Inilah Ciri dan Penyebab Seseorang Memiliki Pemikiran Radikal
Pringsewu: Agama-Agama masuk ke Nusantara menggunakan jalan damai dengan tidak menggunakan kekerasan. Setiap pencegahan terhadap kekerasan selalu mendapatkan dukungan dari seluruh Agama karena semua agama tidak mengajarkan kekerasan.
“Bila ada kekerasan dan Radikalisme di Indonesia maka dipastikan itu adalah impor. Bukan asli Budaya anak Negeri,” Demikian tegas Deputi I Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Prof. Dr. Syahrin Harahap, MA saat menyampaikan materi pada Dialog Pencegahan Terorisme di Kabupaten Pringsewu, Kamis (11/8).
Pada Dialog yang melibatkan para Dai dan Tokoh Pendidikan Kabupaten Pringsewu ini, Prof. Syahrin menegaskan pula bahwa Radikalisme bukanlah ajaran Agama. Maka menurutnya pencegahan terhadap radikalisme merupakan bagian integral dari pengalaman Agama.
Pada kesempatan kegiatan yang dilaksanakan oleh Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) Lampung tersebut Prof. Syahrin memaparkan berbagai macam langkah yang dapat ditempuh untuk membangun kehidupan yang damai sekaligus mencegah radikalisme. Salah satu caranya adalah dengan mengetahui ciri-ciri orang-orang yang memiliki pemikiran radikal.
Ciri-ciri kaum radikal diantaranya memiliki prinsip yang kaku dan tektualitas dalam memahami agama, bersifat ekstrim dan eksklusif, merasa dirinya yang paling faham agama sementara yang lain salah, selalu bersemangat mengoreksi orang lain dan membenarkan cara-cara kekerasan dalam mengembangkan fahamnya.
Ciri lainnya adalah memiliki kesetiaan lintas negara, menganggap musuh kepada orang yang tidak sefaham dan melakukan perang mati matian terhadap yang tidak memiliki faham yang sama.
Prof. Syahrin melanjutkan bahwa berbagai motif dapat menyebabkan seseorang menjadi radikal. Diantaranya adalah himpitan sosial politik dan keadilan, emosi dan solidaritas keagamaan, menolak kultural sekularis, anti barat, tidak setuju dengan kebijakan pemerintah, pemahaman secara tekstual terhadap teks-teks suci dan tidak adanya daya banding terhadap faham lain. (Muhammad Faizin)