Ideologi Politik: Pilihan Antara Individu dan Kepentingan Kolektif

Ideologi Politik: Pilihan Antara Individu dan Kepentingan Kolektif
Dr. Abdul Aziz, S.H., MPd.I
Sekretaris Umum MUI Kota Bandar Lampung
Ideologi secara simplistik bisa definisikan sebagai sistem berfikir yang berlandaskan nilai-nilai yang diyakini, untuk mencapai keadilan dan kemakmuran bersama. Pemikiran besar ini menjadi visi, misi dan tujuan besar, agar aplikatif dan hadir nyata ditengah masyarakat, maka harus di breakdown menjadi paket paket regulasi dan kebijakan publik.
Apabila ada paket regulasi dan kebijakan publik yang menjunjung tinggi kemerdekaan dan kebebasan individu menjadi syarat mutlak bagi kemakmuran ekonomi, negara dan pemerintah tidak boleh ikut campur terhadap pasar, negara dan pemeritah hanya memastikan hak indivindu tidak dilanggar oleh individu yang lain, tidak ada batasan norma agama secara pasti, batasan moralitas sekedar kesepakatan parlemen. Inilah ruh Ideologi Liberalisme.
Argumentasi sebaliknya, bahwa kemakmuran ekonomi dan keadilan sosial yang sejati hanya bisa dicapai apabila kepentingan individu tunduk kepada kepentingan kolektif. Artinya negara dan pemerintah harus membreakdown paket-paket regulasi dan kebijakan publik yang menjamin kepentingan kolektif, sehingga bisa mencapai adil dan makmur bersama-sama. Inilah ruh ideologi sosialisme.
Dalam perkembangannya, kedua ideologi ini mengalami spektrum ideologis yang sangat dinamis, seolah terus bergerak asimetris tanpa batas, ada yang berusaha mengkombinasi keduanya dengan berusaha mengambil jalan tengah, ada juga yang membuat peta jalan ketiga, bahkan ada yang berijtihad, mengawinkan dengan doktrin agama. Tentu spektrum ini akan terus berkembang dinamis.
Seseorang berani mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi pemimpin politik, karena memiliki pemikiran besar bagaimana cara yang paling efektif untuk mencapai keadilan dan kemakmuran bersama, jadi membutuhkan ideologi politik dan turunannya, desain paket-paket regulasi dan kebijakan publik, atau hanya sekedar ingin memiliki kekuasaaan semata yang tentu saja berkonsekuensi pada kemakmuran diri, keluarga dan kelompoknya, maka tidak perlu ideologi politik, cukup tebar pesona dilengkapi jargon dangkal tak bermakna dan caci maki terhadap lawan politik, atau kedua-duanya, tinggal mana yang paling dominan.