Konten Keagamaan dan Kebangsaan Pendorong Ukhuwah Islamiyah dan Wathaniyah
Jakarta: Wakil Sekjen PBNU H Masduqi Baidlowi menjelaskan bahwa saat ini berbagai penilaian positif tentang Islam di Indonesia bermunculan. Diantaranya Islam Indonesia merupakan Islam moderat yang sesuai dengan politik demokrasi yang dianut. Islam Indonesia juga merupakan penyumbang terbesar terhadap proses terjadinya Indonesia sebagai ‘Bhineka adalah Kita’.
“Namun, di sisi lain ada juga kelompok yang menilai bahwa NKRI harus menggunakan sistem syariah dan Piagam Jakarta harus diperjuangkan kembali. Indonesia adalah bagian dari negara khilafah sampai-sampai ada yang mengatakan NKRI adalah negara kafir, thaghut dan harus menjadi negara Islam,” katanya pada Silaturahmi Nasional yang dilaksanakan oleh Lembaga Pentashih Buku dan Konten Keislaman Majelis Ulama Indonesia (LPBKI-MUI) di Hotel Santika Taman Mini Indonesia Indah Jakarta, Kamis (7/12).
Dua pandangan tersebut, menurutnya saling berebut pengaruh melalui konten-konten di media baik cetak maupun elektronik. Apalagi Indonesia merupakan negara terbesar ketiga pengguna internet di dunia dan merupakan pangsa strategis dalam menyebarkan konten-konten yang dapat dengan mudah diakses.
Sehingga muncul pertanyaan ke arah mana konten khususnya keislaman kontemporer akan bergerak? Akankah konten-konten bernada negatif, pesimistis dan provokatif mendominasi dunia maya dan buku-buku bacaan? Ini menurutnya memerlukan perhatian serius dari para pihak-pihak terkait.
Pria yang juga Ketua Komisi Informasi dan Komunikasi MUI Pusat ini berharap penilaian-penilaian tentang keislaman di Indonesia harus diselaraskan dengan cita-cita perjuangan para pendiri bangsa dalam mewujudkan NKRI.
“Konsep keagamaan dan kebangsaan di Indonesia sudah terwujud dengan baik. Untuk menyatukan dua hal ini negara-negara lain sampai berdarah-darah (mengupayakannya) dan itupun belum selesai,” katanya pada kegiatan bertema Peningkatan Produktivitas dan Kualitas Konten Keislaman untuk Penguatan ukhuwah Islamiyah dan Persaudaraan Kebangsaan Ukhuwah Wathoniyah.
Para pendiri bangsa Indonesia menyadari bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki budaya beragam dan dengan jiwa besar mengedepankan sikap empati terhadap keberagaman.
“NKRI yang sudah terjaga dengan baik ini jangan sampai rusak. Kita harus mengedepankan empati seperti yang dicontohkan oleh para pendiri bangsa. Kita harus mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain,” tandasnya. (Muhammad Faizin)