Breaking NewsOpini

Opini: Menyemai Kedamaian dari Langit dan Tradisi: Refleksi Peringatan Isra’ Mi’raj dan Tahun Baru Imlek 2025

Menyemai Kedamaian dari Langit dan Tradisi: Refleksi Peringatan Isra’ Mi’raj dan Tahun Baru Imlek 2025

Suryani
Koordinator Bidang Pemberdayaan
Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)
Provinsi Lampung

Pendahuluan
Indonesia, dengan keberagaman agama, budaya, dan tradisinya, merupakan cerminan harmoni yang memerlukan pemeliharaan berkelanjutan. Di bulan Januari 2025, ada dua perayaan besar : Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW pada 27 Januari bertepatan dengan tanggal 27 Rajab 1446 H, dan Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili pada 29 Januari, menjadi momentum refleksi bersama untuk memperkuat nilai-nilai religius dan humanis dalam membangun kedamaian di Indonesia, khususnya di bumi Lampung.

Isra’ Mi’raj: Spiritualitas dan Kebijaksanaan Langit
Peringatan Isra’ Mi’raj mengajarkan umat Islam tentang perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW yang menerima perintah sholat sebagai bentuk komunikasi langsung antara manusia dan Tuhan. Peristiwa ini mengandung pesan universal tentang pentingnya hubungan vertikal (hablum minallah) yang dilandasi oleh ketaatan, keimanan, dan kejujuran. Nilai-nilai ini relevan dalam membangun masyarakat yang adil dan harmonis, dimana setiap individu harus mengedepankan kejujuran dan tanggung jawab moral dalam menjalani kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Imlek: Harmoni dalam Tradisi dan Keluarga
Tahun Baru Imlek, sebagai perayaan yang sarat dengan makna budaya, mengajarkan tentang pentingnya harmoni dalam hubungan horizontal (hablum minannas). Tradisi berkumpul bersama keluarga, berbagi kebahagiaan, dan saling mendo’akan menjadi pengingat bahwa keberagaman adalah kekuatan untuk membangun solidaritas.
Yin dan Yang (konsep dalam filosofi Tionghoa) yang biasanya digunakan untuk mendeskripsikan sifat kekuatan yang saling berhubungan dan berlawanan di dunia ini dan bagaimana mereka saling membangun satu sama lain. Filosofi Tionghoa ini juga mengajarkan keseimbangan dalam kehidupan, baik secara individu maupun dalam masyarakat.

Perspektif Religius dan Humanis dalam Membangun Harmoni
Isra’ Mi’raj dan Imlek, meskipun berasal dari tradisi yang berbeda, memiliki pesan mendalam yang dapat saling melengkapi dalam membangun kedamaian di Indonesia. Pesan spiritualitas dari Isra’ Mi’raj menguatkan moralitas individu, sementara pesan kolektivitas dari Imlek menekankan pentingnya solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam konteks ke-Indonesia-an, kedua perayaan ini mengajarkan toleransi sebagai fondasi kehidupan berbangsa. Ketika umat Islam dan masyarakat Tionghoa dapat saling menghormati, berbagi ruang sosial, dan mengapresiasi perbedaan, tercipta harmoni yang memperkokoh persatuan.

Arah Kebijakan dan Pendidikan Multikultural
Untuk mewujudkan harmoni ini, peran pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat sangat penting. Pemerintah dapat mendorong dialog lintas agama dan budaya melalui kebijakan inklusif. Sementara itu, pendidikan multikultural di sekolah-sekolah perlu menanamkan nilai toleransi dan pengakuan terhadap keberagaman sejak dini.

Penutup
Peringatan Isra’ Mi’raj dan Imlek bukan sekadar perayaan agama dan tradisi, melainkan kesempatan untuk merefleksikan nilai-nilai universal yang menyatukan kita sebagai manusia. Dengan menyemai kedamaian dari langit spiritualitas dan tradisi budaya, kita dapat memperkokoh harmoni di Indonesia khususnya di provinsi Lampung yang beragam. Mari jadikan perbedaan sebagai rahmat yang menguatkan, bukan sekedar simbol kebhinekaan.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button