semua itu tidak lain adalah atas spirit keimanan yang melekat demi menggapai taqwa llah. Wallahu a’lam.

  • Perangi Narkoba, MUI Lampung Jalin kerjasama dengan BNN

    Bandar Lampung: Sebagai perwujudan himayatul ummah (menjaga umat) yang menjadi bagian tugas pokoknya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung terus bergerak menjalankan fungsinya sebagai khadimul ummah (pelayan umat). Untuk memaksimalkan pergerakannya, MUI Lampung menggandeng berbagai pihak terkait di antaranya yang terbaru dengan melakukan kerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN).

    Kerjasama tersebut ditandai dengan penandatanganan kerjasama penanggulangan narkotika dengan BNN Provinsi lampung di Kantor MUI Provinsi Lampung di Komplek Islamic Center rajabasa Bandarlampung pada Senin (4/4/2022). Hadir pada penandatangan tersebut Ketua Umum MUI Lampung Prof KH Mohammad Mukri dan Ketua BNN Lampung Drs Edi Swasono didampingi sejumlah pengurus MUI dan pegawai BNN Lampung.

    Dalam pertemuan tersebut, Prof Mukri mengungkapkan bahwa MUI memiliki peran strategis untuk membantu mengatasi berbagai persoalan bangsa di antaranya penyalahgunaan narkoba. Jika tidak ditangani dan diselesaikan dengan serius menurutnya, narkoba bisa mengancam kelangsungan kehidupan generasi bangsa. Lebih dari itu, narkoba mengancam keamanan, ketenangan, dan kemaslahatan kehidupan di masyarakat.

    “Dalam hal ini, MUI Lampung siap membantu BNN dalam menangani persoalan narkoba ini,” tegas Prof Mukri yang juga Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini.

    Sementara Edi Swasono mengungkapkan fakta penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat memprihatinkan. Bukan hanya disalahgunakan oleh mereka yang secara ekonomi berada pada posisi menengah ke atas, namun saat ini, penyalahgunaan narkoba sudah sampai ke lapisan masyarakat yang paling bawah.

    Di Lampung sendiri, berdasarkan data yang dimiliki BNN, terdapat 31 ribu pengguna narkoba. Angka yang memprihatinkan ini harus segera mendapatkan perhatian serius untuk diperangi bukan saja oleh BNN namun seluruh elemen masyarakat harus bahu-membahu memberantasnya.

    “Tugas yang bisa dilakukan adalah rehabilitasi. Oleh karena itu, perlu dipahamkan ke masyarakat bahwa Penyandu atau pengguna adalah korban, bukan tersangka. Dalam konteks inilah, membutuhkan partisipasi MUI untuk mensosialisasikan, agar para pengguna mau melapor dan bisa direhabilitasi,” ungkapnya.

    Ia menilai MUI Lampung memiliki peran yang sentral dan sangat strategis terlebih saat ini ditengarai akan muncul kolaborasi antara mafia narkoba dengan terorisme. Kondisi ini tentu perlu diwaspadai dan kerjasama dengan MUI ini menjadi salah satu jawaban nyatanya. (Muhammad Faizin)

  • Inilah Pesan Katib Syuriah PBNU, KH Muhyidin Thohir, M.Pd.I Ketika Penutupan Konfercab ke-XIII NU Lampung Tengah

    Lampung Tengah: Konferensi Cabang (Konfercab) ke-XIII NU Lampung Tengah ini akan melahirkan Ketua NU Lampung Tengah. Sebagai organisasi terbesar di Indonesia, NU mempunyai peran strategis dalam perjalanan bangsa kita sejak zaman sebelum merdeka hingga saat ini. Oleh sebab itu, keberadaan NU dan organisasi-organisasi di bawah naungannya sangat membantu pemerintah daerah untuk mencari solusi atas permasalahan keagamaan yang dihadapi.

    Hal tersebut disampaikan Katib Syuriah PBNU, KH Muhyidin Thohir, M.Pd.I ketika penutupan Konfercab ke-XIII NU Lampung Tengah, di aula lantai II gedung Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Kalirejo, Kamis (31/3/2022) petang.

    “Saya ucapkan selamat kepada KH Nur Daim, sebagai Rais Syuriah PCNU Lampung Tengah masa khidmat 2022-2027 dan KH. Ngasifudin sebagai Ketua PCNU Lampung Tengah masa khidmat 2022-2027, semoga NU Lampung Tengah semakin maju dan lebih baik,” tambah dosen IAIM NU Kota Metro ini.

    “Alhmadulillah konfercab ke-XIII NU Lampung Tengah berakhir dengan senyum, inilah dinamika dalam organisasi, NU adalah jam’iyah ijtima’iyah diniiyyah, bukan jam’iyyah iqtishadiyyah, oleh karena itu NU Lampung Tengah harus lebih baik, dan jangan ada rangkap jabatan, baik level PCNU maupun MWC NU, silahkan pilih salah satu. PCNU Lampung Tengah harus proaktif, antara PWNU Lampung, dan PBNU harus bersama, saling silaturahim, koordinasi dan komunikasi,” tambah mantan Wakil Sekretaris PWNU Provinsi Lampung ini.

    Salah satu panitia pelaksana (Organizing Committee) Konfercab ke-XIII NU Lampung Tengah, Kiai Maslahus Surur, M.Pd.I, ditempat yang sama menyampaikan, Konfercab ke-XIII NU Lampung Tengah tahun 2022 ini digelar selama dua hari Rabu-Kamis, (30-31/3/2022).

    “Adapun tempat Konferensi Cabang ke-XIII NU Lampung Tengah tahun 2022 ini dibagi beberapa tempat, antaralain; digedung MWC NU Kalirejo, komplek Lembaga Pendidikan Ma’arif NU, MA Ma’arif 4 Kalirejo, SMK Ma’arif 1 Kalirejo, SMP Islam Islam 1 Kalirejo, dan komplek Pesantren Al Ihya Kalirejo,” tambah alumni Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung ini.

    “Konferensi Cabang ke-XIII NU Lampung Tengah juga di ikuti 29 MWC NU se-Lampung Tengah serta utusan Lembaga NU dan Badan Otonom NU, para pengasuh Pondok Pesantren, Katib Syuriah PBNU, KH. Muhyidin Thohir, M.Pd.I, Plh PWNU Lampung, Prof. H. Alamsyah, Bupati Lampung Tengah, Musa Ahmad, S.Sos, Wakil Bupati Lampung Tengah, dr. Ardito Wijaya, Camat Kalirejo, Priyadi, Dandim 0411 Lampung Tengah, Kapolres Lampung Tengah, Anggota DPRD Lampung, Jauharoh Hadad, Anggota DPRD Lampung Tengah dan lain-lain” tambah alumni PKPNU Kota Metro ini.

    “Tema besar yang diusung agenda rutin lima tahunan ini, Konfercab ke-XIII NU Lampung Tengah tahun 2022 ini adalah Merawat Tradisi Yang Baik, Mengadopsi Modernisasi Yang Lebih Baik, Menuju Satu Abad Nahdlatul Ulama,” tutup ASN Kemenag Lampung Tengah ini. (Akhmad Syarief Kurniawan)