Opini: Santri, Dakwah Literasi

Santri, Dakwah Literasi
Dr. Agus Hermanto, MHI
Dosen UIN Raden Intan Lampung
Dakwah adalah menyeru pada jalan kebenaran, yaitu menyampaikan pesan agama agar orang yang diseru senantiasa dapat menerima dengan tulus, karena tugas manusia adalah saling mengingatkan dalam kebenaran dan dalam kesabaran. Pada sisi yang lain manusia juga kerap kali khilaf, sehingga mad’u yaitu orang yang terpanggil hendaklah dapat menerima dengan lapang dada, selama nilai-nilai yang disampaikan oleh da’i adalah kebenaran agama.
Sedangkan metode dakwah tentunya sangatlah beragam, sehingga tiap da’i (pendakwah) tidak harus mengatakan bahwa cara atau metode yang digunakan adalah yang paling baik dan benar. Karna dakwah dapat dilakukan di mimbar, podium, bahkan juga di panggung-panggung, hingga melalui peraga tertentu selain orasi dan tabligh. Pada saat ini, dakwah digital juga bukanlah hal yang asing digunakan oleh para da’i. Bahkan dapat dikatakan bahwa dakwah digital lebih menyentuh bagi para generasi milenial, karena generasi ini nyaris waktunya sangat banyak dimanfaatkan untuk berselancar di media sosial, sehingga ajakan dan seruan singkat kerap kali dimanfaatkan untuk berdakwah.
Meskipun demikian, tidak juga terlupakan bahwa dakwah literasi juga hal yang dapat digunakan oleh da’i. Jika pada masa lalu para ulama sangat konsentrasi pada kitab turats yang hingga hari ini dapat kita pelajari, maka pada hari ini sejatinya dakwah literasi kerap kali dimudahkan dengan adanya digitalisasi, mulai dari opini, hingga tulisan-tulisan populer lainnya yang dapat kita bagikan melalui media-media bahkan dalam bentuk artikel hingga buku, karena karya buku ilmiah juga pada saat ini selain dicetak dalam bentuk buku, juga kerap kali dapat dilihat pada situs atau link tertentu, hingga bermanfaat bagi hailayak banyak.
Dakwah literasi juga merupakan jariyah yang dapat dinikmati oleh penulisnya, selama tulisan yang dipublikasikan adalah berdampak manfaat dan bermaslahat. Dakwah literasi sejatinya peluang besar bagi santri, karena santri dengan proses ngaji pada Kyai, akan banyak yang dipahami dan dimengerti, sehingga pemahaman tersebut dapat diliterasikan guna berkontribusi generasi masa kini, hingga mereka mendapatkan pemahaman yang berarti dan bernilai. Sebaliknya, jika dakwah literasi tidak banyak dilakukan oleh santri, maka peluang berselancar para generasi kini, akan banyak terjebak pada aplikasi-aplikasi yang tidak berarti. Literasi santri tentunya lebih dapat menyentuh generasi, sopan, santun hingga renyah untuk dinikmati, mengingat generasi masa kita tidak membutuhkan caci maki, melainkan kelembutan hati.