Breaking NewsHOMEOpini

Opini: Dakwah Ekologi

Dakwah Ekologi
Dr. Agus Hermanto, MHI
Dosen UIN Raden Intan Lampung

Fenomena sampah di lingkungan kita kerap kali menimbulkan persoalan baru hingga menjadi banyaknya pencemaran terhadap lingkungan dan menjadi penyebab terjadinya banjir pada setiap sudut kota. Hal ini tentunya bukan hanya pada persoalan bagaimana pengelolaan sampah, dan bagaimana kepedulian seseorang terhadap sampah hingga mau membuang sampai pada tempatnya. Namun juga hal yang juga tidak kalah penting adalah kepedulian seseorang kepada orang lain dan kemudian peduli serta mau mengingatkan kepada orang lain.

Beberapa hal pokok ini tentunya berkaitan erat dengan disiplin ilmu yang berbeda. Jika persoalan adalah banyaknya jumlah sampah dimasyarakat hingga upaya penanggulangannya adalah bagian dari ilmu lingkungan, dan hukum seseorang membuang sampah sembarangan hingga kemudharatan sampah termasuk ilmu fikih lingkungan, sedangkan kepedulian seseorang kepada orang lain hingga mengajak untuk membuang sampah pada tempatnya dan larangan kepada orang lain agar senantiasa tidak membuang sampah sembarangan adalah dakwah ekologi, sedangkan bagaimana pandangan Islam terhadap kebersihan adalah adalah Islam dan lingkungan hidup.

Persoalan sampah tidak hanya persoalan lingkungan, tapi juga merupakan persoalan yang diperhatikan oleh agama Islam agar kita sebagai hamba Allah senantiasa menjaga kebersihan, sehingga dikatakan dalah kata mutiara “kebersihan adalah bagian dari iman”. Kebersihan adalah akhlak, sehingga orang yang hidupnya bersih berarti ia miliki akhlak yang mulia dan ia memiliki iman yang kokok, karena agama peduli terhadap kebersihan, sedangkan orang yang benar beriman akan selalu peka terhadap lingkungan.

Tujuan dakwah adalah menyampaikan pesan agama agar dipatuhi oleh orang lain hingga pesan tersebut diterima dengan baik dan dijalankan olehnya. Maka dalam menyeru orang lain agar menerima atas enakan orang lain haruslah mampu memiliki metode dalam menyeru. Dalam firman Allah dijelaskan dalam surat al-Nahl ayat 125, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Pertama yang harus kita perhatikan dalam menyeru dalam konteks ekologi adalah dengan cara hikmah, yaitu memberi contoh, seperti halnya membuang sampah pada tempatnya, cara yang paling efektif untuk menyeru adalah memberi nasehat-nasehat baik kepada orang lain dan tidak menjustifikasi. Kedua, menyeru seseorang dalam hal merawat lingkungan adalah dengan cara memberi contoh, secara peribadi seorang penyeru harus mampu mengendalikan diri hingga memberikan contoh mulia tentang pentingnya merawat lingkungan yang dalam hal ini adalah membuanv sampah pada tempatnya, sehingga penyeru atau pendakwah tidak hanya memberi nasehat belaka, melainkan juga mengimplementasikan. Ketiga, cara yang sedikit agak membutuhkan argumen ilmiah dan rasional adalah cara yang ketiga, yaitu ketika orang yang diseru mengabaikan atas ajakan penyeru atau pendakwah, maka penyeru memiliki suatu metode beradu argumen atas pentingnya merawat lingkungan, terutama mengenai persoalan bahaya sampah, kebersihan adalah hal yang akan mendatangkan kenyaman dan kesehatan serta argumen lainnya yang dapat meluluhkan hati orang yang diseru.

Hal yang harus disadari oleh penyeru adalah bahwa dakwah itu menyeru pada jalan Allah, bukan untuk sombong hingga adanya perasaan bahwa dirinya adalah segalanya. Ingat firman Allah dalam surat al-Asyr, “saling menasehati dalam hal kebenaran dan saling menasehati dalam hal kesabaran” Artinya bahwa kita tidak mampu hidup sendiri, sehingga pada saatnya kita mengajak, namun pada saatnya pula kadang kita diajak orang lain kejalan Allah untuk senantiasa menggapai ridha-Nya. Mengingat bahwa meneri argumen yang ilmiah dan rasional adalah jalan yang ahsan (baik dan mulia) maka penting bagi seorang hamba untuk senantiasa menjaga diri dan mampuengendalikan diri untuk juga ikut serta menjadi hamba yang mulia.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button