Breaking News

Ketua V MUI Lampung  Hadiri Peresmian Ponpes Sabilul Musthofa

Lampung Selatan: Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam ditengah dinamika sistem kehidupan dunia yang mulai meninggalkan nilai-nilai moral dan pranata sosial, diharapkan mampu menyiapkan santri atau peserta didiknya menjadi manusia yang memiliki kompetensi keilmuan‎ dan life skill yang memadai serta berakhlak mulia yang menjunjung tinggi aspek moral, sebagai calon-calon pengemban amanah bangsa ini, kata Suryani M Nur, S.Sos., MM Ketua V MUI Provinsi Lampung dalam sambutan dan tausiyahnya pada peresmian Pondok Pesantren Sabilul Musthofa  asuhan KH Ahmad Romli Latif, di dusun Warung Gunung, Desa Karang Sari, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan, Ahad (22/1/2017).

Suryani M Nur, S.Sos., MM mengatakan bahwa pesantren merupakan keaslian (indigenous) Indonesia harus mampu bersifat adaptatif menerima dinamika kehidupan sehingga sebagai agent of change diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat, bangsa dan negara.

Acara peresmian Ponpes yang dirangkai dengan Maulidurrosul dengan menghadirkan penceramah KH Saifudin Amsir dari Jakarta itu dihadiri oleh para haba’ib, alim ulama, tokoh agama, pejabat pemerintah, dan ribuan jama’ah dari berbagai ormas Islam.

Tampak hadir Bupati Lampung Selatan yang diwakili oleh staf ahli bidang pemerintahan, camat Jati Agung, dan lain-lain.

Terkait kebangsaan, Suryani M Nur, S.Sos., MM menjelaskan bahwa antara negara dan agama saling membutuhkan (simbiosis mutualisme) oleh karenanya harus terbangun sinergisitas dalam ‎peneguhan bentuk dan eksistensi NKRI, harmonisasi kerangka berpikir keagamaan dalam konteks kebangsaan, taswiyatul manhaj dan tansiq al-haraqah (penyamaan pola pikir dan koordinasi langkah strategis dalam masalah keagamaan dan kebangsaan).

“Umat Islam Indonesia harus bersatu dan toleransi dalam hilafiyah, jangan terprovokasi oleh oknum-oknum yang ingin memecah belah bangsa Indonesia. Seluruh elemen bangsa mesti melakukan re-orientasi filosofis paradigmatik tentang bagaimana membangun pemahaman keberagaman yang lebih inklusif-pluralis,multikultural, humanis, dialogis-persuasif, kontekstual, substantif dan aktif sosial, ujar Suryani yang juga dosen Ilmu Sosial dan Politik Universitas Tulang Bawang dan juga dosen IAIN Raden Intan Lampung,” tutut Suryani M Nur, S.Sos., MM (Rudi Santoso)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button